Yuko Araki as Riri Kananta a.k.a Rikako
—
Tania sudah berhasil mendapat persetujuan dari Je agar menjemputnya setelah Tania mengirimi abangnya pesan. Tentu, dengan tambahan sogokan satu kotak Choki-choki.
Di depan gerbang, Tania cemberut memikirkan uang simpanannya untuk membeli novel harus berkurang. Jadi ia harus menahan kembali keinginannya untuk memeluk Khalid.
Angin berhembus dan gerombolan murid yang pulang mulai berkurang. Situasi ini terasa menyedihkan bagi Tania.
Lima belas menit berlalu, Tania menunggu tanpa kepastian dan tanpa ingatan bagaimana wajah dua laki-laki yang membuatnya terlibat dengan dunia jejepangan.Tania mendesah. Jika saja jempol Kanya masih menempel pada iphone seperti biasanya, informasi apapun bisa dengan mudah didapatkan oleh si artis instagram dengan keahlian stalking tanpa batas itu.
Tapi, yasudahlah, Tania akan menunggu sampai dua laki-laki itu menjemputnya. Salah Tania juga pergi tanpa sempat bertanya dimana mereka akan bertemu.Ah, punggung Tania pegal. Ia bergerak mendekati tembok untuk menyandarkan punggungnya. Sebenarnya Tania juga ingin berjongkok saja rasanya. Harusnya sekolah ini menyediakan tempat untuk menunggu jemputan atau angkot dengan jajaran kursi.
Hm, mungkin Tania akan mengirim saran itu.
Karena Tania berdiri sendirian di depan gerbang, Tania serasa jadi gadis paling cantik. Bagaimana tidak, ada saja yang menggoda Tania untuk mengajaknya pulang bareng... naik angkot :'(Itu sudah angkot kesekian yang ditolak Tania dan Tania merasa sepuluh kali lipat lebih cantik dari artis tercantik di Indonesia.
Tania menghela napas sambil memutar ulang kejadian pagi tadi. Dia mencoba mengingat wajah Taka dan Kaze, tapi gagal. Yah, salah mereka juga sih, mencari gara-gara dan membuat Tania uring-urungan hingga tak memberinya celah untuk mencari ciri-ciri khas dari mereka. Yang Tania ingat hanya Hiro yang berkacamata, lainnya, ZERO!
Kemudian, Tania mencoba mengingat obrolan bersama Taka dan Kaze, siapa tau Tania melewatkan dialog Taka yang memberitahunya tempat dan waktu ketemuan.
Sia-sia.
Dia menoleh ke kanan-kiri, melihat ke depan dan ke belakang. Tania jadi merasa takut kalau-kalau Taka murka sebab Tania telat.
Hingga seorang laki-laki dengan seragam SMA datang dari seberang jalan dan menghampirinya.Itu pasti dia! Pekik Tania setelah melihat bedge kelasnya. Jadi dia memasang wajah sebal kemudian berdecak, "lama amat, Kak."
Laki-laki itu tak menjawab dan hanya menatapnya sambil mengerjap.
"Jadi latihan, nggak?"
"Lo ngomong sama gue?"
Tania merasa bimbang. "Lo bukan—“ lalu Tania menatap nametag laki-laki itu yang dipasang di saku samping blazer.
Salah oraaaaaang!
"Aduh, sorry, Kak. Gue salah orang. Sorry—banget!"
Senior itu mendengus lalu pergi setelah gadis yang dinanti datang.
Tania ingin menangis saja rasanya, apalagi saat dua sejoli itu tertawa sambil melirik Tania.
Sejak Tania masuk SMK, Tania memahami sebuah kenakalan yang diajarkan secara turun temurun oleh para senior. Jika bukan hari pemeriksaan, siswa manapun selalu melanggar aturan berpakaian, kan? Kalau murid SMK memiliki badge nama yang mau tak mau harus mereka jahit pada seragam dan baju prakerin mereka, murid SMA memiliki nametag. Mayoritas siswa SMA tak memasangnya. Tapi ada beberapa siswa yang mengenakannya di sembarang bagian seragam. Dua tempat yang paling banyak ditiru adalah di topi dan saku samping blazer.
Taka dan Kaze sendiri sepertinya masuk dalam bagian mayoritas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cosplay Couple
Teen FictionTania, si pecinta buku yang menderita Prosopagnosia, atau buta wajah, terpaksa menuruti syarat dari laki-laki jutek yang menahan STNK-nya, Taka, untuk menjadi partner cosplaynya selama empat event. Empat?! Tunggu- padahal Tania kan nggak suka dengan...