CASE 2 | the war?

3.3K 452 14
                                    

Pagi harinya entah mengapa Haechan menjadi begitu rajin untuk datang lebih awal kesekolah, namun yang laki-laki itu coba lakukan hanyalah menundukkan kepalanya, ia datang kesekolah lebih pagi bukan karena dirinya hendak belajar atau apa, tapi karena dirinya harus diinterogasi oleh guru

Laki-laki itu mendongak ketika melihat Haera membuka pintu kelas dengan tangannya yang terlihat lemah, wajahnya terlihat bengkak “Haera Moon.” Haechan bangkit ketika gadis itu menjatuhkan dirinya diatas kursi didepan bangku milik Haechan “Kau baik-baik saja?”

Gadis itu menatap Haechan tidak mengerti, tetapi memilih untuk mengangguk kemudian dengan wajahnya yang tampak pucat, perhatian keduanya teralihkan pada Yeri yang muncul dari balik pintu “Lee Saem memanggil kalian. Ada apa?”

“Bukan apa-apa, ayo, Haera.”

Haera dan Haechan berlalu meninggalkan Yeri yang masih bertanya-tanya, dalam perjalanan menuju ke ruang guru, keduanya hanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing sebelum Haechan dengan mulut ajaibnya mulai buka suara “Agensi, jadi sangat ramai kemarin.”

Menangkat kepalanya untuk menatap Haechan, gadis itu menemukan netra Haechan kian sayu, sepertinya laki-laki itu juga tidak tidur semalaman “Agensi dan keluarga mendiang akan melakukan pemakaman besok.”

“Pasti berat sekali untukmu, kan?” Haechan merendahkan pandangannya, mendapati netranya kini bertabrakan dengan pandangan Haera, laki-laki itu kini menatap setiap senti dari wajah Haera yang entah sejak kapan mendapat sebuah plester di dahinya

Haechan merasa ada yang tidak beres didalam dirinya, ia merasakan pipinya memanas hanya dengan menatap Haera, ini sama sekali tidak benar.

“Kehilangan seseorang yang seperti adik untukku, pasti sangat berat. Kami menghabiskan lima tahun untuk trainee bersama, ketika pengumuman siapa saja yang akan debut hampir rilis, kejadian seperti ini malah menimpa dirinya.” Laki-laki dengan surai hazlenut itu mendesah kasar, kemudian beralih menatap perempuan disampingnya ketika merasakan bahunya ditepuk perlahan, perempuan itu, Moon Haera, tersenyum kecil, membuat sesuatu dalam diri Haechan menghangat

*

Sesi tanya jawab sebagai saksi yang seperti interogasi itu akhirnya selesai setelah empat jam lamanya “Kau lapar? Mau makan siang?”

“Oh? Aku akan ajak Yeri..”

“Aku sudah bertanya padanya, dia bilang dia sudah makan.”

Haera kehabisan kata-kata untuk membalas pernyataan Haechan. Pun ia merasa tidak pantas untuk makan bersama trainee idol dari agensi terkenal seperti Haechan “Ayo, wajahmu sangat pucat.”

Memang benar, bahkan dirinya belum makan sejak kemarin, akhirnya Haera menyetujui ajakan Haechan untuk makan siang di kantin daripada dirinya harus makan siang sendirian saja

Ketika Haera mengira dirinya dan Haechan akan makan berdua saja, ternyata dirinya salah, Haechan malah bergabung dengan Jeno, Jaemin dan Renjun yang telah menghabiskan setengah dari masing-masing makanan mereka, Haechan menjatuhkan dirinya diatas kursi dengan frustasi

“Bagaimana interogasinya?” Jaemin melempar pertanyaan itu ketika Haechan baru saja hendak menyuapkan suapan nasi pertamanya

“Haera, semuanya lancar?” Haera mendongak ketika namanya disebut oleh Jeno yang entah sejak kapan mengetahui namanya dan menyebutkannya kedua kali ini, yang tiap kali disebut oleh laki-laki dengan guratan rahang yang tajam itu, membuat dirinya semakin berdebar

“Oh.. kami—aku dan Haechan, menjawab semuanya dengan lancar. Investigasi dari polisi akan diumumkan dua hari setelah ini.”

Jeno mengangguk, wajahnya yang terlihat lelah mencoba untuk tetap tegar, bukan hanya Jeno, tapi juga Jaemin dan Renjun

“Tidak perlu terlalu dipikirkan, semuanya akan segera membaik ketika semua orang tau siapa pelakunya, polisi pasti dengan cepat dapat mengidentifikasi pelakunya.” Renjun, menahan sendoknya sembari tersenyum tipis pada Haera, bahkan mata panda yang ia coba tutup dengan concealer tetap terlihat jelas, Haera hanya mengangguk lemah pada kata-kata Renjun, berharap pelakunya segera ditemukan

“Klub archery ditutup sementara, bagaimana denganmu?” lagi-lagi Jeno melontarkan pertanyaan tak terduga pada Haera, membuat gadis itu hampir tersedak mengetahui fakta bahwa Jeno ternyata tau dirinya mengikut klub panahan

“Aku—ya, mungkin akan vakum untuk sementara waktu. Klub Archery juga berkabung untuk Jisung.” Balas Haera, Jeno hanya mengangguk

“Bagaimana kau—“

“Renjun, kau tidak suka kentang, berikan aku kentangmu. Ah—jangan lupa, aku juga anggota klub Archery.” Ujar Haechan tiba-tiba, memutus obrolan antara Haera dan Jeno, membuat keduanya melirik tidak mengerti kearah Haechan yang kini tengah memindahkan kentang milik Renjun kedalam nampan miliknya

*

Haera berhenti disebuah pintu dengan cross line berwarna kuning didepannya. Gadis itu mengambil napas perlahan, kemudian memantapkan dirinya untuk masuk kedalam sana, kedalam sebuah tempat kejadian perkara dimana seorang juniornya dibunuh dengan brutal

Membuka pintu itu perlahan, Haera kembali memantapkan dirinya untuk masuk kedalam sana, mencari bendanya yang tertinggal didalam loker klub, sebuah jaket yang sempat ia masukkan kedalam loker kemudian tertinggal didalam sana untuk beberapa hari

Haera memejamkan matanya ketika bau anyir mulai menyeruak kedalam indera penciumannya, ketika ia menatap kepada lantai yang terdapat garis polisi, ia mendapati darah Jisung yang belum sepenuhnya bersih diatas sana

Ia harus bergegas, sebelum ada yang datang dan mulai menuduhnya atas hal yang tidak-tidak. Gadis itu mulai membuka loker miliknya yang berada tepat disamping loker milik Haechan. Laki-laki itu mengikuti Klub Archery di tahun keduanya, sedangkan Haera mengikuti klub Archery ditahun pertamanya masuk SMA

Tapi gadis itu tak mendapati jaketnya dimanapun, ia mencoba untuk mencari dimanapun didalam ruangan itu tapi nihil, ia tak menemukan apapun disana

“Hei..”

Suara berat seorang laki-laki membuat Haera berbalik dengan jantungnya yang seakan hampir mencuat dari tempatnya, dan mendapati Jeno berada tepat dibelakangnya “Aku membuatmu terkejut?”

Haera mencoba mengatur napasnya yang memburu “Kenapa—kau ada disini?”

“Aku melihatmu masuk tapi kau tak kunjung keluar, kupikir ada apa-apa denganmu, jadi aku masuk.” Ujarnya santai sembari melihat lihat keseluruh penjuru ruangan

Haera ikut mengedarkan pandangannya pada ruangan klub archery, ia merendahkan pandangannya kebawah, dan mendapati sebuah benda yang berkilau diterpa sinar matahari, sebuah kancing. Ia berjongkok untuk meraih benda itu yang berada dibawah meja, itu adalah kancing seragam sekolah mereka. Jeno ikut berjongkok disamping Haera, mengamati benda yang kini berada di tangan Haera lamat-lamat

“Sebaiknya kau simpan benda itu, aku pikir kau menemukan bukti, Haera..” Jeno menatap manik mata Haera, seakan terhipnotis, Haera bahkan enggan mengalihkan pandangannya dari netra milik Jeno

Haera kemudian mengalihkan pandangannya ketika merasakan rasa panas menjalari pipinya, gadis itu bangkit diikuti oleh Jeno yang kini menepuk pucuk kepala gadis itu lembut sebelum berlalu pergi meninggalkan Haera dan jantungnya yang berdebar tak beraturan

_______________

_______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[1] ANATHEMA : The Face of Angel [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang