"Mau di kursi atau di sana?"
Cho Seungyoun tertegun. Ia mengikuti arah pandangan Han Seungwoo, untuk mengetahui apa yang dimaksud lelaki itu dengan kata 'sana'. Mata Seungyoun membulat. Ranjang? "H-hah?"
"Hah?" ulang Seungwoo. "Kenapa hah?"
Wajah Seungyoun merona hebat mendadak.
Seungwoo mengibaskan tangannya ke depan kulit wajahnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sesaat ia menoleh lagi pada Seungwoo dan memukul pelan kepala Seungyoun.
"Aduh!" Seungyoun memicingkan matanya dan mengelus kepalanya.
"Ya! Kenapa bereaksi begitu? Apa yang sedang kaupikirkan kalau melihat kasur?" decak Seungwoo. "Kau tadi kan bilang konseling. Kau juga sering naik ke tempat tidurku kalau ke sini, malah pernah ketiduran juga," Seungwoo memalingkan wajahnya.
Tiba-tiba kamarnya gerah.
"Ha-ha-ha. Benar, benar," Seungyoun tertawa kaku. Ia melangkah meninggalkan Seungwoo dan duduk di tepian ranjang. Diketuk-ketukkan ujung kakinya di atas lantai. Ngomong-ngomong ia mau konseling apa? Membahas soal Dongpyo? Hyeongjun? Atau membahas persiapan ulang tahun Minhee sebentar lagi? Tidak, tidak. Ulang tahun Minhee sudah dibahas jauh-jauh hari. Atau ulang tahun Eunsang bulan depan? Atau membicarakan persiapan tampil di Thailand? Seungyoun menggaruk tengkuknya.
Kenapa tiba-tiba ia merasa gugup berada di kamar ini?
Seungwoo membuka laci lemarinya, mengambil lilin aromaterapi yang baru. Lelaki itu justru sibuka menata dan menyiapkan lilin.
Seungyoun tertegun.
Kenapa jadi seperti pasangan bulan madu?
"YA!" Seungyoun menampar pipinya sendiri—berusaha untuk tidak berpikir aneh-aneh. Memangnya ia dan Seungwoo ada hubungan apa? Kalau cuman ukuran tangan kecil saja, tangan Dongpyo lebih kecil dan lebih imut.
Jangan-jangan Seungwoo menganggap Seungyoun sebagai 'anak'?
Seungyoun memicingkan matanya dan menoleh lagi ke Seungwoo.
Yang dilihat melongo. "Kau ... kenapa tiba-tiba teriak?"
Seungyoun langsung menutup mulutnya sendiri.
Melihat tingkah Seungyoun, Seungwoo tiba-tiba tertawa. Kenapa Seungyoun mendadak imut sekali? Tapi Seungyoun memiliki tingkah yang berbeda dengan Dongpyo. Dan Seungwoo merasa senang melihatnya. "Ada yang mengganggu pikiranmu?"
"Aah, aku lupa ada perlu di atas. Sebaiknya aku kembali saja, Hyung."
Belum sempat Seungyoun bangkit berdiri, Seungwoo mengambil posisi duduk di hadapan Seungyoun, bersila. Ditatapnya Seungyoun balik dengan senyuman tipis—hampir tak ketara. Selama beberapa detik, ia memilih diam, mencoba membaca ekspresi Seungyoun. Ada sesuatu yang menggelitik tubuhnya, sesuatu yang hangat. Seperti lilin kecil, satu persatu, membiaskan cahaya hangat pada kehidupan yang sepi milik Seungwoo. Seungwoo sangat menikmati kesendirian. Ia selalu berpikir bahwa suasana tenang adalah yang terbaik.
Lalu datanglah lelaki paling ramai dan kekanak-kanakan yang cengeng ini. Duduk di hadapannya. Seseorang dengan kepribadian yang unik.
Cho Seungyoun.
Api lilin dalam dirinya perlahan membesar.
Tak lagi hangat, namun sampai batas ia merasa api itu bisa membakarnya.
Seungwoo bergerak maju, mendekat pada Seungyoun, mencondongkan tubuhnya.
"T-tunggu—" Seungyoun mengangkat kedua tangannya, membuat jarak pembatas dengan Seungwoo. "Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Burning
RomanceOneshot / Seungzz Ryeonseung / Sequel to Special / Canon Compliant Malam yang harusnya diisi acara konseling itu, dilalui Han Seungwoo dengan memotong kuku Cho Seungyoun. Lelaki all-rounder itu menanyakan sesuatu. "Kau dulu, kenapa tidak mengambil p...