'Perbaikilah shalatmu'
____
'Setiap kali engkau memperbaiki niatmu, maka Allah akan memperbaiki keadaanmu'
***
"Hanum"
"Kenapa?"
"Aku mau berubah"
"Bagaimana?"
"Hijrah. Memperbaiki diri. Tapi.... "
Aku menggigit bibir gelisah.
"Tapi, kenapa?"
"Bingung, mau mulai darimana."
Setelahnya, Hanum diam.
Atau mungkin sedang memikirkan kata - kata yang pas untuk menasehatiku? Entahlah.
Aku juga tidak berbicara apa - apa lagi. Membiarkan kami di selimuti keheningan beberapa saat. Sebelum suara Hanum terdengar lagi.
"Shalat."
"Hah?"
Aku mengerjap, bingung. Kemudian melirik pada jam dinding kelas yang baru menunjukkan pukul sebelas lebih lima belas menit. Belum masuk waktu dhuhur kan? Lalu, apa kata Hanum tadi. Shalat?Aku melirik Hanum yang juga menatapku sambil tersenyum, seakan mengerti kebingunganku dia melanjutkan, "Mulailah dari memperbaiki shalat mu, Rumi."
Ada jeda sejenak sebelum Hanum buka suara lagi.
"Perbaikilah shalatmu, maka Allah akan memperbaiki kehidupanmu. Pernah denger kata - kata yang ini?"
Aku mengangguk, tapi tak lama kemudian menggeleng lagi. Melihatku yang tidak jelas begini, Hanum hanya melirikku datar.
"Kamu ngangguk terus geleng tadi, maksudnya gimana? Pernah atau nggak?." Tanya Hanum memastikan.
"Pernah kok. Tapi lupa dimana, hehe." Jawab ku cengengesan.
Hanum mendengus.
'Hei, tidak penting juga kan aku pernah dengar atau tidak. Yang aku butuhkan kan sekarang saran dan tips - tips hijrah yang persentase keberhasilannya setidaknya sembilan puluh persen.' Protesku - dalam hati - karna pada kenyataannya yang bisa aku lakukan hanya duduk diam, siap mendengarkan akan kelanjutan ucapan Hanum.
"Seperti yang aku katakan tadi. Kalau kamu mau memperbaiki diri tapi bingung nggak tau mau mulai darimana. Coba mulai dari perbaiki aja dulu shalatmu. Shalat yang khusyuk. Usahakan shalat tepat waktu. Di - 'segerakan' juga." Hanum sepertinya sengaja menekan kata 'di - segerakan'. Aku tau dia sedang menyindirku.
"Tapi bukan berarti kamu ngebut ya, maksudnya, kamu jangan nunda - nunda shalat. Tuma'ninah nya juga jangan disepelekan, apalagi sampai terlewatkan. Terancam tidak sah shalatmu itu."
"Tuma'ninah?"
"Nggak tau tuma'ninah? Itu loh, ada jeda atau istirahat sebentar waktu lagi shalat, itu yang disebut tuma'ninah."
Tuma'ninah - jeda. Oke, noted. Akan ku ingat.
"Secara umum, pengertian tuma'ninah adalah diam atau tenang. Atau menghentikan seluruh gerakan tubuh yang lamanya minimal seukuran membaca subahanallah sebanyak satu kali. Sebentar kok, kurang dari 1 detik. Kalau mau lamaan dikit juga boleh, tergantung orang masing masing."
Oh.
Masih ada lagi pengertiannya? Dan yang ini ternyata lebih panjang.
Tuma'ninah.
Kata Hanum, shalat bisa tidak sah kalau tidak diselingi tuma'ninah.
Dan, seketika aku merasa kosong. Ingatan ku mengkilas balik saat saat aku melaksanakan shalat.
Benarkah shalat ku selama ini?
Apa aku sewaktu shalat, tuma'ninah dulu atau tidak?
Bagimana kalau ternyata selama ini aku melewatkannya.
Pertanyaan pertanyaan ini seketika mengganggu pikiran ku.
Udah shalat kebut - kebutan, ditambah tidak tuma'ninah. Betapa ruginya tujuh belas tahun hidup ku ini. Sia - sia.
'Astagfirullahal'adzim'
Aku beristigfar dalam hati, mengingat bagaimana aku terkesan ugal - ugalan dalam melaksanakan kewajiban ku sebagai umat islam.
"Kenapa harus memperbaiki shalat lebih dulu untuk menjadi lebih baik?."
Aku bertanya sekali lagi pada hanum yang entah sejak kapan berubah status menjadi 'ustadzah dadakan' - didukung lagi dengan kerudungnya yang super besar ala anak pondok pesantren yang membuatnya beda sendiri di sekolah kami."Memperbaiki shalat lebih dulu memang adalah hal yang tepat dan benar." Hanum menjawab sambil sibuk memasukkan peralatannya ke dalam tas, "Karna shalat merupakan ibadah yang paling utama dalam menghamba kepada Allah. Dan apabila shalatmu sudah baik menurut Allah, maka sudah jelas kehidupanmu juga akan membaik." pungkasnya, bertepatan dengan itu notifikasi muncul di ponselnya -yang sempat ku lirik - bahwa waktu dhuhur akan segera tiba.
"Jadi, Arumi Shidqia ...." Hanum melirikku dengan senyum tertahan, "sudah siap buat menjadi lebih baik lagi?."
Aku belum sempat merespon ketika - tau - tau hanum sudah menarikku ke mushola sekitar area sekolah.
Ah, anak ini.
Tapi, aku serius dan siap untuk berubah menjadi lebih baik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menata Langkah Menuju Jannah
Spiritual"Ketika engkau sudah berada di jalan yang benar menuju Allah, maka berlarilah. Jika sulit bagimu, maka berlari kecil lah. Jika kamu lelah, berjalanlah. Jika itupun tidak mampu, merangkaklah. Namun jangan pernah berbalik atau berhenti." - (Imam Syafi...