[ SALAH PAHAM ]

25.6K 974 4
                                    

Stella menghela nafasnya. Ia merasa jenuh. Kakinya bergerak, turun dari hospital bed. Ia sedikit kaget, saat telapak kaki nya bersentuhan dengan lantai rumah sakit yang dingin.

Ia berjalan perlahan, mendekati sandal kelinci berwarna biru yang disimpan diatas rak. Ia memakainya, kemudian melangkah keluar dari ruangan untuk jalan-jalan.

Akan tetapi, baru beberapa langkah kakinya meninggalkan kamar inapnya, Stella rasa keputusannya salah. Berjalan melewati beberapa pasien dan sana keluarga yang menemani pasien tersebut hanya menimbulkan sedikit rasa iri didalam dirinya.

Namun, Stella tidak bisa kembali masuk kedalam kamar inapnya. Dia memutuskan untuk pergi ke kantin yang ada di lantai satu rumah sakit tersebut, membeli minuman dan snack untuknya.

Sehabis membeli apa yang ingin ia beli, Stella berjalan kearah belakang rumah sakit.  Disana ada taman kecil, yang dihiasi oleh pohon bunga mawar dan melati, serta ada tempat untuk berteduh saat hujan.

Stella terduduk. Ia mulai membuka kemasan Snack yang ia beli, kemudian memakan nya. Matanya terpejam, saat hembusan angin menerpa wajahnya.

Alih-alih merasa tenang dalam waktu yang cukup lama, Stella dibuat terkejut saat sadar bahwa akan ada seseorang yang akan datang ke taman. Terlebih, Stella mengenali sang pemilik suara.

Ia tak peduli dengan makanan dan minuman yang ia beli. Stella dengan cepat bersembunyi di balik semak-semak—seperti seorang pengecut menurutnya—ia ingin mendengar apa yang akan mereka bicarakan.

Ia sedikit mengangkat kepalanya, untuk mengintip, memastikan bahwa dua orang yang hendak ke taman adalah orang yang dia kenal.

"Sam... Gue harusnya gaperlu ngelakuin ini, karena gue udah tau lo bakal jawab iya akhirnya." Kata Kiran, menatap lekat kedua mata Samuel.

"Gausah basa-basi, Ran. Gue harus pergi." Kata Samuel, dengan suaranya yang dingin.

Stella yang sedang memperhatikan keduanya mencoba untuk menajamkan Indra pendengarnya. Namun sialnya, suasana cukup berisik membuatnya tidak bisa mendengar apa yang Kiran dan Samuel bicarakan.

"Gue suka sama lo. Lo juga suka sama gue, kan?." Kata Kiran, diakhiri dengan ucapannya yang penuh percaya diri.

"Gue rasa lo terlalu percaya diri, Ran." Samuel menatap rendah Kiran, "apa sikap gue kemarin-kemarin kurang, buat nunjukin ke elo kalau gue sama sekali ga punya perasaan buat lo, kir."

Kiran menunduk sebentar, ia sedang memikirkan sesuatu. Kemudian, dia mendongak sambil tersenyum lebar.

"Gue bisa buktiin sama lo, kalau lo suka sama gue."

Dengan gerakan cepat, Kiran melompat, memeluk tengkuk Samuel kemudian mencium bibir laki-laki tersebut.

Stella yang tidak ingin melanjutkan melihat kedua pasangan sedang bercumbu tersebut memutuskan untuk pergi secara diam-diam.

Sialnya, saat ia sedang berjalan diam-diam, ia tak melihat sebuah batu di depannya, hingga akhirnya ia tersandung karena batu tersebut.

Stella menoleh kebelakang, mendapati Samuel yang terkejut mendapati kehadirannya.

Stella cepat-cepat berlari menghindari Samuel yang mengejarnya dari belakang.  Dia berbelok, melewati lorong lain, berharap Samuel kebingungan menentukan kemana arah dia berlari.

Saat sudah hampir mendekati pintu keluar rumah sakit, Stella tersenyum lebar. Dia melihat Cavin sedang menelpon seseorang.

"Cav... Cav...!!." Stella menarik tangan Cavin, mengajak laki-laki itu keluar dari rumah sakit.

Sambil berlari ke parkiran, Stella berkata, "gue mohon plis bawa gue pergi dari sini."

"La, lo ingat nama gue sekarang?." Tanya Cavin, "kapan ingatan lo pulih?."

THE SECRET OF SHARINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang