Malam ini, aku merasa kesal sekali. Bahkan air mataku menetes dengan sendirinya.
Sudah berapa kotak tissue yang berserakan dikamarku. Bahkan aku tidak tahu, Aku harus melampiaskan kekesalanku pada siapa.
Mark? Jelas dia yang membuatku kesal karena harus menanggalkan setiap usaha yang ku lakukan untuknya.
Tapi, mungkinkah aku marah padanya? Dan atas dasar apa aku harus meminta perhatiannya. Aku hanya seorang sahabatnya, tidak lebih.
Entah kenapa statusku sebagai sahabat Mark bisa membuat hatiku sekesal ini. Apa karena aku sudah berhasil menafsirkan perasaanku yang sesungguhnya pada Mark?
Tiba tiba aku teringat kejadian 4 tahun yang lalu. Saat aku dan Mark duduk di kelas 8. Saat semuanya membuatku seperti gadis yang paling bahagia didunia. Iya, persahabatanku dengan Mark.
Siang itu sepulang sekolah aku dan Mark bergegas untuk menghabiskan sore bersama. Saat itu Mark masih seorang Mark Lee. Belum menjadi Mark NCT. Jadi waktuku dengannya tak berbatas, Kecuali...
"Ahh kayaknya waktu kita bakalan terbatas deh, Mark" kataku pada Mark.
Lantas Mark melirik kearah ponselku yang sedari tadi kupandangi. Ia menyeringai.
"Ada bimbingan?" Aku hanya mengangguk sambil menatap wajah Mark.
"Kalo gitu ayo kita cepat pergi ke tempat yang kita mau. Sebelum Mama kamu jemput" ajak Mark yang membuat wajahku kembali bersinarKami pun bergegas ke tempat tempat yang ingin kami jelajahi. Aku selalu merasa nyaman berada dalam satu irama dengan langkah kaki Mark.
Ia selalu menyesuaikan langkah kakiku, meskipun rasanya mungkin tidak nyaman tapi Mark selalu mengimbangi tubuhku yang mungil.
Dan akhirnya sampailah kami disebuah kedai Ice Cream. Kedai itu baru buka seminggu yang lalu. Dan Mark tahu betul aku sangat ingin mencoba bagaimana rasa Ice Creamnya. Meskipun aku tau setiap Ice Cream memiliki rasa yang sama tergantung dengan variannya.
"Kamu mau apa?" Tanya Mark begitu kami sampai didepan booth berisi banyak Ice Cream dengan berbagai warna dan rasa.
Aku melototi setiap Ice Cream yang ada disana.
"Kalo cuma kamu pelototin terus Ice Creamnya nggak mungkin bisa masuk ke perutmu" ujar Mark sambil tertawa
"Aku mau Strawberry Ice Cream dengan toping Marshmellow dan Jelly" kataku kemudian.
"Tolong satu Strawberry Ice Cream with Jelly and Marshmellow dan Satu Choco Vanilla with Choco Chips" ucap Mark pada penjaga booth Ice Creamnya
Setelah Mark membayar Ice Creamnya, aku dan Mark keluar kedai tersebut sambil terus menikmati Ice Creamnya.
Kami sampai di taman kota. Duduk berdua sambil menikmati Ice Cream dan pemandangan danau buatan yang ada disana.
"Mark..." panggilku memecah keheningan diantara kami berdua
Mark hanya berdeham tanpa melihat kearahku.
"Kamu udah pernah ngerasain gimana rasanya jatuh cinta belum?" Tanyaku yang membuat Mark tersedak."Belum. Kenapa?" Tanyanya kembali
"Nggak..." kataku memanjang.Kami diam sejenak. Sesekali saling memandang. Dan saat mata kami tak sengaja bertemu, pasti kami tertawa.
"Kamu lagi jatuh cinta ya?" Tanya Mark yang membuatku salah tingkah
"Ah... ngg..nggak kok. Enggak!" Jawabku setengah membentak.
"Aku cuma nanya kok. Kenapa marah?" Tanya Mark yang nadanya mengecil.
"Mark.." Mark kembali berdeham. "Kira kira diantara kita siapa ya yang bakalan jatuh cinta duluan?" Tanyaku sambil menatap langit membayangkan siapa yang bakal menjadi cinta pertamaku
Mark ikut menatap langit.
"Entahlah" jawabnya.
"Aku penasaran siapa yang bakalan jadi cinta pertama kita saat dewasa nanti. Aku juga penasaran gimana sih rasanya jatuh cinta?" Lanjutku.
"Pasti kamu duluan deh yang bakalan ketemu sama cinta pertamamu" kata Mark yang membuat wajahku memerah
"Tuhkan baru kayak gini aja muka kamu udah memerah begitu" lanjut Mark sambil tertawa dan mengusap rambutku.
Kami menghabiskan siang menuju sore berdua. Dengan celotehan khas anak remaja. Tertawa oleh setiap hal hal kecil yang kami lakukan. Setiap detik yang ku lalui bersama Mark memang sangatlah berharga.
Bahkan dia mampu menghiburku bagaimanapun kondisiku.Tiba tiba ponselku berdering.
"Iya, ma.... Aku di taman kota...Okay" Mamaku menelepon.
"Mamamu?" Tanya Mark sambil menoleh kearahku. Aku mengangguk sambil meruncingkan bibirku.
"Kenapa?" Tanyanya lagi"Aku nggak mau pulang. Kepalaku sakit setiap aku harus memandang papan tulis hitam dirumah" jawabku pelan.
"Mamamu jemput kesini?" Tanyanya lagi yang membuatku menghela nafas panjang.
"Enggak. Aku harus naik taksi karena dia masih ada urusan"
Mark tersenyum kecut. Lalu menarik pipiku pelan.
"Berjuanglah. Sebentar lagi kamu naik ke kelas 9 dan bersiap buat masuk ke SMA" kata Mark sambil melepaskan tarikannya. Aku masih menggerak gerakkan bibirku yang tertutup rapat tanpa menjawabnya
"Sebentar lagi aku juga lulus. Maaf kalo aku harus mengambil kelas singkat untuk persiapan karirku" lanjut Mark sambil menunduk.
Aku bisa mengerti betapa tersiksanya dia dengan metode belajarnya selama ini. Aku tahu betul seberapa besar bebannya saat ini. Dan aku mengeluh untuk waktu soreku yang hilang didalam ruang belajar dirumahku.
Meskipun aku tak menyukai interior dan tutorku, aku masih menyayangkan metode belajar Mark yang memaksa otaknya untuk bekerja lebih keras dari ini semua.
"Gapapa. Aku mendukungmu disetiap detik hidupku" kataku sambil melingkarkan lenganku dipundaknya.
Hatiku terasa hangat kala Mark tersenyum dengan tulusnya saat mendengar perkataanku.
Kami masih duduk ditaman itu. Tak saling melontarkan kata kata namun saling tersenyum saat menatap langit yang sedikit demi sedikit merubah warna birunya menjadi jingga.
"Aku antar pulang. Pasti tutormu udah nunggu" kata Mark.
Aku menaikkan bahuku tanda tidak peduli dengan tutorku akan menungguku lama atau tidak. Toh dia tetap dibayar untuk setiap waktunya yang menghilang dirumahku.
Kedengarannya memang kekanakan menyamakan waktu dengan uang, tapi jika kalian berada diposisiku. Kalian akan mengerti siksaan tanpa sayatan yang setiap hari menghantuiku.Sore itu, Mark mengantarku pulang. Dengan setiap candaan dijalanan. Bermain main dipinggiran halte bus. Sampai bercanda saat berdiri di bus karena setiap kursinya sudah terisi.
Setiap aku mengingat kejadian 5 tahun lalu, aku selalu tersenyum sembari tertawa. Meskipun dalam kondisi air mataku menetes tanpa ampun. Mark di masa lalu adalah Mark yang tenang, hangat dan moodmaker. Aku masih penasaran, sampai saat ini apa Mark sudah menemukan cinta pertamanya? Dan dia sama sekali tidak menyeritakannya padaku?
Walaupun sampai sekarang aku masih belum tau siapa cinta pertamaku, tapi aku tetap menunggu dengan setiap rasa penasaran dalam diriku.
Tibatiba Interkom Apartemenku berbunyi. Siapa yang bertamu jam segini? Bahkan aku belum memiliki satu pun teman di kampus.
Aku mengaktifkan layar kamera lalu terkejut saat wajah yang tersenyum manis, dengan hoodie menutup rambutnya yang berubah menjadi hitam. Melambaikan tangannya ke kamera.
Dia, yang sangat mahir membolak balikan hati. Datang tanpa permisi, pergi tanpa tenang yang menghiasi.
Selalu saja merubah apa yang sudah dikehendaki oleh hati.Hai, pria kecil dengan hoodie. Aku sudah menunggumu sejak pagi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSER | end✓
Fanfictionend✓✓✓ Siapa bilang laki laki dan perempuan tidak bisa bersahabat? Aku bisa. -kata mereka Buktinya, sekarang aku bisa menemukan celah antara kejelasan perasaanku dan sahabat lelakiku, Lalu, siapa yang akan jatuh cinta duluan? Aku, atau kita berdua? ...