Kebersamaan personil kamar Alfaqir Ila Rahmatillah memang patut ditiru. Mereka seperti keluarga yang saling menyayangi, tolong menolong dan berbagi kebahagiaan satu sama lain.
"Eh kira-kira tanaman kita gimana ya sekarang?" tanya Aya.
"Udah siap panen mungkin, satu minggu yang lalu kan masih kecil-kecil" jawab Imroatun.
"Assalamualaikum" suara Syukur yang lembut mengalihkan pembicaraan mereka.
"Waalaikumussalam warohmatulloh" jawab penghuni kamar itu dengan nada yang sama dengan nada ucapan salam Syukur.
"Eh itu suaranya Wali, Mbak Imroatun yang manggihi nggih" suruh Royya.
Imoatun pun keluar dan segera menemui Syukur.
"Wonten nopo kang?" tanya Imroatun.
"Ini mbak, tadi saya lihat kebun Sogo yang mbak dan teman rawat itu sepertinya sudah siap panen. Takutnya kalau dipanen terlambat nanti jadi sia-sia" jelas Syukur.
"Oh nggih kang syukron. Baru saja saya dan teman-teman mebicarakan hal itu. Memang sudah satu minggu kami tidak melihat keadaan kebun. Syukron katsiron kang atas pemberitahuannya" ucap Imroatun.
"Oh iya mbak, afwan. Kalau begitu saya pamit ke pondok putra dulu. Assalamualaikum" pamit Syukur.
"nggih kang. Waalaikumussalam warahmatulloh"
Imroatun dan Syukur pun mencukupkan pembicaraannya dan menuju kamar masing-masing.
"Mbak Imroatun, Kang Syukur matur apa?" tanya Husna.
"kabar bahagia buat kita, katanya tanaman kita siap dipanen" jawab Imroatun dengan nada gembira.
"Alhamdulllah..." jawab Dian, Aya, Husna, Uyun dan Royya dengan kompak.
"Kalau begitu kita besok siap tempur" jawab Dian.
"Oke" jawab yang lainnya.
Akhirnya mereka memaneni hasil jerih payah mereka dengan kebahagiaan yang melimpah. Mereka dibantu oleh semua santri putra maupun putri. Ucapan selamat dan kagum pun mengalir dari berbagai mulut. Hasil usaha mereka diberikannya semuanya untuk pesantren. Mereka sangat senang akhirnya tujuan mereka berhasil. Bisa berpartsipasi untuk mengoptimalkan kebun pondok. Syukur yang tak berhenti mereka ucapkan. Pesantren mereka sekarang lebih dikenal dengan pesantren distributor sayur terbesar . Ucapan selamat dan kagum pun mengalir dari berbagai mulut. Termasuk ucapan selamat yang khusus disampaikan oleh Zain kepada Aya, seorang yang ia sayangi.
"Aya, selamat ya kamu dan teman-teman berhasil. Aku bangga" ucap Zain.
"Iya kang. Syukron" jawab Aya.
"Aya, kamu masih ingat yang waktu itu aku ucapkan padamu?" tanya Zain.
"Ucapan sing pundi kang?" bingung Aya.
"Yang ada di handphonenya Kang Ibad itu" terang Zain.
"Oh itu. Tapi saya gak percaya kang" ujar Aya.
"Lho kok masih gak percaya. Aku beneran sayang sama kamu Aya" ucap Zain meyakinkan.
"Aku tetep gak percaya kang" jawab Aya.
"Percayalah, Ya"
"Buktinya apa kalau kamu sayang?" tantang Aya.
"Ya Allah, kamu minta dibuktiin apa? Kamu minta bukti apapun aku lakukan asal jangan jauh-jauh dari pesantren".
"Lho, aku yang minta bukti kok kamu yang nentuin" ucap Aya.
"Ya sudah silahkan kamu yang tentukan" pasrah Zain.
"Aku gak minta bukti apa-apa kang, dan gak jauh-jauh dari pondok. Aku Cuma minta, kalau kamu benar sayang, kamu harus hafalin Jurumiyah dalam lima hari dan setorannya sama aku" pinta Aya.
"Ya Allah, yang benar saja kamu. Jurumiyah kan sulit, aku disuruh hafalin dalam lima hari?! Kalau gak lima hari mungkin aku bisa" ucap Zain sedkit kaget.
"Ya sudah kang, kalau njenengan gak mau ya sudah. Itu tandanya kamu gak sayang, atau sayangnya palsu. Selesaikan?" jawab Aya.
"Aku sayang kamu. tapi mbok jangan lima hari. Kalau lima hari bagaimana saya ngafalin dan murojaah yang lain?" pinta Zain dengan nada memelas.
"Ya sudah kang. Kalau kamu gak mau juga gak apa-apa saya nggak rugi".
"Ya Allah ya sudah. Aku sanggup, tapi aku gak janji hafal. Jurumiyah lho masak lima hari?" ujar Maizun.
"Aku sudah bilang kang, kalau gak hafal gak apa-apa , aku gak maksa. Kesimpulannya kalau dalam waktu lima hari njenengan gak hafal itu berarti njenengan gak sayang beneran. Sudah itu tok!" jawab Aya dengan tugas.
"Baik Ya, demi membuktikan sayangku padamu akan kulakukan, jangankan jurumiyah, lainnya pun...." jawab Aya dengan mantap.
"Hussttt.. jurumiyah dulu kang. Kalau jurumiyah sudah selesai, nanti yang lainnya aku tambahin, jangan khawatir. Oke?. Ya sudah selamat berjuang, tetap jaga kesehatan, saya tunggu setorannya ya" cegat Aya memotong ucapan Zain.
"Iya. Tapi setorannya dimana?" tanya Zain.
"Di masjid saja, nanti saya minta ditemani santri putri lainnya" jawab Aya.
"baiklah. Ba'da sholat dzhuhur.Tapi kalau boleh tau, kenapa kamu minta bukti dengan hafalan jurumiyah? Kenapa tidak yang lain?" bingung Zain.
"Karena jika kamu menyelesaikan hafalan mu, aku harap itu bisa manfaat untuk kamu sendiri. Misal kamu tidak selesai menghafalkannya, juga akan manfaat untuk kamu walaupun itu sedikit. Setidaknya kamu punya perjuangan menghafal jurumiyah dalam waktu singkat untuk bisa dikenang nantinya, walaupun kamu tidak bersama dengan ku" jelas Aya.
"Subhanallah," ucap Zain.
"Ya sudah saya pamit dulu. Selamat berjuang. Assalamualaikum" pamit Aya.
"Iya, waalaikumussalam warahmatulloh" jawab Zain.
YOU ARE READING
Cinta Dalam Bait Jurumiyah
RomanceMencintai memang tanpa syarat. Tapi tak selamanya syarat dal mencintai itu tidak ada.