Luar Angkasa

73 5 5
                                    

Pemandangan malam penuh bintang mungkin adalah sebuah hal yang biasa bagi kebanyakan orang. Namun, berbeda dengan gadis kecil yang kini tengah berbaring nyaman di atas rerumputan tak terawat. Pandangan matanya tak lepas dari langit malam bertabur bintang hingga senyum manis masih bertahan di bibir mungilnya.

"Adek!! Masuk yuk, udah malam" teriak sang Ibu dari jendela rumah.

"Nggak mau" balas gadis kecil itu tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Kenapa? Nanti digigit nyamuk lho" bujuk sang Ibu sedikit gemas.

"Nggak akan" bantahannya lagi.

Merasa sudah tidak dihiraukan lagi, segera sang Ibu masuk dan berbicara dengan suaminya. Berharap sang ayah bisa membujuk sang anak untuk masuk. Dengan senyum maklum dihampirinya sang anak dan ikut berbaring setelah memberikan selimut untuk si gadis kecil.

"Kenapa Adek nggak mau masuk?" Tanya sang ayah membuka suara.

"Aku mau tidur diluar aja, biar bisa lihat bintang sepuasnya" jawabnya polos tak mengalihkan perhatian dari langit.

"Hmm... Ayah punya cerita nih, adek mau dengar?" Tawar sang ayah.

"Mau" jawab gadis itu penuh semangat.

Tak menunggu lama sang anak berpindah menuju pangkuan sang ayah. Mencari kehangatan selain selimut serta tempat paling nyaman untuk mendengarkan cerita. Tingkahnya itu membuat sang ayah bangkit dan duduk bersila sembari terkekeh gemas.

"Ayo yah, mana ceritanya" tuntut si gadis kecil yang kini sudah duduk nyaman.

"Oke, ayah akan mulai cerita" balas sang ayah menenangkan. "Dahulu kala ada seorang pemuda yang bekerja sebagai Astronot. Adek tahu apa itu Astronot?" Lanjutnya memulai cerita.

"Tahu!! Orang-orang yang bisa terbang ke luar angkasa kan?" Jawabnya penuh semangat sembari menunjuk ke arah langit.

"Wah! Benar, adek pintar" puji sang ayah mencubit hidung anaknya.

"Suatu hari ketika astronot pulang dari luar angkasa ia bertanya-tanya.

'sudah sering aku pergi ke luar angkasa tapi kenapa aku tidak bisa melihat tuhan?'

Hingga suatu ketika ia pergi menemui seorang cendikiawan yang terkenal saat itu. Kemudian ia bertanya

'tuan, aku bekerja sebagai seorang astronot yang sudah berulang kali pergi ke luar angkasa. Tapi ketika aku sampai di sana aku tetap tidak bisa melihat tuhan. Lantas, apa yang harus aku lakukan untuk bisa melihat tuhan?'

Sang cendikiawan tersebut terdiam sejenak dan tidak memberikan jawaban secara langsung. Kemudian cendikiawan tersebut meminta untuk astronot tersebut menemuinya di keesokan hari. Sesuai permintaan astronot itu kembali menemui sang cendikiawan esoknya. Sesuai janji cendikiawan itu memberikan jawabannya.

'apakah tuan sungguh ingin melihat Tuhan?'

'ya, aku sungguh ingin bisa melihat Tuhan. Apakah tuan tahu bagaimana caranya?'

'tentu saja aku tahu, kau perlu pergi bertaubat dan meyakinkan dirimu bahwa kau percaya akan adanya tuhan. Setelah itu pergilah lagi keluar angkasa.'

'baiklah, aku akan bertaubat dan percaya akan adanya Tuhan. Tapi, apakah benar Aku akan dapat melihat Tuhan?'

'tentu saja tidak, kau harus melepas semua hal yang berhubungan dengan duniawi sesampainya kau diluar angkasa. Maka setelahnya kau akan bisa melihat Tuhan' balas cendikiawan itu diakhiri dengan nada ragu-ragu.

Setelah mendengar jawaban sang cendikiawan, astronot itu pergi ke tempat ibadah untuk pergi bertaubat dan meyakinkan dirinya bahwa Tuhan itu ada. Hari berlalu menjadi Minggu dan beberapa bulan pun terlewat hingga hari dimana dia akan pergi ke luar angkasa pun tiba. Sebelum berangkat astronot itu menangis, merasa haru dan bahagia karena akan segera melihat Tuhan." Sang ayah terdiam mengambil nafas panjang.

Mulutnya terbuka bermaksud untuk melanjutkan cerita namun tertutup kembali karena gadis kecilnya menyela.

"Lalu ayah, apa dilakukan astronot itu saat di luar angkasa?" Tanya gadis kecil itu.

Sebelum menjawab, sang ayah tertawa kecil menatap sang anak yang sudah tertarik. "Sesampainya Astronot itu di luar angkasa ia berbicara dengan temannya.

'lihat, sebentar lagi aku akan melihat Tuhan' ucap astronot itu dengan nada sombongnya.

Melihat dengan tatapan heran karena perilaku si astronot, temannya astronot itu hanya diam sembari menggelengkan kepala.

Saat di luar kapal astronot itu segera melepaskan kabel yang menghubungkannya dengan kapal. Melihat tindakan si astronot, dengan panik temannya itu segera meraih si astronot dan memasang kembali kabelnya. Dengan sedikit kesulitan akhirnya kabel itu kembali terpasang.

Namun, si astronot yang memiliki keinginan besar untuk dapat melihat Tuhan itu segera memberontak dan menjauhi temannya. Merasa sudah tidak bisa di jangkau lagi, segera ia berlanjut melepaskan jaketnya. Kembali temannya dibuat terkejut dan berusaha untuk menghalang-halangi niat si astronot.

Tidak terima si astronot itu kembali menjauh dari jangkauan temannya. Melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Di mulai dengan melepaskan jaketnya di susul helm luar angkasa miliknya. Si teman astronot itu hanya diam pasrah meski perasaan panik dan takut terus ia rasakan karena posisi si astronot yang sudah jauh dari jangkauan."

Berhenti, sang ayah tak lagi mengeluarkan suara untuk bercerita.

"Ayah! lalu apa yang terjadi setelahnya?" Tanya sang anak dengan menggoyangkan lengan ayahnya.

"Adek mau tahu?" Dijawab dengan anggukan kepala membuat sang ayah kembali tersenyum. "Kalau adek mau tahu, ayah ada syarat buat adek"

"Apa yah syaratnya?" Dengan nada sedikit kecewa.

"Sekarang kita masuk dan tidur dulu. Besok kalau ayah ingat, akan ayah lanjutkan" jawab sang ayah membuat bibir yang hanya sebesar biji jagung itu mengerucut mungil.

Tanpa bertanya dua kali dan tanpa penolakan pula segera sang ayah menggendong gadis kecilnya masuk ke dalam rumah. Sosok sang ibu yang tengah tersenyum menyambut keduanya didepan pintu. Tangannya terulur mengelus rambut anaknya dengan kasih dan mengambil alih gadis kecil mereka dari gendongan sang ayah.

--__--

Sorry for typo

Luar AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang