Jomblo sudah lama, karena sibuknya bekerja. Dasarnya aku pemalu, malu bila bertemu laki-laki. Dan sering aku menundukan kepala ketika bertemu lawan jenis. Aneh, sepertinya itu yang mereka para pria kira. Entah.
Namun dengan adanya facebook, aku mulai berani membalas chatingan dari pria. Tentu, karena tidak bertatap muka, tapi kalau ketemu orangnya langsung. Hemm, mungkin perlu lima kawanku untuk menemani bertemu dengan lawan jenis.
[Sudah punya pacar?]
[Belum. Emang kenapa?] tanyaku balik, pada seseakun bernama Pujangga.
[Kapan-kapan jalan mau, nggak?]
Begitu obrolan lewat inbok beberapa waktu lalu. Kini, aku sedang duduk bersama tiga temanku menunggu kedatangan pria itu.
[Aku pakai baju biru dongker, duduk dekat air mancur.] Beri tahunya. Pandanganku langsung mencari air mancur di taman Suropati ini.
Itu dia. Pria berbadan tegap, rambut mohang, dan berkulit bersih.
Aku masih diam bersama temanku. Mereka semua belum menyadari orang yang mengajakku ketemuan sudah datang.
Biar saja tiga temanku tidak tahu. Aku malu jika memberi tahunya, pasti mereka akan langsung menghampiri pria itu dan mengajak berkumpul bersama.
"Rin, mana orang yang ajak ketemuan?" tanya Mia yang sudah bosan menunggu.
"Kayanya nggak dateng, deh," kilahku.
"Idih, tau gitu kita nonton film korea aja di rumah aku rame-rame," celetuk Mia lagi. Sedangkan Salsa dan Wawa hanya menurut saja, selama Mia betah menunggu, menemaniku.
[Kamu pake baju apa?] Inbok pria itu lagi. Kulihat di kursi sana, ia sedang menoleh kanan-kiri mencariku.
Aku belum siap, malu tentunya. "Ya udah, yuk pulang, Mia," ajakku, berdiri hendak beranjak.
"Bener-bener gila cowok itu, nggak jelas." Mia bersungut, dan berjalan mendahuluiku.
Aku berjalan paling belakang. Menoleh sebentar, pria itu tampak gusar, sambil terus memainkan ponselnya. Tidak lama ponselku bergetar.
[Kamu di mana?] Setelah kubaca aku langsung menolehnya lagi, dan aku langsung terkejut. Ternyata dia juga sedang melihatku. Segera aku berpaling dari pandangan, sempat kutangkap wajahnya sedang mengernyitkan dahi.
Di akun kami sama-sama tidak memasang foto asli di facebook. Dan, semoga dia tidak menyadari bahwa yang ditunggunya itu aku.
Akh!
Gara-gara gugup, kakiku tersandung batu. Sedangkan teman-temanku sudah agak jauh melangkah.
"Kamu Airin, ya?"
Deg! Pria itu mendekatiku. Aku mendongak melihatnya sekilas, lalu kembali menatap jempolku yang lecet.
"Siapa, ya?" tanyaku sambil menunduk. Dari jauh, tampak temanku berhenti dan memandangiku.
"Saya yang punya akun Pujangga. Dan pasti kamu yang punya akun bernama Airin." Ia mengulurkan tangan, berjabat tangan. "Kenapa, kamu kok malah pergi, kan udah tau saya duduk di deket air mancur?"
"Kok bisa seyakinnya gitu, kalau aku Airin?"
"Dari semua cewe yang ada di taman ini, yang sedang curi-curi pandang itu cuma kamu."
Ya Tuhan, jangan samapi pingsan di sini aku. Malunya, dan teman-temanku tak jauh di sana menertawakanku, terdengar dari suaranya yang cekikikan.
"Iya, saya Airin. Apa kamu nyesel, setelah tau rupaku?" Kulihat sekilas lagi wajahnya, yang selalu memasang senyum. "Dan kamu, nama aslinya siapa?"