Seorang cowok berjalan dari ujung kooridor. Pakaiannya sangat tidak teratur. Baju nya tidak dimasukkan, rambutnya berantakan, serta tas hitam ia gendong di bahu kirinya.
Cowok itu bersenandung kecil. Ia merogoh sakunya, mencari earphonenya lalu memasangnya dikedua telinganya.
Matanya menangkap pemandangan yang cukup membuat hati nya diselimuti rasa bersalah.
Kana dan Bimo berjalan di kooridor dari arah berlawanan dengan Didi. Jaraknya semakin mendekat. Kedua nya saling melihat, namun tak ada ekspresi yang dapat dibicarakan.
Ingin sekali untuk menyapa, tetapi ego mengalahkan keduanya.
Tiba-tiba sebuah panggilan nyaring dari suara cempreng khas Crista terdengar.
Crista menggandeng Didi tiba-tiba. Sontak, para murid yang berada di sana pun bersorak heboh.'Kana dengan Bimo, Didi dengan Crista. Ada apa ini?'
Begitulah kira-kira isi pikiran mereka semua. Mungkin, kebanyakan dari mereka berfikir jika Kana berselingkuh dengan Bimo, dan Didi berselingkuh dengan Crista. Tapi nyatanya, tidak begitu.
"Pacar, mau ke kelas ya? Bareng yuk!" ajak Crista pada Didi. Didi mendelik.
"Pacar? Lo ngigo ya? Sejak kapan gue jadi pacar lo?" tanya Didi.
"Sejak kemarin, di Indomaret. Dengan dua saksi, yaitu Bimo dan Kana." Volume suara Crista sengaja untuk dibesarkan. Supaya Kana dan Bimo dapat mendengarnya.
Didi menghiraukan ucapan Crista. Cowok itu melepas gandengan tangan Crista, lalu berjalan meninggalkan Crista yang sekarang sudah menjadi tontonan para siswa maupun siswi.
Didi berjalan ke arah taman belakang. Dia sengaja tidak pergi ke kelas, agar Crista tidak mengikutinya. Saat melewati Kana, cowok itu menatap Kana datar. Tatapannya tidak bisa diartikan, begitupun tatapan Kana kepadanya.
Ingin sekali meminta maaf dan menjelaskan semuanya, tetapi sepertinya percuma. Orang tuanya sendiri tidak menyetujui hubungannya dengan Kana. Semakin digenggam, maka semakin sakit rasanya.
Untuk saat ini, dia hanya bisa berharap, semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuknya dan juga Kana. Itu saja.
☂☂☂
"Eh, lo liat si Didi gak?" Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Fero. Cowok itu dan Deni sedang sibuk berkeliling sekolah sambil memanggil nama Didi, dan sesekali bertanya kepada siswa maupun siswi yang berlalu lalang.
"DIDI MY MONEY! MUNCUL NAPA MUNCUL ET DA NYUSAHIN LO!" teriak Fero lantang. Deni menimpuk sebuah botol kosong ke kepala Fero.
"Dimana-mana tuh honey, bukan money," kata Deni mengoreksi.
"Si Didi kan uang gue. Kalau gak ada dia, bisa-bisa gue jajan sehari cuma goceng. Makanya, He is my money," jelas Fero dengan santai.
"Sereh anjir sereh."
"Serah woyyy, bukan sereh."
☂☂☂
Didi menyenderkan punggungnya pada pohon di belakangnya. Cowok itu memejamkan matanya, sambil mendengarkan alunan merdu yang berasal dari earphonenya.
Suara bel masuk kelas berbunyi, tetapi cowok itu menghiraukannya. Malas untuk belajar, yang hanya bikin otaknya semakin mumet.
KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
Teen Fiction[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...