Xuanyi

328 29 3
                                    

Beberapa tahun yang lalu...

"Jiyeona~" Panggil Wu Xuanyi dengan pelan. Ia menghampiri temannya tersebut. Seseorang dipanggil itu justru semakin menyembunyikan wajah dengan menunduk, berpangku pada kedua tangan dan lututnya. Suara Isak tangisnya semakin terdengar.

Xuanyi duduk disampingnya, menyentuh bahunya. "Aku sudah disini, kenapa kau masih menangis?"

Bona menggelengkan kepalanya pelan,namun tak sedikit pun menunjukkan wajahnya pada Xuanyi. Suara isak tangisnya sudah mulai mereda walau tak sepenuhnya berhenti. Suara air mengalir dari sungai menemani mereka berdua. Angin sore yang berhembus tak sedikitpun membuat perasaan Xuanyi mereda, ia justru semakin merasa bersalah telah membuat teman semasa kecilnya sekaligus wanita yang ia cintai ini menangis.

"Maaf" Ucap Bona pada akhirnya, ia mendongak dan menatap Xuanyi yang duduk disampingnya tersebut dengan mata basah dan hidung memerah. "Telah membuatmu khawatir dan repot-repot kemari"

Xuanyi menghela napasnya, sebelum akhirnya memeluk Bona. Ia mengecup puncak kepala Bona dan mengelus rambut pirangnya. "Berhentilah menyimpulkan sesuatu, aku tak akan pergi kemana-mana." Xuanyi melonggarkan pelukannya dan menangkap wajah Bona untuk menatapnya. "Kenapa kau harus menangis begini huh? Liat kau benar-benar semakin terlihat jelek" sebuah senyum muncul. Dan orang yang tadi menangis itu seketika memukul pelan bahu Xuanyi.

"Kenapa disaat seperti ini kau masih sempat-sempatnya mengejekku"

"Makanya jangan menangis lagi, dadaku benar-benar sakit tiap kali kau menangis" Xuanyi menepuk-nepuk dadanya dengan wajah serius.

Bona mengalihkan wajahnya dari Xuanyi. Rasa bersalah tiba-tiba melandanya. Ia selalu merepotkan teman nya itu, entahlah apa alasannya Xuanyi bisa bertahan berteman dengannya, disaat semua orang menghindarinya dan selalu menyebutnya sebagai anak buangan.

"Kau dengar dari siapa aku akan pergi huh? Ckck kau bahkan langsung percaya dan menangis begini?" Tanya Xuanyi.

"Adikmu" Jawab Bona pelan. Ia kembali menatap kearah Xuanyi.

Xuanyi mendegus kesal. "Kau percaya pada si anak ular itu? Jiyeona sudah berapa kali ku bilang padamu, dia bukan adikku dan berhentilah mendengarkan semua ucapannya"

"Ya!!" Seketika Bona menepuk jidat Xuanyi. "Jangan berkata seperti itu. Bagaimana pun ayahmu sudah menikahi ibunya, tentu Cheng Xiao sekarang adikmu"

"Ayahku benar-benar orang bodoh untuk menikahi si benalu itu" Kini Xuanyi menatap kearah sungai dihadapannya. Terlihat raut kesal diwajahnya, dan Bona menyadari itu.

Bona memegang salah satu tangan Xuanyi. Meremasnya pelan. "Ku tak pernah melihat tuan Wu sebahagia itu sejak sepeninggalnya ibumu. Harusnya kau bahagia untuknya"

Xuanyi menoleh kepada Bona. "Kenapa kau begitu baik? Kau tak ingat apa yang dilakukan adik tiri gila ku itu padamu, ah iya jangan lupakan bagimana ibunya pun  ikut-ikutan?"

Bona menjulurkan tangannya kearah Xuanyi. Ia menyentuh kepala pria itu dan membelai rambutnya. "Mereka hanya mengatakan yang sebenarnya tentangku, kenapa kau harus marah?"

"Menyebutmu dengan anak haram benar-benar sudah melebihi batas, tak kah kau mengerti istilahnya itu sudah keterlaluan?"

Bona berhenti membelai rambut Xuanyi dan hanya tersenyum. "Bukankah memang begitu kan?" Bona lalu menatap Xuanyi "Berhentilah menutup-nutupinnya, aku sudah tau cukup lama. Aku emang anak haram ibuku, mereka membuangku kemari dan hanya meninggalku seorang diri dengan seorang  pelayan"

"Jiyeon~"

"Mereka semua di korea, dan aku sendiri disini" Bona kembali tersenyum, mencoba menahan untuk tak menangis. "Aku memiliki kakek dan seorang kakak perempuan disana? Bukankah itu menakjubkan?"

KliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang