Tidak ada yang namanya kebetulan. Kamu tahu bahwa Tuhan memiliki caranya sendiri untuk mempertemukan orang-orang.
Fika menatap puas pada lembar-lembar kertas yang kini ada di tangannya. Novel ketiganya sudah hampir jadi, tinggal melanjutkan sedikit bab terakhir, lalu hard copy dari novelnya akan dikirim ke penerbit. Fika baru akan menemui bulan ketiga deadlinenya, dia tidak mengira bahwa akan bisa menyelesaikan novelnya secepat ini. Fika akui, Stevano benar-benar menjadi sumber inspirasinya. Dia tidak akan menampik lagi mengingat pemuda itu memiliki andil yang cukup banyak. Fika jadi mempercayai kata-kata Nada, bahwa sekali lagi, muse memang ada. Tidak tahu, ya, untuk orang-orang yang belum merasakan akan sangat sulit memahami bagaimana muse itu bekerja, dan memang tidak ada teori yang dapat menjelaskannya.
Sederhananya begini, Fika pernah suka pada Galang, ingat? Dan mereka adalah sahabat, ditambah Nada, sering jalan-jalan bersama, menghabiskan waktu bertiga 24/7 alias seharian. Fika memiliki perasaan terpendam dan setiap menulis cerita, Galang akan menjadi tokoh utamanya. Singkatnya, Fika menceritakan perasaannya sendiri, menuangkan segala sesuatu yang tidak bisa ia katakan langsung pada Galang melalui sebuah kisah. Rasa yang tak pernah ia utarakan ini memaksa otaknya untuk menciptakan alur di kepalanya, seperti kisah cinta romantis yang Fika harapkan terjadi padanya dengan Galang, namun pada kenyataannya tidak. Nada suka prihatin padanya karena Fika mencintai sendirian.
Writer's block itu wajar dialami penulis seperti yang dialami Fika beberapa waktu yang lalu. Ia tidak bilang bahwa dirinya memiliki perasaan pada pemuda itu. Tetapi, sepertinya Fika jadi sedikit ketergantungan dengan Stevano. Ah, Fika pusing. Ia bersyukur karena Tuhan sudah membantunya, namun yang masih ia pertanyakan, mengapa harus Stevano? Mengapa Tuhan mempercepat kerja otaknya hanya ketika Stevano berada di dekatnya? Lepas dari hal itu, Fika tetap harus berterima kasih pada Stevano karena sebentar lagi ia akan berhasil menerbitkan novelnya.
Maka, di malam tanpa bintang ini, Fika membuat janji pada Stevano di atap apartemen. Ada sebuah taman kecil yang sengaja dibuat oleh pemilik apartemen untuk dinikmati penghuninya. Kalau suntuk dan sedang malas ke luar, taman ini menjadi pilihan para penghuni untuk menghabiskan waktu. Melihat pemandangan gedung-gedung dari ketinggian.
Fika membawa dua kaleng soda. Sudah terbiasa bersama Stevano membuatnya tahu bahwa pemuda itu menyukai cola. Gadis itu berdiri di pembatas yang melingkari atap, matanya menatap jalan raya yang tampak padat, lampu-lampu rumah menyala terang, lalu beralih pada seonggok payung berukuran besar di samping kakinya. Fika tersenyum ketika fokusnya terpaku pada langit yang nampak pekat. Sepertinya sebentar lagi langit akan menangis dan Fika sengaja untuk datang menemui mereka: rintik-rintik hujan.
"Lo ke atap cuman pakai piyama?"
Fika melempar senyum, lalu menggoyangkan kaleng soda ke hadapan Stevano yang baru datang, masih lengkap dengan seragam kantor dan dasi biru tua di lehernya. Stevano berjalan tenang, satu tangannya disembunyikan di dalam saku celana. Sadar tidak sadar, matanya menelisik penampilan Fika. "Sorry, gue telat. Tadi ada kerjaan tambahan," katanya sembari menerima kaleng pemberian Fika.
"Nggak masalah. Gue juga belum terlalu lama. Lo nggak ganti pakaian dulu, Stev?"
Stevano meneguk sodanya, matanya beralih menatap pemandangan di bawahnya sembari berucap, "Nggak. Asal lo tahu, gue lari-lari di tangga buat ke atap karena lift penuh banget."
Benar juga. Fika bisa melihat beberapa bulir keringat di dahi Stevano. Ia baru memperhatikan karena pencahayaan di atap tidak terlalu terang.
"Ya, maaf. Lagian lo nggak perlu lari kali, Stev. Gue nggak buru-buru," kata Fika merasa tidak enak hati.
"Takut lo nunggu."
Fika terdiam. Pendengarannya tidak salah, 'kan? Gadis itu mencuri pandang ke arah Stevano yang sibuk meminum cola tanpa menatapnya. Apa ada makna di balik kata-kata Stevano barusan? Ah, Fika! Katanya tidak ada perasaan, tapi kenapa kamu baper sekali?
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSE [10/10 END]
FanfictionKetika Fika kehilangan inspirasinya, Stevano datang menawarkan kisah untuk ia ceritakan. Copyright 2019 by Aksara- [RiFy Area]