👫 thirty - luna

27.5K 1.5K 40
                                    

Sarapan dulu gais, ehehe.

Kaki Luna berjalan menuju taman yang terlihat sepi di sore hari ini. Ntah taman apa ini, yang pasti taman ini berada lumayan jauh dari rumahnya.

Luna duduk di salah satu bangku yang ada di taman tersebut. Ia menikmati angin yang menerbangkan helaian rambutnya. Matanya melirik ke arah jam yang melingkar ditangan kirinya. Masih jam empat sore. Setengah jam lagi, Luna akan pulang.

Luna kembali melihat sekitar, benar-benar tidak ada orang. Baguslah, ia juga ingin menenangkan pikirannya yang selalu tertuju pada kakaknya, Alex.

Matanya perlahan memejam. Telinganya mendengar jelas suara burung-burung yang berkicau di sore hari ini. Tubuhnya ia senderkan pada bangku taman.

Merasa tas nya mengganggu, Luna akhirnya melepas tas tersebut dan ia letakkan di sebelahnya.

Tiba-tiba telinga Luna menangkap suara aneh. Seperti suara kucing yang kesakitan. Luna membuka matanya perlahan, kepalanya ia tolehkan ke kanan dan ke kiri. Begitu pandangannya turun ke bawah, ia hampir menjerit.

Seekor kucing abu-abu tampak mengenaskan dengan luka-luka sayatan di tubuhnya. Luna ingin menghampirinya, tapi ia takut, ia takut sekali dengan binatang bernama kucing.

Dengan melawan rasa takutnya, perlahan Luna jongkok di samping kucing tersebut.

"Astaga, kasian banget. Ini masih hidup ga sih?" gumam Luna sendiri.

Luna melirik sekitar, ia mencoba mencari orang untuk menbantunya mengobati kucing ini. Lagi-lagi Luna tidak dapat menemukan satu orang pun.

Dengan terpaksa, Luna menelepon kakaknya. Tangannya bergerak lincah di atas layar touch screen itu.

Belum sempat ia menekan tombol call, mulutnya tiba-tiba dibekap dengan sapu tangan. Ponselnya otomatis jatuh tepat disebelah kucing malang itu.

Luna berusaha memberontak. Ia memukul-mukul tangan yang membekap mulutnya ini.

"Diem!" Luna tersentak. Suara ini, ia merasa deja vu.

Luna merasakan kesadarannya perlahan hilang. Ia juga merasa tubuhnya di seret menjauh dari taman itu.

Matanya menatap kucing itu sebentar, sebelum kemudian tertutup, membawanya ke dalam kegelapan.

🌩🌩🌩

Gadis berkulit putih itu merasa kepalanya pusing sekali. Ia mencoba membuka kedua matanya, namun terasa sangat berat.

Luna tetap memaksakan matanya untuk terbuka. Sedikit demi sedikit, ia mulai menyesuaikan pandangannya agar terlihat jelas.

Begitu kesadarannya sudah kembali, Luna baru sadar kalau tangannya diikat dan tubuhnya didudukkan diatas kursi kayu.

Matanya melihat sekitar, tampak asing. Jantung Luna mulai berdetak cepat kala mengingat kejadian sebelum kegelapan menghampirinya.

"Sudah bangun, cantik?" Luna berusaha mencari suara itu, namun nihil, ia hanya menemukan kegelapan. Hanya ada satu lampu remang-remang yang terpasang di atas kepalanya.

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang