25

591 24 3
                                    

Di sebuah cafe's ada sepasang kekasih yang sedang duduk dengan pembicaraan yang serius. Terlihat dari wajah si cewek, dia mengkerutkan keningnya, tanda tak paham apa yang dikatakan si cowok.

"Aku gak paham apa yang kamu bilang."

"Plis Re jangan buat semua jadi rumit," ujar si cowok dengan menggemgam tangan Rere.

Namun, Rere mencoba melepaskan genggaman itu, tapi tidak bisa, tenaganya tidak sekuat Rian yang menahan tangannya.

"Aku gak pernah membuatnya jadi rumit, cuma aku bingung kenapa kok bisa-bisanya kamu bicara gitu, bukannya hubungan ini baik-baik aja?" Rere mencoba menahan amarah saat mengatakan itu semua. Siapa yang tidak marah jika tiba-tiba minta putus tanpa sebab.

Rere diam sejenak, lalu melanjutkan kembali, "Oke, aku setuju putus sama kamu, asalkan kamu bilang alasannya kenapa."

Rian terdiam.

"Kenapa? Gak bisa jelasin ke aku? Jawab dong." Rere terus mendesak Rian agar mengatakan alasannya.

Bukannya menjawab Rian berdiri dan melngkah pergi dengan mengucapkan, "Maaf Re aku gak bisa bilang."

Rere tak bisa berbuat apa-apa selain membiarkn Rian pergi menjauh darinya.

🍁🍁🍁

Di rumah Rere terus diam dalam kamar, bahkan sampai melewatkan makan malamnya. Rere mencoba menata hatinya, walau dia tau kecil kemungkinan untuk tidak merasa sakit.

Tok tok tok

"Re? Kamu udah tidurkah?"

Tidak ada sahutan.

Kaka sepupu Rere mengetuk kembali pintu bercat putih itu.

Tapi masih tidak ada sahutan dari dalam.

Kemudian mencoba membuka pintu dengan gagang dan gagal, ternyata pintunya dikunci.

"Baiklah, jangan terlalu dipikirkan Re, lebih baik kamu istirahat."

Di dalam Rere merenung, benar dia tidak boleh rapuh seperti ini. Masih banyak cowok yang lebih baik di luar sana.

Dalam batinnya Rere berkata, "Bangkit Re, gak ada gunanya juga buat lo kayak gini."

Kemudian dengan hati dan pikiran yang tenang Rere terlelap meninggalkan semua amarah untuk hari ini.

🍁🍁🍁

06.45 Rere menuruni tangga menuju meja makan dengan wajah yang cerah tidak seperti tadi malam yang datang-datang ke rumah dengan wajah tidak bersahabat, tidak seperti dia yang biasa selalu ceria.

"Cie udah baik aja nih," goda kakak sepupu Rere, kak Rege.

Wajah Rere cemberut lalu mengadu pada bunda, "Bun kak Rege nih," dan bergelayut ditangan bunda.

"Rege kok pagi-pagi udah godain adiknya sih, tuh liat wajahnya udah merah gitu," kata bunda.

Rere merasa senang karena bunda memihaknya. "Wlee denger tuh kak."

"Sudah-sudah kalian ini selalu saja begitu kalau bertemu, ayok makan." Ayah pun memulai makan lebih dulu.

Di sela-sela makan, "Oh iya, hari ini Rege antar Rere, ayah pagi ini ada rapat."

Rege menatap pamannya dan membuat tanda oke.

🍁🍁🍁

Sampai di parkiran sekolah Rere pamit masuk kelas. Di sana dia melihat Della dan Agatha juga menuju kelas, Rere pun berlari mengejar. Tapi tiba-tiba Rere tersandung batu dan terjatuh.

"Sssttt," Rere meringis, ternyata lututnya terluka.

Rere mencoba berdiri tapi oleng dan siap terjatuh, Rere memejamkan mata. 5 detik, Rere tidak merasakn sakit.

Lalu membuka mata, dia terkejut ternyata Rian menolongnya. Segera Rere menjauh.

"Gue bisa sendiri," sarkasnya.

Dengan kaki pincang dia berjalan menuju kelas. Rere menyalahkan dirinya kenapa harus bertemu dengan cowok itu, tapi setelah dipikir tadi Rere melihat bibir Rian yang begitu pucat, apa yang sudah terjadi?

🍁🍁🍁

Drrrtttt....

Rere mengangkat telpon dari Agatha.

"Halo?"

"....."

"Iya bentar lagi sampai kelas."

Tut.

Saat ini Rere di dalam toilet membersihkan lukanya. Dia tidak ingin lukanya ini menyebabkan infeksi, walau luka kecil tetap saja harus di bersihkan. Selesai, Rere berjalan keluar dari toilet.

Dalam kelas Rere mengerjakan piketnya dengan menyapu lantai. Tapi entah kenapa Rere jadi kepikiran tentang Rian yang terlihat pucat. Ingin menanyakan pada Arga atau Satya, tidak mungkin karena mereka pasti menjaga pribadi sahabatnya dengan baik. Rere pikir sebaiknya mencari tau sendiri saja.

"Awas kesambet Re, dari tadi ngelamun mulu," salah satu teman sekelas Rere menyadarkannya.

"Ah iya."

Kemudian Agatha mendekatinya. "Ada apa Re? Dari tadi keliatan ada pikiran gitu?"

Rere menutupi dengan senyumnya. "Gak kok, yaudah aku ngembali in sapu dulu."

Sepeninggalan Rere, Agatha menduga-duga sahabatnya ini ada madalah, kan kalo cewek bilang gak papa pasti ada apa-apanya.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

At This Very Moment✔ #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang