Aku duduk di tepi kasur, memangku gitarku dan melihat keluar jendela. Aku memikirkan ucapan Jae In tadi saat di kampus. Mungkin dia benar, aku harus mempercayainya, mencoba memberinya waktu untuk melepaskan semua perasaan didalam hatinya. Aku hanyalah pria yang hadir dalam hidupnya saat dia sedang kesepian, aku hanyalah pengganti dari pria lain yang sejak awal sudah mengisi relung hatinya. Menyadari hal itu hatiku seperti tertusuk berjuta jarum yang tidak terlihat, rasanya sakit dan menyesakan. Harus sampai kapan aku merasakan hal ini ? Jae In sudah menjadi milikku tapi kenapa itu malah membuatku resah dan tidak tenang. Kehadiran kembali pria itu membuatku tidak bisa tenang, semua kenangan Jae In dan pria itu sangat indah, aku bahkan tidak bisa menggantikannya atau bahkan menghilangkan kenangan mereka. Tapi, jika dengan ini saja aku sudah melepaskan Jae In, aku akan sangat kalah dengan diriku sendiri. Dan mungkin seumur hidupku aku tidak akan percaya dengan cinta lagi. Terlalu rumit untukku, terlalu menyita waktu dan pikiranku, terlalu membuat dadaku sesak dan terlalu menyakitkan untukku. Aku akan berusaha untuk mencoba mempercayainya dengan segenap hati yang aku miliki. Tiba-tiba ponselku berdering, aku melihat sebuah nomor yang tidak kukenal dilayar ponselku.
“Halo” ucapku
“Dengan Dong Jun ?” ucap suara diseberang sana
“Ya, dengan siapa ini ?” tanyaku
“Aku Seo Jun, bisa kita bicara”
Mendengar dia menyebutkan namanya, amarahku langsung naik
“Apa yang ingin kau bicarakan ?” tanyaku dingin
“Kita bertemu di kafe depan halte bus dekat rumahmu. Bagaimana ?” ucapnya
“Kau tau dari mana rumahku ?”
“Aku salah satu orang yang menilaimu tadi, dan aku membaca profilmu” ucapnya terdengar sangat tenang
“Aku akan sampai dalam 15 menit” balasku tidak nyambung lalu langsung mematikan ponselku. Yang akan dia bicarakan tidak jauh hubungannya dengan Jae In. Aku segera mengambil jaketku yang tergantung di belakang pintu dan memakai sepatu catsku dan segera keluar rumah. Di sepanjang jalan aku memikirkan kemungkinan apa saja yang akan di katakan oleh Seo Joon, bagaimana jika dia membicarakan kenangannya bersama Jae In ? Bagaimana jika dia bertanya tentang perasaan Jae In ? Ya Tuhan, kenapa pria itu harus kembali ? Tidak terasa aku sudah sampai di depan kafe dan langsung masuk kedalam, ku sisir pandanganku ke seluruh penjuru kafe mencari keberadaan Seo Joon, dan kutemukan dia tengah duduk sambil menikmati secangkir kopi disudut kafe yang tidak terlalu banyak orang, dengan langkah berat aku mendekatinya.
“Ada apa ?” tanyaku langsung seraya duduk di hadapannya
“Sudah datang ? Kau mau pesan sesuatu ?” tanyanya
“Tidak, langsung saja” ucapku cepat
Seo Joon menyeruput kopinya lagi sebelum bicara denganku.
“Kau tau apa yang akan aku katakan” ucap Seo Joon memandangku tajam
“Aku tidak bisa membaca pikiran, bagaimana bisa aku tahu apa yang akan kau bicarakan”
“Lepaskan Jae In, dan pergilah ke Jepang” ucapnya tenang
Aku sempat terkejut dengan apa yang dia katakan, tapi aku mencoba sebisa mungkin untuk tetap mengontrol wajah dan emosiku.
“Maksudmu apa ?” tanyaku
“Aku tahu, impianmu ingin belajar ke Jepang dan menjadi komposer yang handal”
“Lalu ?”
“Aku akan mewujudkan impianmu itu, asal kau mau melepaskan Jae In dan tidak pernah muncul lagi dihadapan kami” ucapnya tenang
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE IN SEOUL
Fiksi Remaja"kau percaya dengan soulmate?" "tidak, kau sendiri ?" "aku percaya,suatu hari nanti aku akan menemukan belahan jiwaku" "hanya orang bodoh yang percaya dengan itu" Bagaimna denganmu ? Apa kau percaya dengan apa yang dinamakan belahan jiwa ? Jae In se...