Don't go.

80 22 0
                                    

Mark, ia tersenyum. Masih terus menatap ke arah kamera. Meskipun begitu aku terus menahan keinginanku untuk membuka pintu yang ada didepan mukaku lalu secara nyata memandang wajahnya.

Tidak, dia sudah cukup membolak balikan perasaanku.

Tapi kenapa aku sampai berfikir untuk marah padanya? Padahal aku juga bukan siapa siapa dan tidak berhak menyita seluruh perhatiannya. Mungkinkah Mark adalah cinta pertamaku?

Mark terus memencet tombol bel. Sambil sesekali menengok kearah kamera

"Jian. Lo didalam?" Aku bisa mendengar suaranya yang bercampur dengan audio interkom.

Aku bangkit, menyudahi semuanya. Ku hapus air mataku yang membasahi seluruh wajahku. Aku takut Mark menyadari jika aku menangis. Jadi ku putuskan untuk membasahi wajah dan rambutku seolah aku sedang mandi saat dia ada diluar.

Aku meraih daun pintu. Lalu membukanya.

Wajah dengan senyum polos, berdiri tegak didepanku.

"Lagi mandi ya?" Sambut Mark
"Iya nih. Ada apa?" Jawabku singkat yang membuat Mark mengerutkan dahinya
"Sambutan yang menarik. Nggak disuruh masuk dulu nih?" Lanjutnya

"Mark... gue kan didalam cuma sendirian. Nggak enak diliat orang kalo kita berdua didalam" Mark hanya mengangguk

"Tapi masuk deh. Lo tunggu didepan pintu selagi gue ganti baju. Kalo diluar takut ada anak anak yang lewat" Setelah itu aku masuk kedalam apartemen. Mark masih mematung didepan pintu sambil menatapku aneh.

"Nggak mau masuk?" Lanjutnya yang kemudian diikuti oleh Mark. Ia duduk di kursi single yang ada didekat jendela kamarku. Lalu aku masuk ke kamar mandi untuk segera berganti baju sekaligus mandi.

Mark memandangi seisi apartemenku.

Apartemen Yongdo memang terkenal Apartemen elit. Sewanya yang sangat mahal memang menjadi pokok pembicaraan masyarakat Gangnam. Tapi mereka hanya menyuguhkan interior klasik yang sangat nyaman meskipun ukuran Apartemennya sekelas rumah sewa.

"Jadi seperti ini Apartemen Yongdo" gumam Mark sambil terus memandangi interior di apartemen.
Tiba tiba matanya tertuju pada dinding didalam kamarku yang memang kelihatan jika dilihat dari luar jendela.

Beberapa kolase foto Jaehyun dan poster NCT ada disana. Mark menyeringai. Ia semakin meregangkan kepalanya agar bisa melihat dengan jelas apa isi kamarku.
Ketika aku melihatnya sontak aku berlari untuk menutup matanya.

Brukkk..

Aku dan Mark terjatuh secara bersamaan karena aku tiba tiba menabraknya.

Seketika itu, mataku dan matanya bertemu. Wajahku mendarat tepat didepan wajahnya. Kami mematung beberapa saat. Bisa ku rasakan hembusan nafas Mark yang melewati hidungku.

God.... hatiku berdebar sangat kencang karena momen ini. Sayangnya aku harus cepat cepat tersadar agar semua ini tidak berlanjut lebih panjang.

"Ihh kan gue bilang tunggu didepan pintu. Kok lo ngintipin kamar gue segala sih" protesku kemudian.

Mark terbangun dari tempatnya. Membetulkan posisi duduknya dan hoodienya yang lepas karena terjatuh tadi. Wajahnya tampak kusut.

"Banyak banget foto foto Jaehyun hyung. Segitu ngefansnya sama dia" kata Mark yang membuatku malu bukan main.

"Yaaa terus kenapa. Gue kan cuma fangirl biasa. Nggak salah kan" elakku kemudian.

Mark terdiam sebentar tanpa melihat kearahku. Ia tampak memikirkan sesuatu. Bisa ku tebak dari sorotan matanya yang tampak kaku.

CLOSER | end✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang