Terlambat

198 21 3
                                    

Yuri bangun dari tidurnya, yang pertama kali ia rasakan adalah aneh. Semalam ia sepertinya tertidur di sisi ranjang kris dengan tubuh di lantai, namun ia ada di atas ranjang pria itu, dan tidak menemukan kris di atasnya?

Yuri bergerak turun dari kasur itu, mencoba untuk menoleh sekeliling, dan menemukan kris tertidur di sofa, matanya menangkap semangkuk sup yang telah kosong kemudian membawanya keluar bersamanya.

Yuri turun dari lantai dua rumah kris, dan nyaris terjatuh saat menemukan bibi Park, di bawah tangga "Ya Tuhan kau mengagetkanku" Nampan yang yuri bawa nyaris saja terjatuh jika tangan wanita tua itu tidak menangkapnya dengan sigap.

"Nona muda" Bibi park menunduk meski sedikit terkejut, wanita tua itu jelas tahu pasti siapa yang sedang berdiri di depannya itu, calon menantu kesayangan majikannya.

"Bibi park, lama tidak bertemu" Yuri berhasil menetralkan kedutan pada jantungnya lantas berjalan menuju dapur, menyimpan mangkuk dan gelas kotornya di cucian piring.

"Biar saya saja nona" Bibi park mencoba menghentikan yuri yang tengah memakai sarung tangan cuci nya, namun yuri menolak "Bibi silahkan masak saja, aku tidak bisa lama, temanku sebentar lagi akan menjemput" Bibi park mundur dengan teratur, ada banyak sekali pertanyaan yang ingin wanita tua itu tanyakan, semalam Kim menelponnya dan berkata bahwa kemungkinan kris akan pulang dalam keadaan tidak sehat, ia buru-buru datang pagi ini untuk memastikan bahwa tuan mudanya baik-baik saja, namun ia malah menemukan pemandangan tak terduga, calon menantu nyonya besarnya yang lama menghilang kini ada di hadapannya, di rumah tuannya.

"Bibi ada apa?" Yuri telah selesai dengan cucian piringnya dan mendapati bibi park masih diam di tempatnya menatapnya dengan intens.

"Aku dan kris rekan kerja, semalam ia sakit, jadi aku menyetir untuknya, maaf jika mungkin aku ketiduran semalam" Yuri berujar gadis itu berjalan menuju lemari pendingin dan mengambil beberapa bahan makanan. Ahh ternyata tidak seperti dugaan ya, Park mendesah, ia pikir keduanya telah berbaikan, namun sepertinya yuri tanpa sadar memberi batas yang sangat kompleks dengan mengatakan 'hanya rekan kerja'

Keduanya lantas asyik memasak, sebelum akhirnya ponsel yuri berbunyi "Ya, halo? Ah gang ke 4 dari depan pagar masuk utama, ya, rumah berwarna putih, kau sudah di jalan? baiklah aku akan siap-siap. Baik hati-hati" Yuri menutup ponselnya kemudian menatap bibi park "Aku harus pergi bibi, temanku sudah di depan" Yuri melepas celemeknya dan mencuci tangannya.

"Baik nona, ini juga sudah selesai. Terimakasih sudah merawat tuan muda" Bibi park tersenyum "Sama-sama bibi, senang bertemu denganmu" Gadis itu menyambar tasnya kemudian berjalan menuju pintu. Bertepatan dengan hal itu, kris turun dari kamarnya dengan setelan baju kerjanya.

"Kemana dia akan pergi bi?" Mata kris menatap pintu yang baru saja tertutup menelan sosok yuri di baliknya. "Ah nona muda bilang temannya sudah di depan" Kris menoleh cepat sebelum akhirnya melangkah dengan terburu menuju pintu, netranya bisa melihat bagaimana Lay memeluk yuri kemudian mengacak rambut gadis itu pelan sebelum akhirnya membiarkan gadis itu masuk ke dalam mobilnya.

Bibi park bisa melihat bagaimana mata sayu kris memandang kepergian gadis itu "Tuan muda" Bibi park mencoba memanggil dengan lembut, keputusan kris untuk pergi ke korea sangatlah menyakitkan, satu-satunya hal yang membuat pemuda itu enggan meninggalkan Amerika adalah harapan bahaa gadis itu akan kembali, ia ingin mencari namun tidak pernah menemukan dimana gadis itu berada. Dan kini, saat ia menemukan gadis itu, mereka malah seakan tidak punya kesempatan untuk kembali bersama.

"Sudah terlambat, bi" Mata sayu kris tertunduk, dan Park tahu bahwa sakit tuannya tidak pernah sembuh. "Belum tuan, belum selesai. Kau harus sedikit berjuang, kau sudah menemukannya" Bibi park menepuk pelan pundak tuannya itu, mengerti bahwa banyak sekali penderitaan yanh sudah di tanggung oleh pundak itu.

Let Me GoWhere stories live. Discover now