Prolog.

41 5 0
                                    

Kita terbiasa pada posisi,dimana berpura pura jauh lebih menantang perasaan ketimbang berkata dengan sejujurnya perihal perasaan.kita terbiasa pada rasa yang lebih baik dipedam tertimbang diutarakan secara perlahan.kita juga terbiasa menikmati luka justru dengan menambahkan luka.dan aku,juga sedang belajar bagaimana rasanya terbiasa,tanpa disekitarmu,sekelilingmu,atau bahkan denganmu sekalipun.

Mempertahankanmu sama saja menambah luka ku,perih sebenarnya,namun bagaimana,kau terlalu menyamankan untuk kutinggalkan. kau juga terlalu berbeda untuk membuatku pergi dan mencari yang lain.

Gengsi,ialah hal yang membuat segalanya menjadi terbatas.benar kan?Kita sama sama terlalu gengsi walau hanya sekedar mengutarakan,dan akhirnya?hanya gengsi yang mampu kita pertahankan,bukan lagi perasaan.

Dari mencintaimu,justru aku semakin tahu bahwa cinta itu ksakitan yang tidak ingin disembuhkan.

Pilu ini pedih,sungguh aku ingin sekali berbagi,tentang bagaimana jatuhnya luka dengan terpalsukan senyuman.tentang bagaimana perih nya duka yang terpalsukan dengan tawa.

Jujur saja,menguras air mata tidak cukup untuk ku,sebab sudah ada pengaharapan,bahwa bukan aku yang menghapus semua duka dan air mata.aku tau kau faham,berhenti pura pura bodoh,aku sedang butuh pertolongan.

Hmm..

Yah Baiklah,kuucapkan selamat,sekali lagi,selamat.Sebab kembali berteman dengan luka dan air mata.

-

Hai,ketemu lagi sama karya tergaje saya,lagi dan lagi.

(15 september 2k19.)

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang