Lanjutan Flashback
Bobby yang berusia 7 tahun meringis saat menutup pintu ruang kerja ayahnya. Kakinya gemetar hebat bahkan untuk melangkah saja rasanya sulit sekali. Perlahan dengan perlahan dia memaksakan kakinya untuk berjalan hingga mencapai sofa. Dia kemudian menjatuhkan dirinya dan meringis.
Kalau kalian merasa heran mengapa dia tidak menangis seperti anak kecil pada umumnya, itu karena dua alasan. Pertama, dia tidak diajarkan untuk menangis. Kedua, dia sudah terbiasa dengan rasa sakit seperti ini, tidak dengan adik kecilnya sehingga Bobby harus memastikan bahwa adiknya –Donghyuk tidak akan memiliki nasib yang sama dengannya. Cukup dirinya saja.
Atau kalau kalian bertanya, kenapa ibunya tidak ikut campur dan memprotes tindakan ayahnya yang tidak manusiawi, itu karena ibunya hanya memerdulikan pekerjaannya sama seperti kegilaan ayahnya pada nama besarnya.
Miris memang, Bobby dan Donghyuk sejak kecil tidak pernah dilimpahi kasih sayang oleh kedua orang taunya. Tapi setidaknya, Bobby memastikan bahwa Donghyuk mendapatkan kasih sayang darinya sebagai kakaknya. Juga ada Hanbin dan keluarganya yang lebih manusiawi dibandingkan keluarganya sendiri yang terasa seperti neraka.
Setelah mengistirahatkan kakinya yang masih berdenyut kesakitan, Bobby berjalan kembali menuju kamar mandi. Setengah perjalanan dilaluinya dengan berjalan secara perlahan sampai akhirnya kakinya tak sanggup lagi sehingga Bobby harus menyeretnya.
***
Bibi Oh Yeonsoo sudah lama bekerja pada keluarga Kim. Dari zaman Kim Heechul masih remaja hingga memiliki anak, dia tetap setia mengabdikan diri. Gajinya besar, tempat tinggal yang terjamin, juga sikap mereka yang tidak aneh-aneh membuatnya betah.
Maka dari itu saat dia terbangun tengah malam karena mendengar suara yang mencurigakan, dia sangat kaget mendapati anak dari majikannya yang menyeret dirinya sendiri.
"Astaga!" pekiknya pelan. "Apa yang sedang terjadi disini?" Bibi Yeonsoo segera menggendong Bobby dan mendudukkannya di kursi dekat dapur.
"Apa yang terjadi padamu, nak?" tanyanya khawatir.
"Bibi sendiri kenapa terbangun malam-malam? Suaraku terlalu keras ya?" tanya Bobby balik membuat Bibi Yeonsoo menatapnya tak percaya. Bagaimana bisa anak sekecil ini bahkan tidak menangis saat luka di kakinya begitu parah dan malah mengkhawatirkan orang lain? Mungkin itu yang dipikirkannya saat ini.
"Bibi hanya ingin mengambil air minum. Katakan kau mau ke mana, tuan muda. Biar bibi gendong," tawarnya. Bobby menggeleng. "Aku bisa sendiri, bibi pergi minum saja. Dan jangan memanggilku tuan muda, bibi. Bibi seharusnya memanggilku Bobby."
"Tidak bisa begitu, Jiwon," balas Bibi Yeonsoo. "Kau bahkan nggak bisa berjalan dengan benar. Biar Bibi gendong ya?" bujuknya dan Bobby mengangguk sebagai balasan.
Mereka kemudian menuju kamar mandi sesuai permintaan Bobby. Bibi Yeonsoo mengerti apa yang diinginkan Bobby sehingga menuju kamar mandi mendudukkan Bobby di wastafel kemudian mengambil kotak obat dari balik cermin.
Bibi Yeonsoo kemudian mengoleskan salep pada kaki Bobby. "Kalau sakit bilang ya, supaya Bibi lebih pelan lagi ngasih obatnya," ujarnya dan Bobby hanya mengangguk. Dia menggigit bibir bagian dalamnya agar suara ringisan tidak keluar dan mengganggu pekerjaan Bibi Yeonsoo.
"Jangan ditahan," tegur Bibi Yeonsoo.
"Aku anak kuat. Hal seperti ini terlalu kecil buatku," elak Bobby enteng membuat gerakan Bibi Yeonsoo terhenti beberapa saat.
"I-iya, Bobby anak yang kuat," kata Bibi Yeonsoo kemudian. "Tapi, rasa sakit itu tetap harus dikeluarkan, jangan dipendam. Karena itu akan merusakmu dari dalam," lanjutnya dengan lembut. "Nah sudah selesai. Mari, bibi antar ke kamarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Part of Me (Bobsoo)✓
FanfictionKetika masa lalumu yang kelam, bagian dari sejarah yang tidak bisa kau hapus kembali datang menghantuimu. Disaat kau ingin melangkah ke masa depan, namun masa lalu menahanmu dalam kubangan penyesalan, apakah yang harus dilakukan? A story from Bobby...