1. Kematian Koi

47 4 0
                                    


Seekor ikan aku namai koi, walau sebetulnya bukanlah seekor ikan koi, dia hanyalah seekor ikan cupang yang baru sore tadi aku beli di depan sekolah. Heran, mendadak semua hewan peliharan ku di rumah mati mengenaskan diwaktu bersamaan. Semoga bukan pertanda buruk batin ku.

Namaku Ressa, Ressa Setiowahyu. Sebuah nama dengan magis kuat yang diberikan oleh almarhum papahku. Mamah ku setiap harinya sibuk membuat aneka kue yang menggemaskan. Hingga seringkali tak tega untuk memakannya. Terkadang aku menaruh kasihan terhadap mamah, bagaimana pun selepas kepergian papah, beliaulah yang menanggung semua biaya dan kebutuhan kami, aku dan kakak lelaki ku, Ari. Kini aku duduk di kelas 1 sma, sedang kak Ari selisih 5 tahun denganku. Sedang dia menjadi mahasiswa jurusan teknik Biologi tingkat 3. Berkat kecerdasaanya sewaktu Sma, kak ari direkomendasikan untuk menjadi penerima beasiswa. Tapi sialnya, dia tidak berbagi kepintaran otak denganku, hehe iya aku masuk kelas ips karena tidak lulus masuk seleksi untuk kelas ipa.

Sepulang sekolah biasanya aku membantu mamah mengantarkan kue-kue orderan pelanggan. Oiya, mamahku menjual aneka kue kering dan basah, seperti jenis kue kering panggang juga bolu. Tidak heran, rumah kami selalu wangi oleh bahan-bahan kue, lumayan untuk pengurangan biaya pengharum ruangan.

Sore ini, aku harus mengantarkan kue pesanan pelanggan di area jalan Siliwangi. Berbekal sepeda ontel berkeranjang aku bergegas pergi. Tak lupa mengucapkan salam aku berpamitan. Tempat yang hendak aku datangi adalah toko Sakora. Sebuah toko besi yang bersebelahan dengan toko bunga. Biasanya ketika aku mampir ke toko Sekora, pak ade dari toko bunga sebelah akan menemuiku dan memberikan seikat bunga lili untuk ku.

Mang ade adalah teman papahku sewaktu beliau hidup. Ya, bisa dikatakan sahabat karib. Karena pada jamannya mereka sangatlah dekat seperti saudara sendiri. Suatu hari selepas aku mengantarkan orderan kue ke toko besi Sekora, aku mendatangi pot bunga besar yang berisi ikatan penuh bunga lili, bunya kesukaanku. Aku hanya sanggup mengmati dari dekat tanpa berani menyentuhnya. Alasannya simpel, karena aku takut merusak bunga mahal itu. Cukup lama aku mengamati, lalu tak sadar tersenyum sendiri. Lalu mang ade datang mendekat, dan memberikan setangkai bunga lili lengkap dengan pita merah. Menurutnya bunga itu adalah hadiah untuk aku yang sudah membantu mamah. Alhasil, bukan sekedar senyum simpul, bibirku mendadak senyum merekah saat menerima bunya lili itu. Dan sore ini, manga ade sudah siap siaga didepan toko bunganya dengan setangkai bunga lili dengan pita merah ditangan kanannya.

"Selamat sore keindahan, apa hari ini penuh warna?" sapaku kepada mang ade

"Selamat sore pelangi, hari lumayan berwarna." Jawab mang ade dengan senyuman lebarnya

Catatan:

Selamat sore keindahan, Bermakna kalimat sapa khas Resa kepada mang ade

Apa hari ini penuh warna?Bermakna pertanyaan mengenai keramaian toko bunga mang ade

Setangkai bunga menghiasi keranjang sepeda ontel miliku. Disepanjang jalan pulang kerumah aku biasa bersenandung kecil sambil menikmati matahari tenggelam.

Kegiatan sehari-hariku tidak sepadat kak ari, yang hampir dari pagi hingga menjelang isya. Lepas pulang kuliah, kak ari harus mengajar ditempat dia bekerja menjadi pengajar part time di tempat bimbel. Padahal mamah selalu menyayrankan kak ari untuk hanya fokus terhadap kuliah tapi dengan beberapa alasan kak ari terus mengajar di tembat bimbel.

Kak ari sudah punya pacar, namanya kak nina. Seorang wanita cantik yang seangkatan kuliah dengannya. Hanya saja mereka berbeda jurusan, kak nina jurusan Kedokteran.

Kalau di urut dari kisah kak ari, aku sedikit menyempulkan, bahwa jodoh biasanya berasaal dari rekan sesama jenjang pendidikan. Keduanya sama-sama berawal dari orang pintar yang masuk program study ipa. Sedikit membuat aku kecewa memang, karena menjadi sugesti buruk untuk ku, yaitu mendapatkan pasangan dari satu tingkat pendidikan yang sama yaitu program study ips. Yang paling banter lulusannya menjadi pekerja atau jika dia melanjutkan pun tak akan jauh dari jurusan ekonomi.

"eca, ikan mu beri makan. Atu mau mamah goreng untuk teman makan?" teriak mamah dari dapur

Astaga, dai tadi aku malah asyik melamun di depan pot bunga lili milikku.

"iya mah, sebentar lagi."

Sebetulkanya aku menyukai banyak jenis hewan, kucing, kelinci, ayam, ikan, angsa, ular dan lainnya. Dan sebelumnya pun aku mempunyai hewan peliharaan ayam dan dan ikan. Tapi baru kemarin pagi si ayam ditemukan mati dengan badan berwarna biru dikandangnya. Tadinya aku kira dia keracuanan makanan, tapi tidak mungkin, karena aku biasa memberikan pakan terbaik untuk ayam kesayangan ku itu. Lalu disambung siangnya, ikan-ikan koi ku mati mengapung di permukaan air akuarium miliku. Mengenanskan, semua hewan peliataanku mati mengenaskan. Sempat berpikir buruk, tetapi mamah selalu menengahiku, dengan meyakinkan itu buakan sesuatu pertanda buruk.

JENDELA KELASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang