Prolog

27 4 0
                                    

Beberapa meter dari rumahku terdapat lahan kosong yang banyak di tumbuhi tanaman liar putri malu atau Mimosa Pudica. Setiap sore aku selalu datang ke sana. Mengejutkan putri malu hingga daunnya menguncup menjadi kesenangan tersendiri bagiku. Hingga jeritan kesakitan tak jarang ku alami saat duri-durinya menancap dan melukai tanganku.

Awalnya aku merutuki kebodohanku yang selalu saja terkena duri dari siputri malu. Namun akhirnya aku jadi mensyukurinya, karena setelah itu akan ada geraman marah yang terselip nada khawatir dari seseorang menghampiri pendengaranku. Dan sebuah plester akan ia rekatkan pada jariku yang terluka.

Satu, dua bahkan mungkin sudah ratusan plester menempel dalam catatan harianku, bekas balutan luka yang hampir setiap hari menghiasi tanganku. Aku selalu menyimpannya, dan dia seperti tak pernah kehabisan stok, sehingga akan terus ada plester baru di dalam kantung celana atau bajunya yang siap ia tempelkan di saat aku terluka. Plester yang di hiasi dengan gambar bintang warna-warni, karya tangannya sendiri.

Freya

•••

Gadis aneh. Bagaimana tidak ku bilang aneh jika ia menyukai tumbuhan liar berduri, si putri malu? Mungkin jika di tanyakan pada semua gadis di muka bumi ini, mereka akan mengatakan bunga Mawar, Lili, Anggrek dan tanaman indah lainnya sebagai tumbuhan favorit mereka. Tapi ini?

Beruntung aku selalu menyimpan plester di rumah. Dan karena dia terbiasa luka, membuatku juga terbiasa membawa plesterku ke mana aku pergi. Terlebih saat aku diam-diam selalu mengikutinya ke lahan kosong di seberang jalan rumahku.

Awalnya hanya iseng, setiap plester yang ku punya ku buat gambar bintang dan mewarnainya. Setelahnya jadi terbiasa. Seterusnya terus ku lakukan karena ingin terlihat berbeda, karena menurutku dia juga gadis berbeda.

Nick

20190914

Mimosa PudicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang