Aku merebahkan tubuhku dengan kasar, kelelahan karena sudah seharian berada di kampus bersama tumpukan tugas yang akhirnya berhasil kurampungkan bersama sahabatku, Rio. Kami berkutat dengan laptop dan alat-alat tulis lainnya diperpustakaan kampus, mencoba menyelesaikan tugas itu ini juga agar tidak mengganggu hari esok kami.
"Besok kita bisa nyantai, coy!" Tukas Rio lega saat kami berjalan kearah parkiran motor.
"Iya nih! By the way, tumben lo tadi serius. Biasanya lo ngerjain tugas sambil ngusilin gue." Aku tertawa.
"Gak ada waktu! Tugasnya banyak banget, gileeee!" Jawabnya kocak.
Ditengah lelah yang mendera, aku masih menyempatkan waktu untuk melihat-lihat timeline Twitter-ku, terutama timeline Twitter Ervin. Cowok yang selalu kurindukan setiap saat, setiap waktu. Cukup dengan mengetahui kabarnya dan membaca tweet-tweetnya aku sudah lega dan tenang untuk pergi tidur.
Pagi selalu menyuntikkan semangat untukku. Seburuk apapun malam yang kulewati, pagi selalu menyapa dengan ramah dan membuatku merasa baikan. Matahari terlihat belum benar-benar menampakkan cahayanya, atau mungkin memang pagi ini mendung?
"Pagi, Di :)" Sebuah chat masuk setelah aku menyalakan ponselku. Itu dari Ervin.
Senyumku mengembang, rasanya pagi akan selalu indah jika selalu begini. Diucapi selamat pagi oleh seseorang yang spesial.
"Pagi juga, Vin ;)" balasku.
"Kamu kuliah pagi?" Tanyanya.
"Iya nih. Kamu?"
"Aku kuliah siang, Di. Nanti pulang aku kuliah kita jalan, yuk." Ajaknya, yang langsung kusetujui dengan senang.
Asal kau tahu, aku tidak pernah memakai aku-kamu dengan teman cowok lainnya. Apalagi cewek. Entah dimulai dari mana, aku dan Ervin malah memakai kata itu. Kata yang menurutku hanya dipakai untuk seseorang yang statusnya sudah resmi. Sedangkan kami? Oh iya, aku belum cerita.
Aku dan Ervin berteman sejak tiga tahun lalu, saat aku masih SMA dan ia kuliah semester empat. Pertemuan dan perkenalan kami unik dan sederhana, tidak terlalu berkesan namun susah dilupakan.
Waktu itu, aku tergesa-gesa menaiki bus yang akan membawaku ketempat Tanteku. Ia baru saja melahirkan dan aku tidak mau ketinggalan menengok adik sepupu baruku! Setelah aku mendapatkan kursi, ada seorang cowok bertubuh tinggi, agak kurus, cakep, berjalan tergopoh-gopoh.
Setelah bisa mengatur nafas, ia melirik bangku kosong yang ada disebelahku dan langsung mendudukinya. Aku menggeleng-gelengkan kepala melihat sikapnya. Aku memasang earphone dan memejamkan mata, mencoba beristirahat sejenak.
Aku merasakan seperti ada yang menatapku sangat intens sampai aku harus membuka mata. Dan cowok yang berada disebelahku menghadap kearahku. Ia tersenyum saat aku membuka mata dan menangkap basah dirinya sedang menatapku. Aku mengerutkan kening, mencoba mencari tahu isi kepalanya.
Tapi lalu ia mengulurkan tangan, "Ervin." Ujarnya lembut.
Aku mengangkat sebelah alisku, tapi tetap membalas uluran tangannya. "Diandra." Jawabku.
Dari sanalah perkenalan unik kami terjadi. Sepanjang jalan aku dan Ervin mengobrol, dari satu topik ketopik yang lain sampai bus berhenti. Sebelum kami berpisah, ia menanyakan akun Twitterku, dan dengan senang hati kuberitahu.
"Lo kenapa, Di? Kayak seneng banget." Tanya Rio heran karena dari tadi aku senyum-senyum sendiri tanpa sebab.
"Entar sore gue mau jalan." Jawabku bersemangat.
YOU ARE READING
Best Friend
RandomPernahkah kamu terlalu sibuk mengejar seseorang yang tidak jelas hatinya untuk siapa, dan tidak menghiraukan perhatian dari orang di sekitarmu? Itu yang di alami Diandra kali ini.