SEMBILAN

2.6K 213 3
                                    

Notifikasi dari aplikasi BBM berbunyi, Alaika meraih handphonenya dan melihat isi undangan yang baru saja ia terima.

"Abram Rajaswara" ucap Alaika. Mau tidak mau Alaika jadi tersenyum memahami maksud ucapan Abram beberapa hari yang lalu. Alaika pikir ia memahami sepenuhnya makna tersembunyi yang disampaikan Bram namun Alaika tidak sadar bahwa hal yang sesungguhnya ingin Bram sampaikan tidak benar-benar ia pahami dengan baik.

"Terima" ucap Alaika sambil menyentuh tulisan itu.

Semenjak saat itu....Alaika merasakan ia sedang diteror. Setiap status yang ia buat akan di komentari Bram bahkan tanpa membuat status pun Bram tetap mengiriminya pesan yang tak penting dan tak bermakna. Anehnya meskipun risih entah kenapa Alaika terus saja meladeni esan itu.

Saat ini mungkin Alaika merasa risih namun siapa yang tau apa yang terjadi masa yang akan mendatang? Saat ini Alaika mungkin ingin berlari sejauh mungkin dari Bram, namun hati manusia adalah hal yang paling mudah goyah. Mungkin saja setelah bertahun-tahun jam dinding berdetak, Alaika lah orang yang akan berbalik arah dan mengejar punggung Bram yang mulai berjalan menjauh karena setiap orang memiliki titik  kejenuhannya. Karena setiap orang memiliki rasa lelahnya dalam berlari mengejar sesuatu yang tak pasti. Karena setiap manusia memiliki hati yang mudah goyah. Terkadang, manusia lupa bahwa tidak ada rasa yang bisa abadi, bertahan dan tetap sama hingga mati.

Namun apa pun yang terjadi nanti tidak ada yang tau pasti. Namun apa pun yang terjadi saat ini sudah sepatutnya tidak untuk disia-siakan dan kemudian berakhir dalam penyesalan.

Manusia menapaki waktu dengan tidak berhati-hati, membiarkan sang waktu berlalu tanpa memiliki arti. Setelah semuanya pergi, dimasa depan kita akan merengungi apa yang telah terjadi. Kilatan-kilatan penyesalan akan menjadi cahaya yang menyilaukan dan membuat mereka yang memiliki penyesalan tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada didepan mereka.

Namun...mari menikmati kisah ini tanpa memikirkan resikonya di kemudian hari. Karena dimasa depan, cerita terakhir kita akan terukir dalam aksara. Bahkan ketika memori mulai berkarat dihujani sang waktu, aksara akan tetap abadi meski jutaan purnama terlewati.

"Selamat datang...." sapa Bram riang ketika melihat mangsanya memasuki kandang. Alaika tidak membalas ucapan selamat datang dari Bram itu. Alaika tau bahwa tingkat kejailan seniornya itu selalu meningkat jika melihatnya.

"Mau ngambil kertas" ucap Alaika langsung keinti tujuannya datang ke basecamp himpunan.

"Nih" ucap Bram sambil menyerahkan selembar kertas kosong berukuran A3.

Alaika mengernyit melihat kertas yang diberikan Bram.

"Bukan ini"

"Lalu apa?" tanya Bram pura-pura bingung.

"Kertas undangan" jelas Alaika.

Bram mengulum senyumnya. "Kertas undangan pernikahan kita? Belum di buat, Ala"

Alaika mendengus. "Apa sih?! Kertas undangan kegiatan yang perlu disebarkan mana?" ucap Alaika mulai kesal.

"Oh...bilang yang jelas dong" ucap Bram lalu mengambil kertas yang dimaksud Alaika dari lemari yang bertulisankan 'Ketua Umum, Abram Rajaswara'.

"Nih, jangan lupa disebarkan ke anggota kelompoknya"

"Iya" jawab Alaika.

"Ada lagi nggak yang perlu disebarkan atau yang perlu disampaikan nih?" tanya Alaika yang hendak keluar dari basecamp.

Bram tersenyum jahil, dalam benak Alaika, wanita itu mulai meraba-raba bahwa sepertinya ia salah telah berbaik hati bertanya seperti itu.

"Untuk sementara kamu sebar itu aja, ntar baru nyebar undangan pernikahan kita. Kalau undangannya udah jadi" ucap Bram berseloroh.

Alaika langsung putar badan dan pergi begitu saja tanpa pamit.




SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang