Chapter 12

1K 115 59
                                    

Plakk!

Mata Levi membola. Tangannya meraba bekas tamparan Eren di pipinya. Air mata menggenang di sudut bibirnya. Kerahnya ditarik paksa.

"Jelaskan padaku, sekarang!"

Levi tidak kuat melihat Eren saat ini. Ketakutannya menjadi nyata. Eren membencinya.

"Aku dan Hanji hanya mencoba. Tapi percobaannya berhasil. Aku berkelamin ganda."

Kerah baju dihempaskan sampai Levi menabrak dinding. Eren meremat kertas di tangannya dan menatap Levi lebih nyalang lagi. Nafasnya tidak teratur. Amarah menguasai dirinya.

"Gugurkan!"

Levi menatap tidak percaya. Eren yang selama ini dicintainya, Eren yang selama ini dibanggakannya, dan Eren yang selama ini selalu dipuja-pujanya, memerintahkannya berbuat hal yang tidak seharusnya orang tua lakukan kepada anaknya.

"Tidak. Aku tidak mau-"

"Kalau begitu, jangan dekati aku lagi!"

Levi menggeleng kencang. Segera ia dekati Eren dan mencengkeram kedua bahu kekar Eren, "Eren, ini anakmu!"

"Jangan katakan itu dihadapanku!" Sekali lagi, dihempaskan tubuh mungil Levi hingga menabrak tembok. Levi merintih kesakitan di sela-sela tangisnya. Kedua tangannya refleks melingkari perutnya. Dia kecewa. Eren tidak menerimanya.

"Kau ingin tanggung jawab? Minta pada Hanji yang membuatmu seperti ini!" Kata-kata ketus Eren menyambar ulu hati Levi. Tangannya semakin menekan perutnya, memberi perlindungan pada makhluk tak berdaya di dalamnya.

Melihat itu, Eren segera keluar dari rumah Hanji. Dia tidak menyadari bahwa kertas dari klinik tadi masih digenggam olehnya. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Eren pulang ke rumahnya.

Sedangkan itu, Hanji berusaha menenangkan Levi yang terus saja menangis.

.
.
.
.

Hari kelulusan Eren tiba. Carla dengan terharu mencium pipi putranya karena berhasil memperoleh peringkat 1 di sekolahnya. Tawaran universitas terus membanjiri Eren yang membuat Carla semakin bangga.

"Setelah ini, kita makan-makan!" Seru adik Eren, yaitu Mikasa. Eren melihat tingkah Mikasa menjadi diam. Dia ingat Levi dan keceriaannya. Tapi, dia sudah berjanji untuk tidak menghubungi Levi lagi. Dia kecewa terhadap Levi.

"Eren? Kenapa, Nak?" Tanya Grisha. Eren terkejut dan menggeleng.

"Nanti malam kita makan di luar. Eren, kau yang memilih tempatnya, ya?" Eren melingkarkan jari jempol dan jari manisnya membentuk "O"

Setelah acara selesai, mereka pulang ke kediaman masing-masing. Eren segera mandi karena tidak nyaman dengan keringat yang menempel di tubuhnya.

Sedangkan di kamar Eren, Carla menyelinap masuk untuk menempatkan pakaian yang sudah dilipat tadi pagi ke lemari Eren. Tak sengaja, ia menemukan sebuah kertas yang sudah usang akibat tertekuk terlalu lama.

"Levi? Hamil?" Gumam Carla tidak percaya. Tepat saat itu juga, Eren keluar dari kamar mandi di kamarnya. Carla segera bertanya pada Eren, "Eren, Levi hamil?"

Eren terkejut. Keterkejutannya semakin bertambah ketika dia menemukan hasil USG Levi di tangan kanan Sang Mama.

"Iya."

Carla semakin terkejut, "Siapa ayahnya?"

"Aku."

Am I Your Boy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang