"Mbak aku ke pasarnya sama siapa?" tanya Uyun pada teman kamarnya.
"Ya sama Husna lah yang bisa nyetir" jawab Dian.
"La ke pasar mau ngapain?" tanya Ayar dengan wajah bingung.
"Mau belajar nahwu sama pak Tasurun!" ujar Imroatun dengan nada kesal.
"Masak, aku ikut dong. Tapi kok di pasar? Emang sekarang Pak Tasurun jualan?" tanya Aya.
"Mbak Ayaaa... ya mau beli bibit lah buat ditanam di kebun" geram Husna.
"Oh astaghfirullah, aku lupa. La terus hubungannya samua Pak Tasurun apa tadi?" ucap Aya dengan nada semakin bingung.
"Mbak Aya sekali-kali gak lemot bisa gak?!" tegas Dian.
"udahlah jangan dibully terus kasihan. Mendingan Husna dan Uyun ke pasar sekarang. Kita nunggu di kebun" ucap Royya.
"Ooohh jadi.." ucap Aya.
"Stop. Aya gak usah bicara dulu. Gak nyampe-nyampe kalau ngomong sama kamu" cegat Imroatun.
"Hehe, maaf mbak, ini kuota nya habis jadi nya loading lama, batre nya juga belum dices" ucap Aya.
"Sudah, sudah ayo laksankan tugas masing-masing" ajak Husna.
Mereka bergegas melaksanakan tugas masing-masing. Sampai akhirnya mereka bertemu di kebun.
"Na, kamu beli bibit apa?" tanya Imroatun.
"Bibit cinta mbak. Hahaa" Husna meledek.
"Kalau bibit cinta ma gak usah beli di pasar, luru ning pondok putra lak akeh" timpal Uyun.
"Wes, wes usah ngomong cah lanang, nanti kepincut lho" Dian menambahi.
"Normal kan yan kepincut lawan jenis" ucap Royya.
"Kamu beli bibit sawi, bibit tomat sama bibit cabe kan Na?" tanya Aya.
"Nggih mbak sesuai yang Mbak Aya bilang tadi"jawab Husna.
"Ya udah ayo kita tanam" ajak Imroatun.
Dengan trengginas mereka melakukan tugas masing-masing.Hari berjalan seperti mengalirnya air. Mereka dengan sabar merawat tanaman yang mereka pelihara.
YOU ARE READING
Cinta Dalam Bait Jurumiyah
RomanceMencintai memang tanpa syarat. Tapi tak selamanya syarat dal mencintai itu tidak ada.