-Kaia POV-
"WOY EMPEDU KAMBING! BANGUN NGGAK LO ATAU KAI GUE LEMPAR KE DEDEK GEMASH? EH LO BILANG MAU NGELABRAK SI TUKANG PANSOS ITU, HAYUKLAH GUE UDAH LAMA NGGAK GELUD. KASIAN SABUK ITAM GUE!"
Sebenarnya gue udah bangun dari 5 menit yang lalu, dari pertama kali nenek lampir yang berkedok bidadari masuk kamar gue. Gue cuma mau dengar aja seberapa bar-bar kalimat Sena yang akan keluar pagi ini, untung gue udah kenal dia sejak 12 tahun lalu. Kalau enggak, udah kapan hari gue tinggalin dan say good bye!
Soalnya dia terlalu bar-bar untuk gue yang unyu-unyu minta nenen ini.
"Kan bangun juga, mandi sana lo! Sekalian mandi wajib, itu Kai udah kering di selangkangan lo."
Langsung gue lempar bantal ke arah wajah Sena yang sumpah bibirnya nyolot abis, dia inu definisi dari percuma cantik tapi lisan serupa kubangan bekas Kerbau mandi.
"Enak aja bibir kalau ngomong, gue nggak berproduksi ya tadi malam."
Sena cuma ngangguk, cemberut dia soalnya make upnya acak-acakan berkat lemparan bantal dari gue. Ajaib juga tangan gue, jadi pengen ngerasain seberapa ajaibnya ini tangan buat ngebotakin rambut si gatal itu dengan satu kali tarikan.
"Ooh pantas pas gue baru masuk tadi wajah Kai kucel gitu, diem aja lagi pas ditanya. Enggak dijatah ternyata."
"Ya enggaklah, gue masih kesal kali!" gue jawabnya nyolot dong, soalnya tadi malam gue ketiduran beneran pas Kai keluar kamar dan belum sempat nyolotin dia. Kalaupun gue nyolot dan nyinyir Kai tadi malam, pasti pagi ini gue beneran mandi wajib, gue mah meski nyinyir gitu pas dirayu juga iya-iya aja.
Dasar, Kaia!
"Udah sana lo mandi, gosipnya nanti lagi," usir Sena, "eh mamas pagi-pagi udah VC!"
Malesin, gue langsung pergi aja dari hadapan Sena dan sifat bucinnya yang akan bikin gue jijik kuadrat kalau udah ngomong sama si laki-laki yang di panggil Mamas itu, gue baru beberapa kali ketemu sama pacarnya Sena itu, dan keliatan udah dewasa dan berduit.
* * *
Bagi gue mandi itu cuma perlu 15 menit, kecuali kalau mandinya bareng Kai. 3 SKS juga nggak cukup, belum lagi bolak-balik mandi wajibnya. Keluar dari kamar mandi, gue liat di atas meja belajar ada cokelat dan diatasnya ada sticky note.
Untuk Kaia.
Sayang, u know me so well. Aku nggak tertarik sama sekali dengan Niana. Ada banyak orang yang waktu itu ada di sekitar aku dan Niana, tanya Sean. Dia juga disana waktu itu, pokoknya apapun gosip diluaran. Aku tetap cinta kamu, jangan ngambek lagi ya. Sesak yang..
Gue senyum-senyum dong, Kai emang selalu punya cara tersendiri bikin gue balik lagi bergulat sama dia buat olahraga ranjang. Dia itu, sama kayak wajahnya, manis-manis gula jawa. Mamas Kainya Kaia.
"KAIA! URGENT!"
Dasar kunti, gue baru aja mau menghayal hal-hal manis tapi teriakan Sena bikin semua halayan dari tingkat RT sampai tingkat pantura berantakan.
"Kita libur dong,"
Gue mendengus, tau gitu mending tidur seharian. Kalau udah mandi begini gimana bisa rebahan lagi, ya gue harus beraktivitaslah seenggaknya mandi gue hari ini nggak sia-sia.
"Yaudah kalau libur, ngemall aja yuk, ajak Gita."
Sena menggeleng, "mahasiswa demo, lo bisa-bisanya ngajak ngemall. Emang ya diferensiasi lo sama Kai itu jauh, dia lagi mimpin demo, lo malah ngopi cantik."
Gue kaget dong, Kai demo? Demi apa?
"Kai?"
"Iya, liat dong updatenya lambe kampus. Mana si dedek gatel juga ikut demo."
KAMU SEDANG MEMBACA
FYI
FanfictionHidup Kaia mendadak penuh amarah ketika dia harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa pacarnya diasumsikan menjadi pacar orang lain, hanya karena insiden yang niatnya mulia, tapi malah dimanfaatkan oleh oknum yang harusnya berterima kasih bukan memint...