Thirteen

758 84 36
                                    

Puberti biasanya terjadi hanya sekali, saat masa remaja saja. Namun Irene merasa ini adalah puberti keduanya. Agak konyol tapi juga keadaannya sekarang bisa dikatakan mendekati hal tersebut.

Setelah perkataan Wendy waktu itu yang menyebut dadanya rata, ditambah cibiran para seniornya yang menggosip tentang rupa Irene yg pasti tidak cantik-cantik amat--akhirnya gadis itu memutuskan untuk membalas dendam.

Irene pergi ke tukang jahit untuk mengecilkan semua kemeja kebesaran yang dimilikinya. Termasuk juga rok dibawah lutut yang dia pikir terlalu panjang untuk dipakai kerja.

Untungnya udah gajian, jadi gak masalah ..

Kalau dulu Irene hanya menggunakan foundation, bedak tipis dan liptint, kali ini Irene bahkan belajar memakai maskara, eyeliner dan juga blush on. Dia mengganti liptint nya dengan lipstik berwarna merah.

Irene pernah memakai heels saat hari pertama bekerja, tapi ternyata menggunakan sepatu tinggi itu cukup melelahkan dan merepotkan--jadi Irene memutuskan memakai yang model tanpa hak saja. Kali ini, Irene bertekad memakai lagi sepatu tersebut untuk lebih mendukung penampilannya.

"Wow.." Irene berkaca takjub. Kalau dulu saja saat penampilannya masih amat sederhana, Irene terlihat cantik.. Apalagi sekarang saat dia berdandan dan memperbaiki Fashion berpakaiannya.

Dia menyentuh wajahnya tidak percaya. Apakah ini benar dia yang sedang menatap balik matanya dari pantulan cermin? Rasanya terlalu hebat untuk menjadi kenyataan.

 Apakah ini benar dia yang sedang menatap balik matanya dari pantulan cermin? Rasanya terlalu hebat untuk menjadi kenyataan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bayangkan Irene pake kemeja warna gitu tapi pas di badannya, enggak terlalu ketat. Yang diatas cuman contoh rambutnya aja)

Irene biasanya mengikat rendah rambutnya agar lebih simpel, tapi sekarang dia membiarkan helai hitam itu tergerai sempurna--menutupi kedua bahunya.

Dia memakai kemeja biru cerah dan rok hitam diatas lutut, sepatu hak yang juga warna gelap serta tas tangan berwarna krem.

Irene tersenyum puas, sebelum kemudian meraih ponselnya diatas meja dan melenggang keluar dari rumah kontrakannya.

Time to get revenge!
.
.
Rasanya sangat menyenangkan untuk menjadi pusat perhatian sesekali. Tepat ketika Irene menginjakkan kakinya di lobby kantor, seketika semua pandangan langsung tertuju padanya.

Dia seolah sedang berjalan diatas karpet merah dengan banyak kamera mengelilinginya. Begitupun berpasang-pasang mata yang dengan terang-terangan memandang penasaran--bercampur takjub.

Tidak bisa dipungkiri, sebenarnya Irene merasa gugup. Tapi satu sisi juga ada rasa puas yang menghimpit dadanya dengan cukup kencang. Hampir membuat Irene kewalahan untuk menyeimbangkan laju nafasnya.

Dia dengan percaya diri dan juga senyum lebar melangkah menuju lift, dan entah kebetulan atau bagaimana, kotak besi itu baru saja terbuka--memuntahkan orang-orang yang Irene ingat betul sebagian dari mereka merupakan para wanita yang sempat membicarakannya.

Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang