"Ya aku baik-baik saja Mom, aku akan pulang jika aku sudah benar-benar siap untuk pulang"....
"Tentu saja, aku akan menjaga diriku tidak ada yang perlu kalian khawatirkan"
.....
"Baiklah, sampaikan juga permintaan maafku kepada Andy, katakan kepadanya aku harap dia dapat menemukan gadis baik yang bisa membuatnya bahagia. Jaga diri kalian, aku menyayangimu"
Panggilan berakhir disertai dengan hembusan nafas panjangku. Kuletakkan ponselku di atas pangkuan lalu aku mengambil posisi yang nyaman di ayunan sambil menengadah memandangi bintang-bintang.Hari demi hari yang kulalui di rumah ini membuatku sulit untuk mengatakan bahwa aku merasa nyaman dan dapat beradaptasi dengan baik. Rasanya seperti aku berada di sini karena keinginanku sendiri, bukan karena aku sudah berjanji kepada Connor untuk memberikannya kesempatan selama tiga bulan.
Kuakui Connor telh berusaha keras memberikan yang terbaik untukku. Dia membangun suasana dan tempat yang nyaman, dia juga tidak pernah mendesakku untuk melakukan apa yang dia inginkan. Connor sangat perhatian dan penyayang, aku tidak tahu dia melakukan ini hanya untuk mendapatkan kembali kepercayaanku atau dia benar-benar tulus mencintaiku. Well, sulit membaca isi kepala pria misterius itu.
Tapi meskipun begitu, aku tetap membentengi diri agar tidak mudah jatuh pada sikapnya yang manis dan penuh perhatian. Aku masih menciptakan jarak yang nyata di antara kami berdua, jarak yang terkadang membuat Connor menjadi frustrasi. Bukannya aku sok jual mahal, aku hanya tidak ingin terlalu terburu-buru dan gegabah. Biar bagaimana pun hanya sedikit yang kutahu tentang Connor yang baru, pria itu masih menyimpan seribu rahasia di belakangku.
Omong-omong sudah seharian ini aku tidak melihat Connor. Dia pergi pagi-pagi sekali sebelum aku bangun dan belum kembali hingga sekarang. Seperti yang Sam katakan Connor punya banyak urusan pekerjaan, bisnis dan politik itulah yang dia lakukan namun entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang mencurigakan dari pekerjaan yang tidak pernah mau Connor bicarakan bersamaku.
Aroma oud wood yang tajam memenuhi indra penciunanku saat mataku mulai terpejam. Oh, baru saja aku memikirkannya kini dia sudah datang. Aku tetap pada posisiku, bersandar di ayunan yang tidak bergerak sambil memejamkan kedua mataku. Tak lama kemudian aroma itu terciun semakin dekat dan ayunan bergerak saat Connor duduk di sisiku, aku dapat merasakan sepasang mata hazelnya memperhatikanku dalam diam. Mungkin dia ingin memastikan apakah aku benar-benar tidur atau hanya sekedar memejamkan mata.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya.
"Mengapa? Aku tidak diizinkan untuk pulang dan sekarang kamu melarangku untuk bersantai di halaman belakang?" sahutku, masih dengan mata yang tertutup. Bukannya aku bermaksud bersikap ketus, tapi membalas Connor dengan kalimat yang pedas sudah menjadi kebiasaanku sekarang.
Connor menghembuskan nafas panjang, "Kamu tahu bukan itu maksudku, hari sudah malam kamu bisa sakit jika berada terlalu lama di luar"
"Kamu sudah makan malam?" aku bertanya, mencoba untuk bersikap baik dan peduli kepadanya.
Connor membutuhkan jeda yang cukup lama sampai ia menjawab pertanyaan itu, "Belum. Kamu?"
Aku mengangguk pelan, "Sudah. Kamu bisa masuk dan makan, aku akan menyusul sebentar lagi"
Tidak ada pergerakan sedikit pun, itu artinya Connor tidak beranjak dari ayunan ini. Membuka kedua mata aku menoleh untuk melihat sosoknya yang berada di posisi yang sama persis denganku sebelumnya, bersandar sambil menengadahkan kepala melihat bintang-bintang. Di belakang telinganya aku menemukan sebut tatto bertuliskan R.A.T, uh apakah itu tatto baru? Sejauh yang aku ingat Connor hanya punya tatto bergambar sepasang sayap pada dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Dirty Little Cherry (Completed)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Cherrie Perkins hendak kabur dari rumah dan juga pernikahannya sendiri, tapi yang terjadi dia justru diculik oleh sekelompok orang yang tidak dia kenali. Cherrie tidak memiliki teman apalagi musuh, sehin...