Irene tengah mempertanyakan kevalidan perkataan Seulgi minggu lalu di kepalanya. Jadi, maksudnya kalimat 'Wendy orangnya baik kok' itu gimana? Dari segi mananya?
Untuk sejenak, Irene serasa ingin berlari kehadapan pak Kang dan mengacungkan jari tengahnya sambil bilang 'wtf!'
Oke tenang, ambil nafas.. buang.. ambil lagi.. buang..
Akhirnya gadis itu bisa sedikit meredakan badai di dadanya.
"Jadi, gimana pak, boleh di ulang? Saya kurang dengar." Irene tersenyum dengan ujung bibir berkedut.
Sementara Wendy, yang sedang duduk didepannya hanya mendecak.
"Saya bilang, saya tidak mau caramel macchiato, saya mau latte."Gadis itu mengepalkan tangannya kencang. Nyekek bos sendiri dosa gak sih?
"Baik pak, saya beli yang baru.. Ada lagi tambahan?"
Profesional Irene, Profesional.. Tenang.. Gak boleh meledak dulu..
"Sama sandwich, cepat saya sudah lapar belum sarapan!" Kata Wendy datar setengah membentak.
Lah saya juga sama, karena bapak subuh-subuh sudah menelepon dan menyuruh saya datang ke kantor dengan alasan bapak belum makan. Kenapa gak makan dulu coba sebelum kerja di rumah? Kenapa malah nyuruh-nyuruh gini, anjir lah untung bos..
"Baik pak." Irene menundukan badannya kemudian berjalan cepat keluar dari kantor untuk membeli pesanan Wendy di cafe seberang gedung besar dan tinggi ini. Katanya sih itu tempat makan favorit si pak bos.
Jadi, sebenarnya apa yang sudah terjadi? Kalian mungkin bertanya-tanya..
Mari kita kembali ke masa lampau.
Kira-kira setengah jam yang lalu, Wendy meminta Irene membelikan dia kopi--dia bilang tidak bisa bekerja jika tanpa kopi. Dan Irene tentu saja memastikan dulu kopi apa yang dia inginkan.
'Apa aja.' Jawab lelaki itu pendek. Dan Irene dengan kebingungan keluar dari kantor bosnya.
Tidak hilang akal, Irene mendatangi Seulgi yang pasti tahu tetek bengek kebiasaan si bapak CEO.
'Espresso.' Kata Seulgi tersenyum ramah. Lega luar biasa, Irene mengucapkan terima kasih dengan kelewat semangat--mengundang tawa dari lelaki pemilik mata monoloid itu.
Dan setelahnya berjalanlah Irene ke cafe di seberang jalan. Namun saat kembali dan Irene menyimpan segelas kopi tersebut di meja Wendy, lelaki itu hanya memandang Irene seolah gadis itu adalah orang paling bodoh di dunia yang bahkan tidak tahu apa itu air.
'Siapa yang suruh kamu beli espresso?'
'Kata bapak apa aja, saya juga sudah tanya pak Kang dan beliau menjawab kopi yang biasa bapak minum espresso.' Disini Irene benar-benar bingung dan serba salah.
'Beli lagi, Cappuccino.'
Tidak ingin membuat masalah, Irene dengan berat hati kembali membeli pesanan si tuan muda. Namun ternyata, minuman itu masih bukan apa yang dia inginkan.
'Caramel macchiato, saya mau caramel macchiato.' Ini sudah minuman ketiga dan Wendy bahkan belum puas.
Dasar labil! Sebenarnya Irene merasa dikerjai. Dia jadi teringat kejadian awal yang membuatnya terjebak dalam kondisi ini. Apa Wendy masih menyimpan dendam? Masa sih pria dewasa macam dia bertingkah kekanakan seperti itu? Tidak mungkin kan?
..Atau mungkin saja. Karena disinilah dia sekarang, berdiri geram didepan Wendy yang dengan tanpa merasa bersalah menolak fakta yang di ucapkannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Arrogant
RomanceGanteng sih, tapi kelakuannya suka bikin orang naik darah.. Cerita Irene yang punya CEO arogan, labil, pemarah, nyebelin, suka ngatur tapi gantengnya bikin orang lupa diri.