5; Bianglala

3.7K 305 17
                                    

"Naik bianglala yuk, Jen!" ajak Riyeon bersemangat

"Ayo, lo ngantri dulu ya, gue mau ke toilet sebentar," kata Jeno lalu ia pergi ke toilet, sebenarnya dia gak beneran ke toilet, melainkan...

"Ugh, tolong jangan sekarang," ucap Jeno sambil merogoh sakunya, ia berjalan sedikit sempoyongan sampai akhirnya bersandar ke tembok lalu mengambil obat penahan sakit nya, lalu diminum lah obat itu, setelah merasa lebih baik, Jeno berinisiatif membeli eskrim untuk Riyeon

Setelah membeli eskrim, Jeno berjalan kearah Riyeon mengantri, "Ayo cepet jalannya, bentar lagi giliran kita!" kata Riyeon sambil melambaikan tangan, Jeno seperti biasa, tersenyum dan membawa eskrim tapi disembunyiin dipunggungnya

Mereka pun naik bianglala itu, "Yeon, tutup mata deh, gue punya surprise buat lo," Riyeon pun langsung tersenyum, "Oke, tapi bukan kecoa kan surprise nya?" Jeno tertawa, "Nggaklah, gue juga takut kali sama kecoa mah," keduanya tertawa, lalu Riyeon menutup mata

"Taraa~" kata Jeno bersemangat menunjukan eskrim coklat pilihannya, ya semoga Riyeon suka deh sama rasa coklat

"Wow, eskrim rasa coklat, kok tau sih ini eskrim favorit gue?" tanya Riyeon, bohong gais, Riyeon sebenernya suka rasa vanilla dibandingin coklat, ya cuman kan biar menghargai Jeno yang udah beliin apa salahnya?

"Haha, tau dong gue, kan gue peramal," canda Jeno, tentu saja sebenernya Jeno juga gatau apa rasa favorit Riyeon, cuma asal ambil aja tadi

"Ooh peramal ya, coba ramal masa depan gue, gue bakal masih hidup kaya gini apa nggak?" pertanyaan Riyeon sebenernya bikin Jeno kaget, cuma Jeno gamau merusak suasana, "Ya tentu lah, kan lo sehat wal'afiat," kata Jeno

"Haha, gak mungkin, gue aja kata dokter cuma bisa hidup beberapa tahun lagi," kali ini nada suaranya bergetar

"Dokter emang yang ngobatin lo, tapi yang berhak menentukan lo hidup apa nggak itu cuman Tuhan, dokter itu bukan Tuhan, mereka gatau apa apa dengan hidup lo," ucap Jeno menenangkan

Satu tetes air mata berhasil lolos dari mata indah milik Riyeon, "Gue ngga ngerti, kenapa gue ga selesai selesai dikasih penyakit? gue amnesia lah, gue hemofilia lah, dan sekarang gue kanker otak? kenapa harus gue? gue emang punya dosa apa sampe gue dikasih penyakit penyakit mematikan? gue masih ga ngerti, Jen."

Mendengar itu, Jeno langsung memeluk Riyeon, "Karena lo orang baik, Tuhan gak akan ngasih cobaan diluar batas kemampuan, Tuhan tau lo orang yang kuat dan tegar, gue yakin lo bisa sembuh dan lewatin semua ujian yang Dia kasih."

Riyeon makin menangis, seakan ucapan Jeno itu menusuk hati terdalamnya, "Gue gamau pisah dari lo, walaupun maut yang misahin, gue gamau. Gue ngerasa lo itu kaya 'rumah' gue, konyol sih padahal gue baru ketemu sama lo, tapi lo bisa bikin gue nyaman."

Jeno tersenyum, "Nggak konyol kok, mungkin kita emang ditakdirkan bersama, kalaupun nggak di dunia, mungkin di masa depan setelah dunia."

Riyeon menatap Jeno, "Janji ya? janji untuk nggak ninggalin gue? walaupun nanti gue meninggal, janji ya lo tetep ada disamping gue?" kata Riyeon sambil menaikkan jari kelingkingnya

Jeno menautkan kelingkingnya di kelingking Riyeon, "Tapi maaf kalo suatu saat gue gabisa nepatin janji gue."

Riyeon sepeti bingung, "Maksud lo?"

"If i can't stay, i'm sorry."

Air mata Riyeon kembali lolos, "Maksud lo apa? apa yang lo sembunyiin? sebenernya lo itu ngapain di rumah sakit? lo sakit? apa temen lo? apa keluarga lo?"

"Nggak, Yeon. Gue cuman minta maaf aja seandainya suatu saat gue gaada dan ninggalin lo, karena gue gabisa janji gue akan terus ada disini."

"Ma-maksud lo, suatu saat lo akan pergi ninggalin gue duluan?" kini Riyeon sedikit mengerti ucapan Jeno, walaupun sangat menyakitkan, tapi Riyeon mengerti

PLEASE DONT GO. || Lee Jeno {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang