Part 5. Keputusan

2.8K 169 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Menghilang bukan berarti lari dari sebuah masalah, tetapi mencoba melupakan apa yang telah terjadi.

Kediri, 21 September 2019
-Alfiyah Untukmu-

***

Seperti biasa di pagi yang cerah ini, Kayla bersiap untuk pergi ke Kampus. Namun, wajah Kayla tak seperti biasanya. Pucat dan lesu. Dengan langkah yang terseret, Kayla menuruni anak tangga dengan tas yang berada di pundak kirinya.

Rasanya hari ini malas sekali untuk pergi kuliah. Pasti jika dia di kampus tentu bertemu dengan mantan rese itu. Rasanya Kayla ingin pergi sejenak. Kayla melihat ruang makan yang sudah kosong, semuanya sudah pergi memulai aktivitas masing-masing.

Ah, sudah kebiasaan pagi-pagi gini udah ilang semua. gerutu Kayla.

Kaki Kayla melangkah menuju ke garasi mobil. Kayla memegang kunci mobil dan sejenak melihat kunci itu. Huh ... sangat malas mengemudi hari ini. Kayla menyeret langkahnya menuju ke pos satpam, meminta supir untuk mengantarkannya hari ini. Saat melihat ternyata pos satpam sepi. Kayla mendecak kesal.

Malang banget nasib gue pagi ini. Gerutu Kayla. Terpaksa Kayla mengemudi mobilnya sendiri.

Dengan mengemudi kecepatan rendah, Kayla membelah jalanan yang ramai lancar. Kayla melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Astaga! Sudah hampir pukul 8 sedangkan kelas di mulai sekitar 10 menit lagi.

Aduh! Mampus gue kena damprat Pak Gigih. Gerutu Kayla.

Dengan cepat, Kayla menginjak gas mobilnya. Kecepatan di atas rata-rata. Tujuh menit kemudian, mobil Kayla memasuki area parkir kampus. Dengan segera Kayla memarkirkan dan turun menuju kelasnya. Kelas akan di mulai 3 menit lagi. Sedangkan jarak antara parkiran dan kelas lumayan jauh. Kayla mempercepat langkahnya. Jam pertama diisi oleh Pak Gigih yang terkenal sangat killer bagi mahasiswa di kampus. Sekali kena damprat huh, jangan tanyakan hukuman yang di berikan.

Kayla menghembuskan nafas lega saat melihat Pak Gigih belum ada di ruang kelas. Kayla duduk di kursinya. Kayla menetralkan pernafasannya yang terengah-engah. Tak lama Pak Gigih memasuki ruang kelas. Pelajaran pagi ini di mulai. Pak Gigih meminta para mahasiswa untuk presentasi materi yang mereka buat tentang hukum. Kayla melotot melihat laptopnya tak ada di tas.

Wah, gawat, nih! Ujar Kayla.

Seketika, keringat dingin bercucuran. Semalam Kayla lupa untuk memasukkan laptopnya kembali setelah mencari beberapa wisata yang sedikit dekat dengan rumahnya.

"Kayla, silahkan kedepan!" Pak Gigih menunjuk Kayla yang pertama maju kedepan. Kayla menghela nafas yang panjang lalu berdiri dan menuju ke depan.

"Maaf, Pak, laptop saya ketinggalan," seluruh tubuh Kayla gemetar. Yang benar saja, Pak Gigih menarik tangan Kayla dengan kasar entah di bawa kemana.

Langkah Pak Gigih terhenti di lapangan basket. Gue mau diapain nih. pekik Kayla. Pak Gigih melepaskan tangan Kayla sedikit kasar. Terlihat pergelangan tangan Kayla memerah akibat cengkraman Pak Gigih yang sangat kuat.

"Sekarang kamu jalan jongkok putar lapangan ini 10 kali!" perintah Pak Gigih. Mata Kayla melotot mendengar hukuman yang di terimanya. Dengan terpaksa Kayla melakukannya. Banyak mata yang memandang Kayla. Malu pastinya. Dua puluh menit berlalu akhirnya Kayla menyelesaikan hukuman itu. Kakinya terasa sangat berat. Keringat bercucuran dengan begitu derasnya. Kayla mencari tempat duduk untuk melepas penatnya. Tanpa sadar, Reino melihatnya dari tadi. Tiba-tiba ada yang menyodorkan sebotol air mineral. Kayla menengok ke arah tangan yang menyodorkan air mineral itu. Wajah Kayla memerah seketika saat melihat siapa yang memberinya minum. Ya, si mantan pacar, Reino.

"Apa lo kesini? Lo senengkan gue kek gini?" suara Kayla meninggi tepat di hadapan Reino. "Kay," tangan Reino berusaha meraih tangan Kayla namun segera ia tepis dengan keras.

"Lo gak usah sok perhatian lagi sama gue. Lo sekarang bukan siapa-siapa gue. Jadi, lo pergi jauh dari hidup gue!" wajah Kayla memerah melihat wajah Reino yang tampak melas.

"Kay, tolong denger penjelasan ku!" Tangan Reino hendak memegang pipi Kayla, namun dengan segera Kayla menyingkirkannya dan satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Reino. Saking kerasnya tamparan itu, sampai-sampai tangan Reino memegang pipinya.

"Gue ingetin ya sama lo! Lo gak usah deket gue lagi! Gue gak mau dengar apapun penjelasan lo! Gue muak liat muka lo!" ujar Kayla lalu pergi meninggalkan Reino.

Tak disangka bel istirahat berbunyi. Kayla duduk di taman samping kampus menunggu kedatangan Maya. Matanya menelisik setiap sudut taman, namun tak ada tanda-tanda kedatangan Maya. Kayla sangat kesal dengan hari ini. Tiba-tiba melintas di pikirannya untuk dia pergi dari sini untuk beberapa waktu kedepan.

"Kay," suara itu mengejutkan Kayla. Kayla semakin kesal di buatnya.

"Lo tu ya kalau gak kagetin gue kenapa, sih?" omel Kayla namun dibalas Maya dengan cengiran. Dasar anak gila. Gerutu Kayla.

"Ada apa kamu panggil saya kesini?" tanya Maya.

"May, gue pengen pergi dari kota ini sejenak," ucap Kayla yang kini nadanya mulai merendah.

"Kenapa?" Maya tampak bingung dengan apa yang di maksud Kayla. Kayla menceritakan kejadian pagi tadi sampai kejadian Reino tadi.

"Dasar laki-laki gak punya harga diri!" Kayla terkejut dengan apa yang diucapkan Maya. Tak pernah Kayla mendengar Maya mengucapkan kata-kata seperti itu. Tawa Kayla akhirnya pecah. Maya hanya diam melihat sahabatnya tertawa terbahak-bahak.

"May ... May ..." Kayla berusaha menahan tawanya.

"Apa?" jawab Maya merajuk.

"Sampai segitunya lo tadi bicara," ucap Kayla setelah tawanya berhenti. Maya menatap sinis Kayla yang secara tidak langsung meledeknya.

"Ya, aku kesal banget sama cowok itu. Laki macam apa?" Maya mendengus kesal. "Sama gue juga gitu May."

"Gimana tentang rencana kamu mau pergi?" tanya Maya mengalihkan pembicaraan.

"Gue kepinginnya sih ke puncak, sekalian menghirup udara segar di sana." Kayla mengutarakan pendapatnya kepada Maya. "Terus nginap dimana?"

"Tenang ada villa kok di dekat puncak milik Umah. Tapi gue gak mungkin pergi sendirian kesana. Kalau menurut gue, gue mau ajak lo juga!" Maya terkejut saat mendengar Kayla mengajaknya.

Baginya Bogor adalah kota penuh kenangan yang mungkin tak terlupakan. Hampir lebih dari 3 tahun Maya tak menginjakkan kaki di kota itu. Rindu itu pasti.

"Yeh ... Di ajak ngomong malah bengong!"Kayla mendecak kesal.

"Iya.. Iya aku mau, tapi nanti aku ijin sama Umi dulu." Kayla memeluk erat tubuh sahabatnya itu.
####

Jangan lupa vote ya❤
.
.
.
.
.
Jangan lupa sholat dan sholawat🌸
.
.
.
Syukron🍁

[AU1] Alfiyah Untukmu✓ [OPEN PREE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang