[6] Sea World

113 26 20
                                    

Nada yang paling heboh ketika tahu Fika mengajak Stevano untuk pergi ke sea world. Gadis itu mengobrak-abrik lemari Fika, memaksa untuk membuat penampilan sahabatnya terlihat lebih cantik. Alat-alat make upnya sudah tertata di meja yang biasanya Fika gunakan untuk merenung, siap menyulap wajah sahabatnya dengan foundation, pemerah pipi, mascara, dan berbagai bahan kecantikan yang membuat Fika terlihat lebih bersinar.

Fika sudah memperingati Nada berulang kali kalau ajakannya bukan sebuah kencan. Tetapi, pada dasarnya Nada keras kepala, ia hanya meyakini apa yang diyakininya. Jadi, Fika hanya memasrahkan diri.

Tubuhnya sudah terbalut dengan kaos biru muda yang memperlihatkan sedikit bahunya, celana putih membalut kakinya pas, semakin mempertegas kaki-kaki jenjangnya. Nada juga sudah selesai memoleskan make up ke wajah Fika. Ada shimmer di kedua belah pipinya yang semakin menonjolkan ruas-ruas tulang pipinya. Lipstik berwarna nude tidak membuat Fika terlihat pucat, malah segar dan tidak terlalu berlebihan—elegan. Fika membuka aplikasi chatting pada ponselnya. Ia sudah meminta nomor ponsel Stevano dan mengirim pesan duluan. Ah, apakah Fika sudah bisa merubah pepatah yang mengatakan bahwa cowok yang selalu bergerak duluan? Semua Fika yang mengawali. Baik, ini tidak ada sangkut pahutnya dengan asmara. Fika hanya mengambil kesempatan mumpung Stevano juga menawarkan diri membantunya untuk menjadi musenya.

"Selesai! Cantik 'kan lo?"

Sebenarnya, dandanannya sederhana, dan simpel. Tapi, Fika tetap takut kalau Stevano akan mencapnya terlalu niat hanya untuk sebuah perjalanan melihat binatang laut. Ah, bodolah. Kenapa Fika harus peduli? Pikirkan keuntungannya saja! Fika sudah tidak sabar untuk menyesaki otaknya dengan kalimat-kalimat cemerlang.

"Hati-hati kalian!"

Lambaian tangan Nada yang terlalu bersemangat mengiringi langkah Fika dan Stevano. Diam-diam, Fika menelisik tampilan Stevano yang tampak, ehm, ganteng. Lengan kemeja cowok itu digulung sampai siku. Wah, Fika tidak percaya ini. Baju mereka memiliki warna yang sama. Kebetulan yang ketiga atau Nada ada ambil andil di dalamnya?!

"Pakai. Tutupin bahu lo," kata Stevano sembari memberikan sebuah jaket berwarna abu-abu dari dalam jok motornya sekaligus helm berwarna putih. "Gue nggak ada mobil di apartemen dan naik motor lebih cepat sampai."

Fika mengiyakan tanpa banyak protes, walaupun sebenarnya ada tanya yang menggantung di otaknya: kenapa Stevano punya jaket perempuan? Oke. Itu bukan urusannya. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Stevano mulai menjalankan motornya. Fika agak sedikit takut dibonceng Stevano, pasalnya cowok itu kencang sekali membawa motor, menyelip di antara mobil-mobil besar seperti hal itu adalah hal yang pling mudah untuk dilakukan. Fika sampai terpaksa memeluk pinggang Stevano karena masih ingin selamat sampai tujuan.

"Kurang ajar banget sih lo bawa motornya! Lo bawa nyawa gue juga!" semprot Fika begitu mereka sampai di parkiran. Tangannya memukul helm Stevano sedikit keras saking kesalnya.

"Yang penting lo sudah sampai, badan lo masih utuh, 'kan?"

Fika jadi gemas sendiri. Kalau tidak ingat tujuan utamanya mengajak Stevano ke sea world, mungkin sejak tadi ia sudah memaksa turun dari motor, lalu menaiki taksi dan kembali ke apartemen Nada.

Setelah melalui antrian yang cukup panjang—telebih weekend—Fika dan Stevano memasuki akuarium besar yang menampilkan berbagai jenis ikan. Gadis itu melompat-lompat girang, seketika lupa akan kekesalannya pada Stevano. Pemuda itu hanya mengikuti ke manapun Fika pergi. Kalau dilihat-lihat, Stevano seperti menemani bocah lima tahun tamasya. Bibir Fika tidak henti-hentinya menggumamkan rasa kagum. Saat seekor ikan pari melintas di atas kepala mereka, bola mata Fika melebar.

MUSE [10/10 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang