Bab 2

141 18 8
                                    

....

Semesta, hari ini aku ingin hidup dengan damai.

Tidak kesepian seperti biasanya, boleh?

Bibirku tersenyum geli ketika mengingat harapan yang selalu aku ucapkan setiap pagi dulu.

Sampai-sampai aku tidak sadar mengucapkan harapan itu ditengah keramaian.

Aku ingat betul waktu itu, saat itu sedang ospek.

Dan aku duduk sendiri diantara banyak maba yang sibuk mengobrol dengan kawan barunya, dengan percaya dirinya aku mengucapkan itu dengan pelan dan ternyata hanya satu orang yang mendengarkan harapanku itu.

"Boleh, aku mau jadi temen kamu"

Suara pria yang lembut itu tiba-tiba saja terdengar jelas disampingku.

Mataku membulat saat tau siapa yang ada disampingku.

Itu panitia ospek yang terkenal tampan dan sangat baik.

Semua maba yang berada disinipun sama terkejutnya denganku, mereka saling berbisik satu sama lain.

"Maaf kak, aku salah ngomong kok"

"Kenalin, namaku jung jaehyun"

Tangannya tiba-tiba saja meraih tanganku bak sedang berkenalan secara suka-suka.

Jantungku berdetak semakin cepat saat itu, cepat sekali.

Tangannya sangat lembut dan liat dia tersenyum dengan manisnya.

"Vivi Kaita Vernando" ucapku terbata-bata dan segera melepaskan tangannya.

"Kaita, iya aku bakal panggil kamu kaita. Woah nama kamu bagus banget yah"

Itulah pertama kali aku mendapatkan teman dikampus dan dekat dengan seorang jung jaehyun.

Itu juga alasan mengapa dia memanggilku kaita.

Setelah itu aku mengenal kedua sahabatku saat sudah memasuki kuliah biasa.

****

"Kaita.." seru bang jaehyun dari jauh.

Bibirku tersenyum saat melihat dia berjalan kearahku dengan senyum yang lebar.

Pagi ini sepertinya matahari senang melihatku bersama manusia setengah malaikat itu.
Iya, karena jung jaehyun terlalu biasa jika dikatakan manusia.

Pribadinya yang baik, taat agama,  dan perduli dengan siapapun membuat dia semakin disukai perempuan manapun. Ditambah rupanya yang tampan dan sangat tampan, akan membuat siapapun terkagum-kagum dengannya.

Hanya saja terkadang dia konyol.

Banyak yang mengatakan, jung jaehyun adalah cinta pertama setiap wanita kampus.

"Mau kemana ta?"

"Kaita mau ke kelas, mau ikut?"

"Ah padahal mau ngajak ke temen bang jae"

"Engga ah, malu"

"Yee anak cantik gaboleh malu"

"Ayo ikut kaita jajan aja, kaita laper"

"Hah, ayo ayo. Padahal katanya mau kekelas dasar."

Kita berdua beriringan jalan menuju rumah makan yang terletak didepan kampus.

Rasanya sangat menyenangkan ketika aku sudah berada didekat jung jaehyun, aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri.

Dia membuatku ingat bahwa aku masih harus hidup didunia.

Walaupun sejak awal aku risih dengan adanya dikehidupanku.

Aku harap aku bisa menjaga perasaanku sendiri ketika bersamanya.

Aku harus sadar diri.

"Bang"

"Ya?"

"Bang jaehyun tau nct dream?"

"Tau, siapa sih yang gatau. Temenku anak teknik macem yuta, jungwoo tau. Terus anak kedokteran macem doyoung suka yg namanya jeno dan masih banyaklah, kenapa kamu suka mereka juga?"

"Ah engga, rame aja "

"Ayo kita nonton mereka"

"Kaita? Nonton? Engga ah bang"

"Ayolah"

*****

"Apa kakak selalu bermimpi tentang ayah bunda kakak?"
Tanya Na bona, atau biasa dipanggil bona oleh keluarganya.

Anak bungsu dan kesayangan keluarga jaemin ini berumur 4th, dia tumbuh dengan ceria dan cantik. Bona selalu menjadi temanku dirumah ini, dimanapun itu.

Seperti sekarang, bona datang ke kamarku sembari membawa boneka olafnya. Katanya ingin tidur denganku, karena bosan tidur sendirian dan menunggu kakaknya pulang membawakannya cerita banyak.

"Ya, mereka selalu muncul dalam setiap tidur dan mimpi kakak"

"Bona pasti sangat sedih jika jadi kakak" katanya memelukku dari samping.

"Wajah tante bona pasti cantik bukan?"

"Ya tentu, ayah juga tampan"

"Bona percaya, karena melihat wajah kakak saja"

"Wkwk"

Dibalik kamar yang biasanya dingin dan sepi ini kita berdua berbincang seakan suasanaya menjadi ramai seketika,cahaya yang remang-remang dari lampu tidur membuat kita berdua semakin terbawa suasana akan cerita apapun yang kita berdua bicarakan.

Walaupun bona anak kecil, namun dia pandai memahami perasaan orang lain.

"Bona ada disamping kakak kaita selamanya, oppa najaem juga. Pasti kita selalu ada buat kakak"

"Oppa najaem?" Tanya padanya, agak ragu.

"Ya, dia selalu berbicara tentang masa kecil kalian berdua dulu. Dia sangat sayang dengan kakak"

"Kakak kaita?"

"Iya, semua saudara pasti saling menyayangi bukan?"

Aku menganguk setuju.

"Bona selalu ingin tumbuh bersama kalian, tapi bona terlambat datang"

"Ah bona sebel"

Aku terkekeh mendengarnya merancau, dengan lembut aku mulai membelai rambut bona yang halus agar dia cepat tidur.

Dia tetap memelukku dengan batasan boneka olafnya ditengah, dia sudah seperti adikku sendiri. Setidaknya aku punya seseorang yang bisa kuajak bicara dirumah ini.

Aku suka ketika bona sudah mampir dikamarku, lalu membawa boneka. Itu artinya aku tidak perlu memikirkan orang lain ataupun kedua orang tuaku malam ini. Aku hanya perlu melihatnya tidur dan nyenyak dengan bona.

Walaupun kadang bona ingin dinyanyikan ataupun aku diminta harus mendongeng untuknya.

Tunggu.

Jaemin menyanyangiku?

Ahya kita saudara bukan.
Ya tentu..

--


Idol JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang