"Jadi, lo nggak bisa keluar rumah sebulan kedepan?" Frada berteriak histeris. Mengundang banyak pasang mata menelisiknya. Menatap penasaran penuh minat. Terlebih gadis di depannya dengan santai mengangguk. Seolah hukuman yang dijalani adalah hal kecil. Frada menggeleng tak percaya. Ia menenggak jus jeruknya cepat. Kerongkongannya mendadak kering mendapat kabar 'gempar' baginya. "Kenapa lo santai banget sih?"
Yumna mengerling. Ia menaikkan pundaknya dramatis. Seakan pasrah dengan takdir. "Aku bisa apalagi selain pasrah?" jawabnya enteng sembari menyeruput es teh.
"Kamu bisa rayu Kak Lisa untuk membantumu." Frada memberikan opsi.
Yumna menyeringai. "Kamu kira aku nggak ngelakuin? Bahkan aku sudah menawarkan Novel yang diincarnya, dia masih kekeh mematuhi Kak Noval."
"Kabur saja."
Kali ini ide Frada terdengar menggiurkan. Tapi Yumna langsung ingat, "ada bodyguard," milik Noval yang terus mengawasinya bagaikan lalat mengerumuni bangkai. Argh kenapa kakaknya begitu jahat? Tidak diizinkan bebas selama sebulan sama saja menyiksanya. Ia memang terlihat santai, tapi pikirannya berkelana mencari jalan. Kini terasa buntu. Noval tak hanya menyewa dua atau lima bodyguard, bahkan ia menyewa lebih dari sepuluh! Sebenarnya kakaknya itu kerasukan apa? Huh!
"Yumna, bukannya sore nanti jadwal pertemuan dengan anak-anak?" Pertanyaan Frada semakin membuat pikirannya kalut. Ia melupakan pertemuan rutin itu. Diadakan dua minggu sekali dan jatuh pada hari ini. Ia tak mungkin melewatkannya. Banyak hal sudah ia persiapkan. Juga anak-anak itu menantinya. Yumna tak akan melewatkannya begitu saja!
Frada berharap cemas. Ia mencoba memberikan opsi tetapi sahabatnya itu mengelak. Memberi alasan penolakan yang masuk akal. Sekarang ia merutuki otaknya yang pas-pasan. Ia membenarkan bando diatas kepalanya. Siapa tahu otaknya bisa sedikit benar.
"Frada?" Panggil Yumna. Ia sudah memutuskan. Biarlah ia akan mendapat tambahan hukuman dari Kakaknya. Itu akan dipikirkan nanti. Setidaknya malam ini ia akan menjalankan tugasnya. "Bantu aku," pungkasnya.
Frada mengangguk yakin.
*****
"Kamu yakin mau melakukan ini?" Suara Frada terdengar mendayu. Keringatnya merebak disetiap sisi wajah. Itu bukan jenis keringat kelelahan. Melainkan keringat ketakutan. Ya, ia takut menjalani ide gila sahabatnya.
Yumna menoleh. Lalu menghela lelah. "Iya." Ia berdiri. Bersiap memanjat jendela yang terhubung pada lapangan futsal.
"Tapi Yum---"
"Udah deh nggak usah tapi-tapian. Kita ini udah telat!" Yumna memotong cepat. Ia mengamati sekitar jendela. Sepi. Tak ada penjaga. Sempurna. Ia yakin semua penjaga sedang mengumpul didepan mengingat jam sekolah habis beberapa menit lagi. Yumna menatap teman-teman kelasnya. Hampir semua orang berwajah pucat. "Kalian tenang saja. Mereka nggak akan berani mukul kalian. Jadi, bantu ya ... " Yumna memamerkan puppy eyes-nya. Dan ... voila!
Mereka mengangguk ragu.
"Makasih. Dadah." Yumna melambai sebelum meloncat keluar jendela. Untung saja ia dilantai satu. Beruntung guru sedang absen. Dan lebih beruntung lagi, kaca jendelanya hilang karena tendangan bola dari anak-anak futsal dan belum sempat diganti. Hah. Ia mensyukuri keberuntungannya. Semoga teman-temannya berhasil mengecoh.
"Tolong! Yumna pingsan!"
Bahkan dari sini ia bisa mendengar suara lebay Frada. Ia yakin kini bodyguardnya tengah gugup dengan patung berseragam itu. Sedangkan teman-temannya pasti sudah kabur ketika bel berdenging barusan. Terbukti suara riuh itu. Siapa lagi kalau bukan teman-temannya? Ia sangat yakin karena samar-samar telinganya menangkap suara "Berhasil," dari balik tembok. Ah ia merasa bahagia sekarang. Rencana sederhananya ternyata mampu mengecoh sepuluh lebih penjaga.
Anak-anak, I'm coming!
"Nona Yumna." Gawat!
Yumna menoleh kebelakang. Dan hampir terjungkal karena jarak satu langkah saja mereka darinya. Dua orang bodyguard bertubuh tegap. Yumna mengerjap. Kenapa bisa ia tak menyadarinya? Apa karena terlalu senang? Ah, bodoh!
"Mari ikut kami," mereka mencoba mengajak secara baik-baik.
"Nggak!" Namun Yumna bukanlah orang yang mudah diajak. Ia lebih memilih menendang kedua orang itu. Adu kekuatan lebih menarik baginya.
"Kami tidak ingin melukai nona." Mereka masih menahan perlawanan Yumna.
Yumna menyeringai. "Benarkah? Kalau begitu, Biarkan aku yang melukai kalian."
Jangan melukai orang yang tidak bersalah, Yumna.
Suara itu tiba-tiba datang pada pikirannya. Ia mulai goyah. Pukulannya tak pasti dan itu dengan mudah ditangkis oleh dua bodyguard--nya tadi. Mereka menarik tangan Yumna. Ia memberontak tapi tenaganya kalah jauh. Pikirannya kembali kacau. Tidak! Ia tak boleh lemah. Tidak lagi.
Bruk!
Dua lelaki itu tersungkur tak sadarkan diri. Kemudian seseorang menarik tangannya. Menggenggamnya dan mengajaknya berlari menjauhi lapangan. Samar-samar ia mendengar suara memanggilnya. Yumna menoleh. Para penjaga yang lain rupanya sudah menemukannya. Mereka berlari menerobos sisawa-siswi yang bertebaran hendak pulang. Yumna sudah berbaur. Sulit untuk dikenali dan mereka kehilangan kembali.
*****
Next? 😶😶
Ada yang tahu siapa dia? 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Yumna's Secret
Novela Juvenil"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua." Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...