Sinar matahari di luar sudah cukup terang hingga membuat orang-orang harus menjalani segala pekerjaan mereka hari ini.
Tapi tidak untuk Yoo Jeongyeon. Detektif muda dan juga tampan itu memilih menjenguk Chaeyoung yang sampai sekarang belum sadar juga.
Dia diam. Yang terdengar hanya alat penunjang tubuh milik Chaeyoung.
Mina memang sedang tidak ada di kamar karena harus mengikuti terapi untuk kakinya yang masih lemah. Jadi, ruangan itu hanya ada Jeongyeon dan Chaeyoung.
Hah~
Helaan napas berat Jeongyeon keluarkan."Direkur Son?" akhirnya Jeongyeon bersuara
"maafkan saya karena begitu lama memecahkan kasus anda" sambungnya".........."
"andaikan anda sadar dan tidak tidur dalam waktu yang tidak bisa diprediksi seperti in, Kasus ini pasti akan segera terselesaikan dengan adanya bantuan anda."
"........"
"tapi tenang saja direktur. Saya akan bekerja semaksimal mungkin memecahkannya!" ujar Jeongyeon sembari berdiri dari duduknya dan memberi hormat
Grep..
"eoh?" Jeongyeon terkejut ketika merasakan sebuah sentuhan di tangannya."direktur Son?"
Di lain sisi...
Jimin tengah terlihat khawatir saat ini.
Dengan tergesa-gesa, diambilnya handphonenya dan menelphone seseorang.Kau di mana?
.......
Bagus. Aku ingin kau melenyapkan Daniel dan Somi.
.......
Ahh tunggu..tunggu..
Jangan bunuh mereka dulu. Cukup siksa saja mereka dan sembunyikan di gudang. Biar sisanya aku yang tangani.......
Tidak perlu mengajariku. Lakukan saja perintahku bodoh!
Pip!
Jimin mematikannya sepihak.Handphone dilemparkan ke atas sofa.
"sialan! Detektif-detektif bodoh itu berani ikut campur" gerutunya
"Kenapa juga Nayeon harus ikut campur dengan ini!" sambungnya
"dasar gadis bodoh. Kau membuatku ingin membunuhmu!"
❤
Jam telah menunjukkan pukul 22.00 malam. Rumah sakit tampak sepi. Yang ada hanyalah dokter dan suster yang memang mengambil shift malam.
Seorang pria mengendap-endap memasuki sebuah ruangan VIP yang minim akan pencahayaan.
Suami(?) istri yang menjadi pasien terlihat begitu tenang dalam tidur mereka.
Sebuah senyum terpatri. Kaki melangkah mendekati sebuah ranjang.
Tangan terangkat mengelus wajah gadis yang tertidur tanpa permisi.
"hah~ Mina. Maaf aku melakukan ini padamu. Kau sebenarnya gadis baik. Tapi suamimu(?) itu harus ku bunuh"
"Chaengi?" Mina terbangun dan reflek berteriak karena terkejut.
Mulut di bekap dengan tangan.
"sttt..jangan melakukan hal yang tidak perlu cantik!"
"mmpphhh"
"tenang saja, aku tidak akan menyakitimu!" ujar pria itu sembari melepas tangannya.
"kau berteriak, kalian mati!" sambung pria itu.Mina menurut. Dia tau keadaannya memang tidak memungkinkan untuk berbuat nekat. Lagipula tubuhnya masih lemah.