Tungkai panjang milik pemuda itu melangkah dengan lesu, menyeret badan yang berlumuran bercak darah secara kaku. Tubuh yang terasa lemas hanya mengikuti ke mana tungkainya melangkah dengan sedikit linglung. Wajah si pemuda pun tampak tak bersemangat, malah tak ada ekspresi sama sekali. Matanya menatap kosong ke depan, sementara kedua tangan jatuh dengan bebas di kedua sisi badan. Otaknya kembali memutar kejadian beberapa waktu lalu; kejadian yang benar-benar menghancurkan hati dan pikiran.
"Kau... MONSTER!" Dae-Hwi menjerit dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipi putihnya. Badannya ikut bergetar sebab isakan dan rasa takut.
"Dae-Hwi, aku—" Wajah Samuel benar-benar sendu, tangannya yang bergetar berusaha menggapai Dae-Hwi, namun lelaki manis itu terus mundur menjauhi.
"Jangan muncul lagi, aku mohon," ujar Dae-Hwi pelan di balik isakannya. Air mata semakin deras tatkala ia mengatakan hal itu. Ada sesuatu dalam diri yang seolah menahannya untuk berujar demikian, dan ketika ia melakukan hal yang berlawanan, rasa sakit langsung saja menerjang. Membuat Dae-Hwi meremas dada kirinya dan menangis semakin jadi. Sementara Samuel yang menatap itu telah meneteskan air mata; air mata seorang mayat hidup yang tercipta hanya sebab ketakutan orang yang sangat dicintai.
Tanpa sadar, air mata kembali mengalir membasahi pipi tirus itu, membentuk anak sungai di sana. Namun tetap, sang empu tak memasang ekspresi apa pun, hanya tatapan tajam nan datar yang tersorot dari matanya. Ia sudah tak bisa merasakan gairah apa pun, merasa bahwa hidup telah berakhir di sini, telah usai, tak ada yang harus dilakukan lagi. Tujuannya telah habis.
Ia terus melangkah hingga tak sadar bahwa telah sampai di depan sebuah bangunan rumah; tidak terlalu besar, namun terlihat sangat nyaman. Mata sendunya menangkap siluet pemuda tinggi yang tengah berdiri—bersandar pada pintu dengan wajah cemas yang tertunduk. Sampai ketika pemuda itu mengangkat kepala, pandangannya pun menatap siluet pemuda lain yang tampak kacau tengah memandang sendu ke arahnya. Dengan keadaan fisik yang berantakan, bercak darah pada baju, telapak tangan, dan pipi, serta tatapan kosong yang diarahkan, membuat pemuda yang semula berdiri di depan pintu segera berjalan mendekat.
"Samuel, apa yang terjadi?" tanya pemuda bernama Guan-Lin tersebut. Samuel—pemuda dengan tatapan kosong itu—tak menjawab apa pun, ia malah melangkah memasuki rumah dan meninggalkan Guan-Lin yang masih memandang heran serta khawatir dari depan pintu. Pemuda itu lantas tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Samuel masuk, hendak melangkah menaiki tangga menuju kamar, mengurung diri di sana tanpa melakukan apa pun. Namun, langkahnya segera di tahan oleh Sung-Woo yang menatap dengan sorot mata khawatir. Samuel hanya menunduk, tak berani membalas pandangan sang ayah.
"Samuel, beritahu aku apa yang terjadi," perintahnya. Samuel hanya diam, tak mengindahkan pertanyaan itu. Kepalanya masih tertunduk, menatap marmer putih di bawah kaki dengan lekat. Sung-Woo lantas menatap ke arah belakang Samuel dan menemukan Guan-Lin yang berdiri di sana, mencoba bertanya melalui sorotan mata, namun hanya dibalas gelengan pelan oleh si pemuda. Sung-Woo pun menghela napas pelan.
"Samuel," panggil Sung-Woo lagi.
"Apa ini salahku?" Suara Samuel terdengar pelan, namun Sung-Woo mampu mendengarnya. Ia menatap pemuda yang masih setia dengan kepala tertunduk itu.
"Maksudmu?"
"Aku tidak pernah memiliki keinginan untuk menjadi seperti ini." Ia mengangkat kepala, menatap tajam Sung-Woo tepat di mata. "Apa ini salahku? Menjadi monster seperti ini, apa murni merupakan kemauanku?"
"Samuel," Guan-Lin berusaha menghentikan adik-nya sebelum berucap semakin jauh, namun Sung-Woo menggelengkan kepala: melarang pergerakan pemuda itu, membuatnya pun menurut dan mengurungkan niat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Vampire (The Curse Creature) [Bahasa]
ФанфикTentang kisah yang pernah hilang.... []