4. Lie and Love

1K 118 55
                                    

New duduk di meja kerjanya dengan keresahan yang menumpuk di dada. Matanya tampak bergerak kesana-kemari, sesekali menggigit bibir merahnya. Ada banyak hal yang berkeliaran di otaknya, sehingga ia tak bisa berfikir dengan tenang.

Ia menghempaskan tubuhnya ke belakang dan melepaskan satu helaan nafas yang berat. Ada satu beban yang mengganjal di hatinya. Berat untuk ia keluarkan, namun tak sanggup untuk ditampung. 

Ada rasa bersalah yang bergema di dalam hatinya, terlebih saat ia menjawab pertanyaan Gun tadi.

"Oh ya, bagaimana kabar Pluem? kata Off, dia sakit kemarin sampai Tay harus izin pulang cepat, dia sudah sehat?" tanya Gun.

New tampak tekejut dan bingung "Pluem?" tanyanya.

"iya, kata Off dia sakit, sampai Tay harus pulang cepat" ulang Gun.

Wajah New tampak resah. Ia terdiam cukup lama dan menelan ludahnya gusar.

"New?" panggil Gun.

"ah iya, Pluem sakit kemarin" jawab New. "Dia terlalu memaksakan diri untuk ikut banyak kegiatan dan organisasi, ditambah sekarang sudah dekat waktu ujian semester"  jelas New dengan senyum yang terlihat canggung.

Gun sebenarnya merasakan ada satu keanehan pada jawaban temannya, namun ia menghiraukan itu. "Ah, mungkin dia butuh vitamin supaya tetap fit. Aku juga kadang memaksa Chimon untuk meminumnya meski anak itu selalu menolak" tawa Gun  terdengar nyaring, sebelum akhirnya pria mungil itu pamit untuk masuk ke ruangannya.

New masih berdiri di depan pintu ruang kerjanya dengan keringat sebesar biji jagung dan tangan yang bergetar memegang kenop pintu.

"Aku harus apa?" New mengacak rambutnya asal. Ia benar-benar bingung sekarang. Karena nyatanya apa yang ia katakan pada Gun adalah sebuah kebohongan.

Pluem tidak sakit.

Anak itu sehat. Benar-benar sehat, bahkan saat ini ia sedang mengikuti kelas di sekolah seperti biasanya.

Ia kembali memperbaiki posisi duduknya, menopang dagu di atas meja dengan pandangan yang menerawang ke depan. Pikirannya mengalang buana, mencoba untuk menghilangkan kerasahan yang mengejarnya. Sampai satu getaran dari ponselnya, mengalihkan fokusnya. Ada satu notifikasi dari ruang obrolannya, ia menggerakkan jemarinya untuk membuka obrolan itu.

jadi bagaimana, New?
dia tidak tahu kan?

New menggerakkan tangannya, mengetik pesan balasan. Ada jeda untuknya berfikir dan menghela nafas sebelum ia mengirimkan pesan itu.

Tenang saja, Gun tidak tahu tentang kalian
Aku akan membantu kalian sebisaku

Delivered!

New melemparkan ponselnya ke atas meja dan menutup mata dengan sebelah lengan. Perasaan bersalah itu semakin bergejolak memenuhi hati lelaki putih itu. Dosa sebagai seorang pengkhianat bergema di dalam dirinya, tapi ia tak punya pilihan selain mengikuti permainan yang sudah salah sedari awal. 

Tolong, maafkan kebohongan ku.

***

Chimon mengawali paginya dengan senyum yang lebar dan mood yang baik. Alasan dari itu semua adalah saat sarapan tadi pagi orangtuanya tampak romantis dan akur. Memang keduanya selalu tampak seperti itu, tapi Chimon dapat merasakan aura yang berbeda tadi pagi. Seperti orang yang baru jatuh cinta dan kebahagiaan yang memancar dari keduanya, terutama Papanya. 

"hei mon, tidak masuk kelas?" tanya seseorang dari balik punggung remaja itu.

Ia membalikkan badan dan menemukan gurunya, Mrs. Jane sedang berdiri di hadapannya dengan setumpuk buku dan kertas dalam pelukan.

[DIVORCE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang