Malam Kesepuluh

1.1K 224 56
                                    









Dari : snowpy94@gmail.com

Youn, mau keluar tidak?

Seungyoun mendatar. Jarak rumah mereka hanya satu meter dan Seungwoo bahkan bisa berbisik saja.

"Kau bisa berbicara langsung, Woo."

Seungwoo di kamarnya meringis. Pukul sembilan malam, "Mau cari makanan ringan? Aku yang menanggungnya."

"Sepuluh menit lagi aku keluar."

Kedua pengangguran muda itu bertemu di lampu jalan sembilan menit 57 detik kemudian. Seungyoun sengaja mengosongkan kantong celananya. Bukankah tadi Seungwoo sendiri telah bilang akan membayar makanannya? Bagus. Dia sedang malas mengeluarkan uang.

"Kau mau makan apa?"

"Oh?" Seungwoo mengecek dompet dan memasukkan lagi ke kantong celananya, "aku ikut saja pilihanmu."

Mendengar pernyataan Seungwoo, mata Seungyoun jadi lebih awas. Melihat makanan sedap sedikit dia akan minta belok, belikan.

"Appetitmu sangat besar, yakin perutmu muat?"

"Sudah dilatih sejak aku masih kecil. Tidak akan sakit," jawabnya yang masih mengunyah gurita pedas manis.

Seungwoo telah sempurna berubah menjadi asisten untuk Seungyoun, dan sekarang Seungyoun rajanya. Seungyoun jadi lupa diri karena gurita pedas manis tadi. Wah, gula kapas dan takoyaki kalau sempat diraih sudah dibabat habis olehnya. Seungwoo kelimpungan, heran.

"Baik, cukup. Kamu tidak bisa membawa semua. Ayo duduk."

Kebetulan sekali meja-meja sedang kosong karena tidak ada yang mau keluar semalam ini. Suhunya sudah sedingin 17 derajat Celcius, kalau tanpa jaket bisa mati juga, dan sayangnya Seungwoo tidak bawa jaket.

Sialan.

"Menggigil, kak?"

Seungwoo menggeleng cepat. Apa dia harus jujur soal keringat yang mulai bercucuran?

Atau keringat itu punya arti lain? Seungwoo tidak tahu mau menjawab pertanyaan yang mana dulu, tapi dia masih mau menyembunyikannya dari Seungyoun.

"Selesai makan langsung pulang?"

"Ya. Kau tidak terlihat sehat, kak."

Seungwoo meraba kantongnya. Ada yang mengganjal pahanya sampai duduknya tidak nyaman. Aduh, boleh dikeluarkan tidak?

"Ada apa?"

Seungwoo keluarkan saja, "Ini mengganggu," sebuah kotak hitam.

"Apa itu?"

"Aku tidak tahu," Seungwoo membukanya perlahan, "oh, cincin. Mau coba?"

Seungyoun mengangguk. Tangannya belum kotor karena gula kapas jadi tidak apalah cincin itu dia coba. Seungwoo sendiri yang menyematkannya. Sudah dia duga, pasti terlihat bagus pada jari manis Seungyoun.

"Oh, tunggu!"

"Apa lagi, kak?" Seungyoun masih asik melihat cincin itu. Seungwoo memperlihatkan tangan kanannya. Jari manisnya.

"Aku juga punya! Cincin yang sama persis denganmu!"

Seungyoun melihat. Oh, sama persis!

"Tunggu, jangan bilang?"

"Ya," Seungwoo berdiri dan membersihkan diri, "ini sebuah taktik supaya kamu tidak menolak."

Seungyoun kembali membisu sampai Seungwoo meneriakinya, "Ayo, kau pasti ingin makan gula kapasmu itu, kan? Ayo kita pulang."














fully inspired by Critical Beauty, Pentagon 2017.

Kecapi dan Sendawa Malam. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang