31 hari menjelang 2022.
Kalian ketemu cerita ini dimana?
Tim baru pertama kali baca angkat tangan 🖐Baca disclaimer dulu sebelum lanjut ya :) Makasii
📍 Disclaimer 📍
1. Cerita ini 100% fiksi hasil pemikiran sendiri.
2. Di dalam cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli para visual. NOTHING!
3. Nama tokoh di dalam cerita ini tidak ada yang menggunakan nama asli dari visual.
4. Mohon maaf kalau banyak typo bertebaran. [You can correct my typo]
5. Dilarang menulis ulang alias memplagiat cerita ini :)Be smart, be kind. Sayangi karyamu, dan hargai hasil imajinasimu sendiri :)
Happy reading (⌒o⌒)
"Serpihan luka yang terbiasa dipendam pada akhirnya akan berubah menjadi rasa kecewa berkepanjangan."
- ARZIO PROLOG -
Kata orang kebahagiaan yang sesungguhnya berasal dari rumah dan keluarga. Tapi tidak bagi mereka yang telah kehilangan makna rumah yang sesungguhnya.
Rumah yang seharusnya menjadi fondasi tempat beristirahat paling menenangkan justru menjadi penjara kehidupan yang membelunggu jiwa. Tidak ada satupun kenyamanan dan kehangatan yang diharapkan dari dalam sana. Tidak ada suka yang tercipta di dalamnya. Yang ada hanyalah luka yang berakhir duka.
Setiap insan di dunia ini tentu memiliki masalah masing-masing. Mereka yang memilih untuk diam adalah orang-orang yang memilih untuk memikul beban sendiri. Mendekap kesedihan bersama keheningan dalam jangka waktu yang panjang. Menyesali setiap perbuatan yang tidak semestinya terjadi.
Mereka yang terbiasa memendam luka di balik senyum pada akhirnya terbiasa membohongi semua orang dan diri sendiri. Serpihan luka yang terbiasa dipendam pada akhirnya akan berubah menjadi rasa kecewa berkepanjangan.
Sama halnya seperti yang Arzio alami. Ketika seharusnya dia bisa menjaga dunia yang teramat disayangi, justru dialah yang menjadi penyebab utama hancurnya susunan keping puzzle kebahagiaan.
Bagi Deza, Arzio hanyalah pembawa keburukan dari semua kesialan yang pernah terjadi di dalam hidupnya. Seorang abang yang gagal menjadi panutan. Dan seorang abang yang tidak pernah bisa menjadi perisai keamanan bagi sang adik.
Sementara bagi Anara, Arzio adalah sebuah lentera yang memberikan setitik cahaya di tengah palung kegelapan dalam hidupnya. Akan tetapi, makna itu menghilang begitu saja ketika Anara memilih untuk mematikan lentera itu dengan terpaksa hanya karena kesalahan kecil yang telah Arzio perbuat.
Di sisi lain, Arzio hanya bisa menerima semua kenyataan pahit yang melintasi kehidupannya. Berulang kali ia berucap maaf tanpa sebuah alasan yang pasti.
"Za, gue minta maaf."
"Maaf. Gue nggak bermaksud buat bohongin lo Ra."
"Maaf ..., gue belum bisa jadi yang terbaik buat lo. Maaf karena nyusahin lo."
"Maaf, Arzio bohong lagi sama Mama."
"Kali ini lo mau maafin gue lagi 'kan? Abang mohon, tolong maafin abang Za."
"Ra, maaf gue harus batalin janji gue ke lo. Lo mau 'kan maafin gue?"
Bahkan seribu maaf sekalipun, tidak mampu membuat hati mereka luluh.
Dan ya, lagi-lagi semua tentang waktu. Waktu yang selalu salah menempatkan posisi mereka, waktu yang selalu berhasil merusak kebahagiaan mereka, dan waktu yang terlalu lambat membawa penyesalan dalam hidup mereka. Sebab semua yang telah terjadi tidak akan pernah bisa terulang kembali, kenangan tetaplah kenangan.
— TBC —
Hi....
Sampai bertemu di
E P I L O G
yaaaaa
Arzio Gerard Veriste
**
MAKASIH buat kamu yang sudah baca, VOTE, dan komen cerita ini.
See you
Start : 1 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZIO [SELESAI]
Teen Fiction"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖." : ft. Jeno Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...