Tahu gak persamaannya kamu dengan ujian? Sama-sama diperjuangkan karena menyangkut masa depanku 😝
Happy reading
.
.
.
."Brengsek"
Zidan memukul dinding tempat tunggu dia berdiri. Radika yang tadi mengantarnya ke rumah sakit terlihat khawatir. Tadi Radika meninggalkannya untuk menebus obat, dan saat dirinya kembali, Zidan sudah memukul dinding berkali-kali sampai jarinya memar.
"Bang, ada apa?" Tanya Radika yang melihat Zidan menempelkan keningnya ke dinding. Saat ini Zidan terlihat rapuh. "Bang" Radika memegang bahu Zidan.
"Istri gue diculik Dik, mereka menyakiti Rena"
Radika diam, dia teringat cerita Firka semalam tentang Rena yang mendapat teror dari nomor yang tidak dikenal. Radika mencoba melacak GPS di hape Rena. GPS itu terhenti di sebuah tempat yang Radika sering lewati saat menjemput Firka kerja.
"Bang, kita coba susul Rena. Saya lacak GPS di hapenya" Zidan menoleh sekilas ke Radika dengan penuh harapan. Zidan mengikuti Radika berlari menuju parkiran dan segera memacu mobil patwal ke titik dimana GPS itu berada.
Apa yang diharapkan Zidan harus kandas sekarang juga. Nyatanya hape Rena tergeletak di samping tempat sampah, dan tidak ada pemiliknya disana. Perasaan bersalah menyelimuti dirinya. Dia tidak bisa menjaga Rena istri mungilnya.
Sebuah mobil SUV berhenti tepat di depannya yang sedang meremas hape Rena. Dua orang lelaki berwajah sama dan berbeda usia itu turun dan menghampiri Zidan dan Radika yang bersandar di pintu mobil.
"Bang Zidan, apa kabar?"
Zidan menoleh kearah lelaki muda berseragam loreng itu. Zidan berlutut didepan lelaki paruh baya berseragam loreng yang sedang kebingungan dengan tindakan Zidan saat ini. Arsa membantu Zidan berdiri.
"Ada apa nak? Kamu kenapa? Kamu penuh luka" tanya Arsa tenang, Arsa berpandangan dengan Melvi yang juga sama-sama bingung. "Zidan?"
Zidan menangis, meremas tangan Arsa dan merapalkan kata maaf berkali-kali. Zidan menatap Arsa dengan pandangan bersalah.
"Rena diculik Pa. Maaf gak bisa jaga Rena"
Arsa menegang, dia memandang Melvi yang sama diamnya. Memandang Zidan kembali berharap untuk Zidan menceritakannya lebih lanjut. Dan Zidan menceritakannya saat dia tertabrak dan berlanjut Rena di culik orang.
"Kita harus cari kakak Pa" Arsa mengangguk setuju. Radika berdiri tegap dan memberi Arsa hormat.
"Ijin Ndan. Anggota kami sudah bergerak, mencari dimana keberadaan Renata"
Radika mengajak Zidan kembali ke kantor untuk menemui anggotanya yang lain diikuti Arsa dan Melvi.
🔫🔫🔫
Rendi mencengkram rahang Rena yang tak kunjung berbicara apapun. Rendi ingin Rena segera menelpon Zidan dan menyuruh lelaki itu menikahi adik kesayangannya.
"Cepat telepon suami kamu. Suruh dia menikahi Fika" Rena menggeleng.
Plak
Rendi menampar Pipi Rena kembali. Hingga sudut bibirnya kembali mengeluarkan darah.entah sudah beberapa kali Rena ditampar karena tidak mau menuruti kemauan Rendi dan Fika untuk membujuk Zidan agar menikahi Fika.
Rena merasa badannya lemas. Rendi tidak memberinya minum dan makan. Rena merasa kepalanya pening dan matanya berat untuk terbuka. Dia pingsan saat Rendi mencengkram rahangnya. Bertepatan dengan itu Fika juga pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Invite my heart (Teredia E-booknya di Playstore)
RomanceMemandang wajahnya ketika bertemu adalah sesuatu hal yang membuat Renata bisa tersenyum, tapi dalam hatinya dia tersiksa ketika dia bersama perempuan lain. "sampai kapanpun gue bukan pilihan lo kak" Renata memilih pergi dan mencari keberadaan kakak...