“Perpisahan bukan berarti tidak lagi bertemu, perpisahan mengajarkan banyak hal. Termasuk tentang setia untuk tetap bertahan.”
Beberapa bulan kemudian setelah dia lulus dari Aliyah ternyata benar. Rani dan keluarganya pindah ke Jawa. Rasanya begitu cepat semua itu berlalu, aku masih belum siap untuk menikahinya sekarang. Ibunya juga sering menanyakan kabarku. Bagaimana perkembangan tentang rencana pernikahan kami.
Aku memutuskan untuk menjemputnya saat di Jawa. Aku mengatakan itu dengan penuh kepastian. Padahal aku sendiri benar-benar tidak tahu apa aku bisa untuk pergi ke Jawa. Sendirian?
Kami berdua waktu itu dilanda kesedihan yang sangat mendalam. Hatiku dipenuhi dengan berbagai macam rasa ketakutan. Aku takut kalau di sana Rani mulai melupakanku dan berpaling hatinya. Aku takut, bila semua rencana-rencana kami selama ini hanya omongan semu saja.
Tepat di siang hari sebelum besok Rani dan keluarganya pergi, aku saat itu mengantarkan barang. Berupa hadiah kecil yang sengaja aku siapkan, di sana juga aku selipkan foto dan surat yang aku tulis tangan. Kira-kira isi dari surat itu seperti ini:
“Jaga dirimu di sana, jaga auratmu. Aku nanti akan ke sana juga.” Kira-kira seperti itu yang aku tulis di secarik kertas bersamaan dengan kaos kaki danhandschock yang aku berikan kepadanya.
Jujur saja, aku tidak bisa menahan tangis pada waktu itu. Seharian penuh aku berdiam diri. Menangis dan menakutkan banyak hal. Orangtuaku seorang yang idealis. Dia tidak setuju dengan orang-orang yang menikah di usia muda. Aku menyimpulkan itu karena setiap malam mereka kadang membahas orang-orang yang hidupnya susah karena menikah muda.
Padahal apa salahnya menikah di usia muda? Justru itu baik, bukan?
Pikiran tentang pernikahan selalu berkecamuk di kepalaku. Semakin banyak aku membaca buku tentang pernikahan maka aku merasa semakin siap untuk segera menikah.
Besoknya, Rani benar-benar pergi. Dia pamit dengan memberikan pesan kepadaku. Aku membalas pesannya singkat.
Dia pindah dari Banjarmasin menuju Jawa dengan menggunakan kapal laut. Aku sama sekali tidak pernah naik kapal laut, pesawat, bahkan bepergian dari luar Banjarmasin. Bagaimana mungkin aku bisa menyusulnya ke tanah Jawa?
Aku mulai ragu dengan diriku sendiri. Aku merasa tidak ada bedanya dengan kebanyakan laki-laki yang hanya mengumbar janji. Sementara Rani masih berharap kepadaku. Dia berharap secepatnya aku bisa menjemputnya di sana.
Itulah perpisahan sementara kami. Berbeda provinsi sekarang. Sangat jauh. Kami masih selalu berkirim pesan, tetapi terbatas hanya untuk membahas masalah pernikahan. Aku tetap percaya dengan keajaiban dari Tuhan. Kalau niat baik, pasti bantuan dari Allah itu akan segera datang. Percayalah.
***
Alhamdulillah sudah bisa kembali update. 😊
Terimakasih yang sudah membaca sampai ini.
Jangan lupa vote dan komennya yah teman-teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.