3 - You or Me?

48 6 1
                                    

Vomment jangan lupa!
Happy reading! ♡

~♥~

Untuk yang kesekian kalinya, Saga meraih sebotol vodka lalu meneguknya dengan cepat. Keadaan Saga sungguh jauh dari kata baik. Setelah bertemu dengan seseorang yang sangat mirip dengan mantan kekasihnya, Saga menjadi emosional.

Cowok itu masih berharap bahwa yang ditemuinya tadi pagi adalah Syakila Bashira. Mengacak-acak rambut hitamnya, kemudian memaksakan untuk memejamkan matanya.

Pyar

Saga membanting botol vodka yang digenggamnya hingga tak berbentuk. Matanya sama sekali tak betah jika dipejamkan, hatinya gelisah. Sungguh semua hal yang berhubungan dengan Kila, Saga merindukannya.

Mulai dari cerewetnya gadis itu saat melihat ia terlalu banyak meminum vodka, dengan menggunakan mata tajamnya saja mampu membuat Saga terburu-buru merapikan puluhan botol vodka kosong yang berserakan di sekitarnya.

Karaoke harian yang selalu diadakan Kila di ruang utama dengan lagu yang dibawakan oleh Shawn Mendes, penyanyi favorit mantan kekasihnya itu.

Tarikan paksa dari Kila untuk ikut menyanyi bersama, dan Saga yang selalu menolak ikut bergabung. Saga sangat menyesal mengapa dulu dirinya selalu menolak ketika diajak Kila untuk menyanyi bersama.

Imutnya wajah Kila ketika meminta untuk dibelikan sesuatu, dengan cutie eyes dan raut wajah yang dibuat sedih mampu membuat Saga mengangguk setuju dengan semua yang diinginkan gadis itu.

Jika Saga tahu bahwa umur Kila tidak panjang, Saga pasti selalu membahagiakan gadis itu. Tetapi Saga bukanlah Tuhan, yang mengetahui kapan hidup dan matinya seseorang.

'Te amo, Kila.'

~♥~

"Cowok tadi nyeremin banget," Ucap Zenatha memecah keheningan yang terjadi di antara dirinya dengan Bara.

Bara masih enggan menjawab, cowok itu tengah mengatur nafasnya. Kekesalan yang ada di dalam dirinya semakin membara.

Hanya karena Zenatha yang dianggap kekasih oleh seseorang saja, bisa membuat Bara uring-uringan tidak jelas. Seperti kali ini contohnya.

"Bara ganteng deh." Zenatha mencolek dagu Bara.

Bukannya menatap Zenatha yang posisinya berada di hadapannya, Bara malah menatap gerombolan cewek yang hampir seluruhnya memakai rok mini. Ingin melihat bagaimana reaksi Zenatha.

Plak

Tanpa peringatan, Zenatha langsung menampar mata Bara keras, bertujuan agar cowok itu tak melihat lagi ke arah gerombolan cewek tadi.

"Anj--, Astaga." Bara mengusap-usap daerah sekitar matanya,  tamparan Zenatha terbilang cukup menyakitkan.

"Matanya dijaga."

"Kesel kan? Itu yang aku rasain dari tadi."

Zenatha memicingkan matanya, seperti memikirkan sesuatu. Lalu matanya mendelik setelah menggebrak meja pelan, "Demi apa Bar?"

Bara mengalihkan pandangannya, Zenatha malah berpindah posisi di samping cowok itu. Zenatha tersenyum aneh, "Kamu marah gara-gara cowok tadi?"

"Menurut kamu?" Jawab Bara masih dengan mata yang tidak menatap gadis di hadapannya.

"Kamu, baper?" Zenatha menarik dagu Bara, agar cowok itu menatapnya.

Bara menepis pelan tangan mungil milik Zenatha, menarik kepala gadis itu lalu memitingnya. Bukannya marah-marah karena sikap Bara, Zenatha justru betah dengan posisi itu.

Am MicheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang