Bunga Desa

274 5 0
                                    

2 Bulan lalu. Baoa, seorang duda berumur 60 tahun yang sangat kaya raya di desa Wungu. Menginjakkan kaki ke halaman rumah Nur Lela dengan sepatu dan pakaian paling rapi yang ia punya, bahkan mungkin itu adalah sepatu dan pakaian paling mahal di desa.

Didampingi beberapa orang yang juga berpakaian rapi dan membawa seserahan mewah. Dari mulai beras, buah-buahan, perhiasan, hingga kambing dan sapi, lengkap sudah.

Raut wajah Baoa berseri-seri serupa anak kecil yang baru mendapat gula-gula. Dadanya ia busungkan, menampakkan percaya diri yang amat mantap. Iringan lagu mulai dimainkan, pengiring-iring.

Ia melangkah pelan menuju pintu depan rumah Nur Lela. Belum sempat ia mengetuk pintu, insting Nur Lela yang tajam telah lebih dulu membuka pintu. Tanpa ucapan basa-basi mempersilahkan tamunya masuk, atau sekedar memberi senyum palsu. Nur Lela malah bersabda.

"Mau apa kemari?"

"Nur Lelaku sayang, apalagi selain melamarmu" Baoa memberi senyum cabulnya.

"Aku tak ingin" jawab Nur Lela tegas

"Nur Lela dengar dulu kata-kataku. Kalau kau menikah denganku hidupmu akan makmur. Apapun akan kuturuti demi dirimu!"

"Aku tak butuh apapun" raut mukanya ketus, sambil melipat tangan dibawah dada.

"Apa kau tak ingin tinggal dirumah yang besar?"

"Aku suka begini"

Baoa mulai mendengus kesal "Kau keras kepala Nur Lela"

"Memang" jawab Nur Lela singkat dan menyanyat.

"Mau bagaimanapun kau harus menerima lamaranku, kau hanya milikku Lela!!!" Baoa menggenggam tangan Nur Lela.

"Dasar bajingan, lepaskan!" Wajah Nur Lela merah padam. Sedangkan Baoa tertohok makan umpatan dari permaisuri yang ia dambakan.

Namun sekejap Baoa tersenyum sinis. Lalu berbalik badan "Ayo semuanya bubar, aku lelah membujuk begundik sialan"
Barangkali ini balasan Baoa setelah dipermalukan habis-habisan Nur Lela.

Nur Lela telah menutup pintu beserta telinganya rapat-rapat. Sedangkan Baoa tak henti-hentinya mengupat. 'Tak akan kubiarkan kau Lela, kau sudah mempermalukanku. Biar bagaimanapun, kau akan kubuat tunduk padaku!'

MaharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang