Part 15 -JADIAN

113 9 64
                                    

"Mereka pasti sembunyi di semak-semak itu, kali ini mereka akan kami tangkap lihat saja..." Pria-pria itu berjalan mendekat semak-semak yang disana nya ada Aruna.

Aruna menatap Tristan yang ada di semak-semak lain, sekarang bagaimana ia bisa lari? Sedangkan kakinya saja--- ah menyebalkan kenapa kakinya harus patah dalam keadaan seperti ini.

Beberapa penjahat itu semakin mendekat––suara langkah kakinya terdengar jelas.

Aruna menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suaranya, ia sudah berpikir yang tidak-tidak sebab tidak ada cara lain––dirinya pasti akan tertangkap oleh beberapa pria itu.

"Nah ini dia--"

BUG!

Penjahat itu memang sudah menemukan Aruna––namun Tristan yang berada di semak-semak yang lain segera memukul penjahat itu dengan menggunakan kayu ke belakang kepala penjahat itu hingga ia terbaring tak sadarkan diri.

Namun itu belum selesai, penjahat yang satunya lagi ternganga melihat Tristan dan hendak memukul Tristan juga dengan senjata yang sama.

Tapi Aruna buru-buru mengintruksikan kepada Banni agar melihat kebelakang dan--

BUG!

Penjahat itu memukul kening Banni––mungkin saja keningnya sudah benjol akibat pukulan keras itu.

Aruna ternganga disana.

Banni yang terjatuh sedikit, memegang kening nya.

Penjahat itu kembali membawa kayu nya dan hendak memukul Tristan kembali.

Aruna yang melihat itu segera bangkit, berjalan ke arah belakang agar tidak ketahuan––ia juga mengambil kayu yang sama––tepatnya di belakang penjahat itu Aruna langsung memukul kepala bagian belakang penjahat itu hingga tak sadarkan diri.

Dengan segera Aruna menghampiri Tristan dengan jalannya yang pincang.

"Kak Tristan gak papah?" Panik Aruna.

"Gak papah..." Dusta Tristan padahal kepalanya sudah benjol.

Aruna memegang pipi Tristan agar lelaki itu bisa menatapnya dan ia bisa leluasa melihat lukanya karena Tristan seolah bersembunyi darinya.

"Beneran benjol dong..."  Aruna menahan tawanya.

Tristan langsung memberikan nya tatapan datar karena sudah mau menertawakannya.

"Iya ini benjol namanya--" sahut Tristan agak kesal.

Aruna menahan senyumnya––jika Tristan sedang merajuk seperti ini malah semakin gemas.

"Ayo kita kabur lagi," ajak Tristan sambil berjongkok di belakang Aruna agar gadis itu menaiki punggung nya lagi.

Namun Aruna tak kunjung naik membuatnya menoleh ke arah gadis itu. "Kenapa?"

"Ntar lo cape lagi..." Cicit Aruna agak merasa menyusahkan, setidaknya kemarin malam ia sudah menjadi beban Tristan, masa terus-terusan? Terus lelaki itu juga seperti nya mau terus di repotkan olehnya.

Tristan tersenyum simpul. "Kalau cape ya pastilah, tapi gue gak selemah yang lo pikir kok." Jelasnya.

Aruna berdesis. "Ish, maksud gue tuh bukan lo lemah tapi gue kan berat, belum lagi kepala lo benjol Tristan!"

Tristan ternganga. "Benjol nya di kening bukan di tangan atau punggung!"

Aruna berdecak. "CK! Masih aja kagak paham! Percuma selalu ranking umum di sekolah! Tapi beginian aja kagak paham!"

Tristan menggaruk kepalanya semakin tak mengerti. "Apa maksudnya Ratu?!"

"Nih, kita kan sama-sama cape, terus lo gendong gue, belum lagi gue berat! Emang menurut lo, ya fine-fine aja kagak apa-apa TAPI GUE GAK ENAK NGEREPOTIN LO TERUS PAHAM GAK?!" Jengah Aruna sedikit memekik di akhir kata.

ARUNA STORY: Feel Again [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang