El dan Levia saling bertatapan cukup lama. Bukan karna drama, bukan
Tapi keduanya bingung sama apa yang mereka rasain sekarang. Kangen, ada. Marah, ada. Tapi semua itu cuma terbendung sampai di hati mereka masing-masing, nggak ada sepatah dua patah kata pun yang terungkap
Levi kemudian menunduk, dia ngeliat ke arah tangan El yang dulunya penuh tattoo itu. Sekarang bersih, begitu juga rambutnya sudah tidak diwarna aneh-aneh dan telinganya sudah tidak pakai anting ato piercing lagi
Tampan, batin Levia. El selalu tampan menurutnya, namun dengan penampilannya yang seperti ini ketampanan mantan pacarnya itu bertambah drastis
"How's life?" tanya El
Levi mengangguk, "Good. Gue barusan lulus dan sempet beberapa kali pulang ke Indo juga buat dateng ke pernikahan Tia sama bang Adhi, ke nikahan Lianna sama bang Sakti, trus terakhir juga kemarin ke nikahan Thania ama bang Noviant. Tapi kalo untuk pekerjaan, gue sekarang ngelola dapur rekaman di Austria sama coaching murid-murid sekolah vokal disana"
"Bagus deh" jawab El, Levi mengangguk tanpa ekspresi
"Terus lu gimana bang? Banyak berubah lho gue liat-liat"
El menggaruk tengkuknya yang nggak gatel, dia bingung mau jawab gimana
'Iya banyak berubah lah kan gue berubah gini juga demi lu'
"Yaaaahh as you see it, Lev" ucap gue "Gue sekarang guru disini, mau nggak mau ya gue harus berubah kan? Masa' lu mau liat guru SMA tattoo an ditangan?"
Levia senyum awkward, "Hehe, iya sih bang"
El tersenyum tipis ngeliat mantan pacarnya itu. Tangannya rasanya berat banget buat ditahan biar enggak meluk Levia
El rindu Levia nya. Levia nya yang ceplas-ceplos dan suka meledeknya, Levia nya yang sering berpenampilan kacau tapi masih imut dimata El, Levia nya yang punya ketawa paling manis sedunia
Tanpa El perlu tahu, apakah Levia masih pantas disebut sebagai Levianya atau sudah tidak. Rindu ya rindu saja, sudah cukup. Bukankah begitu? Batin El
"Lu juga banyak berubah Lev" ucap El "Dulu lu paling anti rambut pendek, sekarang rambut lu malah short bob"
"Haha, iya rontok mulu soalnya udah tua kalik ya gue bang hahahahaha" canda Levia "Nggak pantes ya? Banyak yang bilang cocok panjang sih emang, tapi yaudah lah mau gimana orang akarnya juga nggak kuat mending potong"
El menggeleng, "Cocok kok semuanya buat lu mah. Mau panjang, pendek, botak sekalipun. Jatahnya cantik ya cantik lu tuh"
Levia membelalak, ini barusan El muji dia apa gimana?
"Ahaha" Levia ketawa awkward lagi "Ya.. Yaudah bang, gue balik dulu"
Levia pun segera membuka pintu mobilnya, berduaan gini sama El nggak bagus sama sekali buat kondisi jantungnya
"Lev!"
ai sia bagong napa lagi sih nih mantan
"Iya bang?" ucap Levia dari jendela mobil yang terbuka
"Nomer gue masih sama" ucap El
"Hah?"
"Kali aja lu mau hubungin gue" jawab El "Gue nggak pernah ganti nomer sekalipun sejak kita putus"
Deg!
Emang bedebah ya kau El Theia Permana Putra
"I.. Iya" ucap Levia "Gu.. Gue cabut bang"
Levia segera mengemudikan mobil BMW nya keluar dari arena SMA Rinjani
Di dalam mobil Levia merenung: kenapa dunia ini sempit banget buat dia? Jauh-jauh pulang ke Indonesia sebentar aja harus satu kantor sama mantan pacarnya yang sampe sekarang belum bisa dia lupain itu. Mana pake acara baper segala lagi kan fak lah
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizzierte Liebe [by: Chrisvees]
Short StorySketched, or painted? [DLG Series Pt.3] [Story by: @chrisvees] copyright © chrisvees, 2017