Bab 24

4.1K 609 101
                                    

-seseorang itu akhirnya pergi, meninggalkan semua, hal yang aku benci dan aku sukai. Aku ikhlas, karena pergimu atas kehendak Tuhan yang esa-

《》《》《》

"Dia sudah koma selama satu tahun, kapan dia terbangun dari tidur panjangnya, Pa?" Lirih sang Ibu yang duduk di samping Ranjang Rumah Sakit anaknya. Ibu itu menatap nanar putranya yang terbaring lemah dengan segala macam alat bantu yang menempel pada tubuhnya.

"Dokter akan terus berusaha, Mah. Mama yang sabar, anak kita pasti kuat kok." Sang suami mencoba menghibur istrinya itu, bagaimanapun ia tidak bisa membiarkan wanitanya bersedih.

"Mama harap kamu cepat sadar nak, kembalilah ke rumah secepatnya."

"Aminn."

--

"Kok perut aku belum buncit ya, Dirk?" Vira berkaca pada, kaca antik di sebelah ranjangnya. Ia memutar-mutar badannya, Vira mengetatkan bajunya dibagian perut, tapi sama saja belum terlihat buncit.

"Setahu aku, perutmu akan buncit beberapa bulan kedepan."

"Iya-sih, baru juga mau dua minggu. Hehehe"

Vira berbalik, lalu meloncat bebaring diatas dada bidang hantu tampan itu. Tempat ternyaman yang Vira sukai, entah kenapa ia bisa bersentuhan dengan hantu yang jelas-jelas mahluk halus.

"Apa kamu akan meninggalkan'ku?"

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" Ada-ada saja, terkadang emosi dan kelakuan Vira tidak bisa Dirk pahami seutuhnya. Selalu berubah-ubah terkadang tiba-tiba ramah pada Dirk semenit kemudian sifatnya sangat jutek bahkan terkesan galak.

"Aku mempunyai firasat tidak enak, tentangmu. Kamu bilang sesudah rasa penasaranmu selesai, kamu akan pergi'kan?"

"Benar. Aku sudah mengatakan bahwa aku sangat mencintai Fatimah di hadapan makam-nya dan Dios sudah ketemu. Aku tidak penasaran lagi kepada keduanya, tapi ada hal yang masih mengganjal--" Dirk menggantungkan omongannya.

"Apa?"

"Tentang anak kita. Apa kamu tidak mau memeriksanya ke dokter?"

"Udah kok! Kata dokter bayinya sehat. Tapi ada yang aneh--" Vira merunduk mengelus perutnya, "saat di periksa oleh mesin USG, titik calon bayi kita terkadang terlihat, terkadang menghilang. Aneh!"

"Tidak aneh mengingat Ayahnya adalah hantu." Ujar Dirk, perasaan Vira langsung tidak karuan saat mendengar itu. Benar juga, mungkin karena Ayahnya sudah bukan manusia lagi anaknya juga ikut tak kasat mata. Tapi seram juga, Vira jadi merinding.

"Hmm. Kamu benar! Dirk aku mau kamu terus ada sampai anak ini lahir."

"Aku tidak bisa berjanji, karena Tuhan yang menentukkan takdir seperti apa yang akan kita jalani."

Setitik air mata turun dari mata indah Vira. "Aku tau, tapi kalau berharap itu boleh saja'kan? Aku ragu, bagaimana bisa aku membesarkan anak kita seorang diri. Dan, anak kita tidak mengenal Ayahnya sama sekali."

Elusan di rambut Vira terhenti, Dirk menatap langit-langit kamarnya datar dan lidahnya seakan tidak bisa berucap lagi. "Kamu tahu--" Dirk mencoba menenangkan kekasihnya itu.

MR. DIRK (up again GITM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang