Gadis itu menatap soal-soal di bukunya dengan tatapan kosong, sesi belajar mandiri selalu membosankan untuknya, namun tak pernah semembosankan seperti saat ini
Berkali-kali ia mengambil napas panjang dan menghembuskannya secara kasar, dituduh sebagai pembunuh, siapa yang tidak akan frustasi dengan hal itu?
Haera mengacak surainya frustasi, memijat pelipisnya yang berdenyut-denyut hebat. Ia butuh udara segar. Gadis itu bangkit dari bangkunya, kemudian meminta izin pada Song Saem untuk pergi ke toilet, usai diberi izin, Haera berjalan menyusuri koridor yang tampak sepi, tidak banyak siswa yang mengikuti kelas malam, tapi kondisi ini lebih sunyi dari biasanya
Adalah hal yang normal ketika gadis itu membalikkan badannya dengan jantung yang memburu ketika seorang dengan tangan yang lebar menepuk bahunya, ketika mendapati Haechan dibaliknya, gadis itu memegangi jantungnya yang berdebar tak karuan "Terkejut?"
"Bagaimana kelihatannya?" Haera masih berusaha mengatur napasnya yang memburu, mendecih pada Haechan kemudian melanjutkan langkahnya yang entah membawa dirinya kemana
"Kau mau kemana?"
"Bukan hal yang harus kau ketahui. Memangnya kenapa kau mengikutiku begini? Sesi belajar mandiri harusnya menjadi waktu tidur untukmu."
"Aku tidak sedang mengikutimu."
"Kau mengikutiku."
"Aku tidak mengikutimu. Jangan terlalu berharap."
Haera mencibir. Haechan hanya mengendikkan bahunya acuh. Kedua insan itu berjalan beriringan tanpa arah, hanya berjalan saja, pun kemudian berhenti pada sebuah ruangan dengan cross line membalut beberapa bagian pintu yang tak tertutup sempurna itu "Harusnya pintu ini tertutup kan?" Haechan meraih gagang pintu dengan tangan kanannya, mendorong benda itu mundur dan mendapati sebuah pemandangan yang membuat darahnya berdesir kencang
Pun Haera merasa darahnya kini terkuras habis hingga kakinya berubah lunglai, ia merasa kini tulang-tulang yang menyangga tubuhnya pergi entah kemana. Genggaman Haechan pada gagang pintu berubah bergetar, laki-laki itu bahkan tidak bisa mengatupkan bibirnya
Hal itu terjadi lagi, ditempat yang sama
Seorang laki-laki tanpa pakaian, hanya celana hitam seragamnya yang tertinggal disana, kedua lengannya terikat sempurna keatas hingga menggantungkan tubuh yang telah lunglai dengan bibir yang membiru. Lagi-lagi dengan perut berlukis sebuah target panahan lengkap dengan tiga buah anak panah yang berhasil mendapatkan poin 10 disana
Mengucurkan cairan segar yang masih menetes deras dari arah busur panah tertancap
Haera menjerit tanpa suara, kini gadis itu bahkan tak dapat menahan tubuhnya sendiri hingga ia harus terjatuh sembari menahan sesuatu yang terasa penuh didalam dadanya
"Hei sedang apa kalian?" seorang laki-laki entah dari kelas berapa dan kelas mana, mendapati Haechan dan Haera sama terkejutnya, laki-laki itu mendekat dan mendapati seseorang dibunuh secara mengenaskan didalam klub archery "Ada pembunuhan lagi!"
Dalam sekali teriakan, laki-laki itu berhasil mengumpulkan masa dan membuat area TKP menjadi ramai "Moon Haera!"
Sayup-sayup dengan pandangan yang mengabur, Haera dapat menyaksikan Lee Jeno, dengan surai kecokelatan miliknya berlari kecil menuju Haera, menggenggam bahu gadis itu, membawanya berdiri
"Jaemin! Itu Jaemin!"
"Benar itu Na Jaemin!"
"Yang menemukan pertama kali Haechan dan Haera? Jelas sekali karena merekalah pembunuhnya, mereka berdalih seakan menemukan mayat Jaemin pertama kali padahal merekalah yang melakukannya!"
Bisikan-bisikan itu membuat Jeno kian penasaran apa yang terjadi di dalam, dan ketika dirinya berhasil mendapatkan apa yang terjadi didalam, seketika dunianya terasa runtuh, Na Jaemin, sahabatnya sejak ia masuk agensi, kini dengan tubuh kaku dan membiru, menggantung sendirian didalam sana
"Jaemin!" Jeno menyerukan nama laki-laki yang kini tergantung kaku didalam klub archery, ia tidak dapat membendung perasaan berkecamuk dalam dadanya, ia menangis begitu saja ketika polisi serta tim forensik datang untuk mengevakuasi, Renjun berusaha untuk menahan Jeno masuk kedalam sana dan mengacaukan TKP
"Jeno tolong biarkan mereka melakukan tugasnya dulu!" Rahang Renjun mengeras ketika Jeno meronta didalam rangkulannya, tubuh Jeno yang jauh lebih besar dari dirinya membuat laki-laki itu sedikit kewalahan ketika harus menahan Jeno
Jeno menjadi lebih tenang ketika proses evakuasi telah usai dilakukan, urat-urat di matanya yang kini memerah membuat laki-laki itu terlihat kian mengerikan dengan pandangan yang kosong
Renjun memijat pelipisnya yang terasa berdenyut "Rasanya aku hanya belajar selama satu jam dan kejadian ini sudah terulang kembali. Harusnya mereka menutup klub archery dengan rantai."
"Haechan, ayo kita kemasi barangmu dan datang ke agensi, mereka terus saja spam pesan padaku karena ponselmu tidak aktif." Lanjut Renjun ketika melihat layar ponselnya dipenuhi oleh pesan dari atasan mereka, Haechan mengangguk tanpa membantah, kemudian dirinya dan Renjun kini menghilang dari persimpangan koridor meninggalkan Haera dan Jeno yang kini sibuk dengan pikiran masing-masing
Dengan napas yang memburu, kini Jeno bangkit dan mencoba untuk menghantam dinding dengan kepalan tangannya yang erat sembari mengeram bak orang kesetanan "Jeno stop!"
Tak mengindahkan kata-kata Haera, Jeno terus saja meninju dinding hingga darah segar kini seakan meleleh dari buku-buku jarinya "Jeno-stop-" Haera tak kuasa menahan air matanya, gadis itu berdiri dihadapan Jeno yang berhenti meninju dinding, netranya kini bertemu dengan netra sayu milik Haera, mendapati gadis itu menangis dihadapannya adalah hal yang membuat hatinya kian terluka
Jeno mendekatkan dirinya, membuat jarak sesingkat mungkin antara dirinya dan Haera, laki-laki yang jauh lebih tinggi dari Haera itu meletakkan kepalanya pada satu sisi bahu sempit milik Haera, membuat gadis itu didominasi rasa terkejut yang luar biasa ketika kini tangan Jeno yang lemah mencoba meraih punggungnya
"Jeno.."
"Biarkan seperti ini, sebentar saja."
Haera membiarkan bahunya basah karena mungkin Jeno tengah menangis di bahunya kini. Gadis itu memejamkan matanya sejenak, menerka-nerka apakah hal ini adalah mimpi atau kenyataan yang harusnya tak terjadi diantara makluk biasa seperti Moon Haera dengan ciptaan tuhan yang luar biasa seperti Lee Jeno
Menjulurkan tangannya untuk menepuk lembut punggung Jeno, Haera mencoba menahan tangisnya dan membiarkan tangis Jeno yang mendominasi suasana yang sunyi
Sedangkan seseorang dibalik koridor, tengah menahan napasnya yang kini menjadi kian menyesakkan melihat apa yang tersuguh dihadapannya, ia kemudian tersenyum pahit, membiarkan dirinya ditampar oleh kenyataan
___________
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ANATHEMA : The Face of Angel [✓]
Mystère / Thriller[𝐍𝐂𝐓 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦] Seorang trainee idol ditemukan tewas mengenaskan di klub archery dengan perut dilukis menjadi target panahan, pun panah itu berhasil mencetak skor 10 disana ©peachiologist, 2019