1.6

4K 562 189
                                    

Pas pulang sekolah, Jisung ngelihat target baru keluar dari kelas. Baru aja mau nyamperin, eh target udah didatengin sama cowok lain. Siapa lagi kalau bukan Kun, Jisung sampai rolling eyes. Rasanya panas aja pas lihat Y/n ketawa bareng cowok itu.

"Y/n," panggil Chenle yang ada di sebelah Jisung. Hal itu bikin Jisung kaget.

"Eh, Chenle. Kenapa?"

"Jisung nyariin, nih. Ada yang mau diomongin," serunya. Jisung nyikut perut Chenle dan dia malah ngebales, "Gue bantuin nyet. Berterima kasih dikit kek lo."

"Kenapa sayang? Tumbenan nyariin gue." Jisung menoleh dan lihat Y/n depan mata. Doi lagi senyum lebar banget. Iman Jisung goyah.

"G-gue mau ngajak lo ke taman sekarang, l-lo mau enggak?" Chenle nyikut perutnya Jisung. Dalem ati, Chenle gregetan banget sama Jisung yang malah gagap gitu ngomongnya. Padahal, di kelas udah latian berkali-kali. Gladibersih dulu sebelum ngegas.

"Ayolah. Apa sih yang enggak buat Jisung." Y/n berbalik dan teriak, "Kun, aku balik sama Jisung. Kamu pulang duluan aja."

Kun cuma bisa mendengus kesal, dia enggak mungkin ngelarang, toh cuma sahabat. "Ya udah. Aku duluan."

"Iya, hati-hati."

Jisung enggak suka aja dikacangin pas Y/n lambai-lambai tangan ke Kun. Jadi, Jisung secara enggak sadar narik tangannya Y/n. "Ayo," katanya sambil natap ke depan.

Mereka naik ke atas motor dan Jisung langsung tancap gas ke taman. Chenle yang ngelihat kejadian itu nepuk jidat, "Gue ditinggalin lagi anjeng."


Mereka sampe di taman. "Ngapain ke sini, Sung?" tanya Y/n.

"Lo lihat air sungai itu?" tanya Jisung yang dijawab anggukan sama Y/n. "Bening, kayak bola mata lo."

Y/n tersenyum. Sebenarnya, dia nahan tawa, sih. Aneh aja kalau Jisung tiba-tiba ngegombal kayak gini. Tapi, dia masih mau ngedengerin gombalan selanjutnya.

"Pohonnya kokoh, tapi dia kalah kokoh sama perasaan gue ke lo."

Siyalan, Y/n klepek-klepek sama gombalan Jisung. Dia enggak pernah ngebayangin keniatan cowok itu bakal sampe segininya. Hal itu berarti, ramalan Y/n bener terjadi.

"Lihat gulali yang dijual abang-abang itu, deh," kata Jisung sambil nunjuk ke abang-abang yang enggak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Y/n nurut dan jawab, "Iya, dia kenapa?"

"Gulalinya pasti manis."

"Ya, semua gulali pasti manis, Sung."

"Tapi, gulalinya kalah manis sama orang di sebelah gue."

Y/n ambyar seambyar-ambyarnya sekarang. Dia enggak ngerti lagi. Padahal dia bisa nebak semua gombalan Jisung, tapi tetep aja dia baper sendiri.

"Lo belajar dari mana, sih astaga. Gemes banget gue," ujar Y/n sambil mencubit pipi Jisung gemas. Dia enggak tahu aja jantung Jisung udah disko dari pas mau ngajak dia ke taman.

Jisung megang tangan Y/n dan natep cewek itu dalem. Lebih dalem dari Palung Marina sama Samudera.

"Pergi melihat anak-anak itik."

"Cakep."

"Warna bulunya putih bersih."

"Cakep." Y/n sudah tersenyum lebar sambil menahan tawanya.

"Hei, engkau si gadis cantik."

"Apa, sayang?"

"Maukah engkau jadi kekasih?"

Y/n ketawa. Dia melepaskan genggaman tangan Jisung dan berlari sedikit menjauh. Lalu, berhenti dan berbalik.

"Sore hari bermain layang-layang, mana mungkin kutolak kamu, sayang."

Jawaban Y/n berhasil membuat senyuman Jisung mengembang. Cowok itu berlari ke arah Y/n, mengejar cewek yang sudah melarikan diri. Keduanya berlarian tak jelas di taman, untung sepi. Coba rame, disangka gila nanti.

Ketika tertangkap, Jisung memeluk Y/n dan mereka tertawa bersama. Y/n kelewat senang hari ini, begitu juga Jisung.

1001 kerdus // jisung park
Copyright ⓒ 2019 geanranadiva

1OO1 kerdus ; Park Jisung X YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang