Senja pulang dan petang lahir dibelai alam.
Segala kebingungan dikepala Durahaman mulai beranak pinak. Apa yang harus ia lakukan. Bingung bukan kepalang.Ia rogoh kedua saku celananya yang usang. Hanya ada sebuah kotak cincin dan saputangan. Tak ada sepeserpun uang.
Dilaci mulai ia cari, hanya ada sisa uang akhir bulan yang bahkan tak cukup untuk membeli beras satu kilo.
Ia beralih sasaran ke lemari, mulai mengobrak abrik seluruh isi. Hasilnya nihil, ia benar-benar kere. Ia merebahkan badan diatas ranjang sembari menerawang atap usang. Apa yang musti dilakukan? Mau berhutang tetangga? Orang-orang desa sama krisis moneternya.
Otaknya terus berputar mencari ide-ide cemerlang. Hingga ia berhenti disatu titik. Sebuah tombak yang tersandar disudut ruang. Bahunya seketika mendapat pasokan amunisi tambahan dan langsung bangkit untuk meraihnya. Tubuhnya seperti ditarik makhluk astral, kakinya berlari dengan kencang menembus rerimbunan hutan sendirian.
"Nur Lela kau akan kutaklukan" semangatnya membara.
***
Jam dinding tepat pukul enam belas . Nur Lela tengah membersihkan pelataran rumahnya. Hingga sebuah sepedah ontel datang dengan kencang. Dan dengan handalnya ketika tahu Nur Lela telah berada didepan rumah. Seketika sepedah tersebuh berhenti.
Senyum ramah lahir dari si pengendara yang tidak lain dan tidak bukan adalah Durahman.
Nur Lela menyandarkan sapu lidi dibawah pohon. Lalu mendekati tamunya. Sedangkan sang tamu malah sibuk sendiri dengan sebuah barang yang ia ikatkan pada bagian belakang sepedanya.
"Apa yang kau bawa?" Tanggap Nur Lela.
"Seperti yang kau minta" ucap Durahman mantap. "Aku boleh masuk?" Lanjutnya.
Nur Lela hanya mengangguk pelan, seperti orang yang ling lung, ia diam terpaku.
"Ayo, kau tuan rumah. Jadi silahkan duluan" sapa Durahman dengan senyumnya.
"Ah i-iya"
Keduanya duduk di ruang tamu yang sangat alakadarnya.
"Kali ini hanya ada air putih lagi" ucap Nur Lela sembari menyuguhkan secangkir air putih pada tamunya.
"Tak apa. Jika kau yang memberikan bagiku ini berharga"
"Langsung saja jadi apa yang kau bawa?"
"Sudah ku bilang seperti yang kau minta"
"Kau tak salah pengartiankan?"
"Tentu tidak" jawab Durahman mantap. Lalu ia menjelaskan bahwa ia mendapatkan ini dari sebuah hutan, dan ini ia lakukan sendirian.
Ia sodorkan sebuah kresek hitam bawaannya. Lalu ia buka, ada sepasang kaki dan jantung yang masih merah segar.
Raut muka Nur Lela memerah.
(Bersambung..)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahar
RomanceSegala jenis lelaki pernah ia tolak. Dari duda kaya raya di desa. Hingga yang terparah adalah lelaki tampan dari desa seberang bernama Durahman.