.
.
.
Ruangan ini jadi terasa lebih luas dan lebih senyap daripada sebelumnya. Jungkook pergi mengejar Yoongi sejak tadi. Sementara itu, Taehyung dan Xukun juga ikut keluar tak lama kemudian. Hoseok duduk sambil menumpukan kedua tangannya di lutut. Ia terdiam sambil merenungi semua kejadian yang ia alami. Ia kini hanya sendiri. Duduk di tempat tidur yang sempat Yoongi tempati sambil mengusap bibirnya dengan ibu jari. Sedikit banyak, perkataan Yoongi berhasil masuk ke dalam hatinya. Pemuda pucat itu berhasil mempengaruhi Hoseok yang biasanya tidak peduli apapun. Hoseok kemudian memejamkan matanya. Ia membayangkan pertemuan pertamanya dengan Kim Taehyung, bagaimana ia dengan mudahnya mengikuti pemuda itu dan mengabaikan resiko yang mungkin saja bisa terjadi.
"Aku harus bagaimana?" Hoseok bergumam sambil mengusap wajahnya. Ia merasa sangat bingung dengan keadaan ini.
Semuanya terjadi begitu saja. Ia mengikuti Kim Taehyung tanpa syarat dan berhasil melangkah sejauh ini. Lalu apa langkah Hoseok selanjutnya? Apakah ia harus mundur seperti Yoongi? Hoseok mengacak rambutnya dengan frustasi. Ia kemudian berbaring dan menatap langit-langit kamar dengan dahi berkerut.
Hoseok kembali memejamkan matanya. Tiba-tiba saja bayangan masa lalu muncul di kepalanya. Hoseok sangat ingat bagaimana saat ia kecil tak ada yang mau berteman dengannya. Ayah dan ibunya membuang Hoseok begitu saja karena ia dianggap memiliki kutukan. Mampu berbicara dengan hewan adalah hal yang paling buruk bagi klan Decker, karena hal itulah yang menyebabkan Hoseok harus meninggalkan tempat asalnya. Ia harus hidup sendirian sejak kecil dan menjaga dirinya sendiri. Hoseok ingat betul, kala itu ia berumur delapan tahun, banyak anak-anak seusianya bermain bersama dan saling mengejar. Mereka tampak begitu bahagia di mata Hoseok. Namun, satu hal yang membekas bagi Hoseok adalah perlakuan anak-anak itu padanya. Kala itu, Hoseok kecil menghampiri segerombolan anak yang tengah bermain. Dengan senyuman lebar, Hoseok mendekati mereka, berharap bahwa mereka akan bersikap biasa dan mau bermain dengannya. Tapi, yang Hoseok dapat justru sebaliknya. Ia dijauhi dan semua anak takut padanya. Sejak saat itu Hoseok jadi tak ingin punya teman. Ia meninggalkan kampung halamannya dan pergi tanpa tujuan. Sepanjang perjalanan, Hoseok selalu menutupi kepalanya dengan tudung. Ia tidak ingin orang-orang melihat dirinya.
Hoseok kembali membuka matanya. Setitik air muncul disudut matanya saat Hoseok kembali mengingat masa kecilnya yang menyakitkan. Sungguh Hoseok tidak ingin mengingatnya. Bayangan sekilas tadi adalah sebagian kecil perilaku tidak adil orang-orang terhadapnya. Hoseok kemudian menyentuh pakaiannya yang menggulung dibagian leher. Sejak kapan ia tak mengenakan tudungnya lagi? Hoseok merasa sudah lama ia tidak menggunakan benda itu. Ah, ya. Sejak bertemu dengan Kim Taehyung Hoseok tidak pernah lagi menggunakan benda itu. Taehyung membuat Hoseok melupakan masa lalunya. Namun kini, Yoongi kembali mengingatkannya pada masa kelam itu. Hoseok tidak ingin mengingatnya, namun semua itu muncul begitu saja tepat setelah Yoongi mengatakan penolakkannya untuk membantu Jungkook. Dan saat ini Hoseok mulai gundah. Ia tak bisa menentukan pilihannya dalam sekejap lagi mulai sekarang. Ia sadar, mungkin apa yang Yoongi lakukan adalah bentuk perlindungan diri. Setidaknya umurnya akan sedikit lebih panjang jika ia mampu menganalisa keadaan dengan tepat.
Hoseok bangkit dan menghela napasnya. Ia melihat sekeliling, barang-barang Taehyung dan Jungkook masih di sini. Itu artinya mereka akan kembali meskipun tidak tahu kapan tepatnya. Hoseok mengusak rambutnya dan berdiri. Ia tidak bisa terus seperti ini. Setidaknya ia harus keluar dulu dari tempat ini. Hoseok kemudian berjalan menuju pintu keluar. Ia kembali mengenakan tudung kepalanya yang sejak lama tak ia gunakan. Matahari mulai beranjak ke barat, Hoseok melihat sekeliling, kemudian pemuda itu dengan segera meninggalkan tempat yang selama dua hari ini ia tinggali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wizard [Taekook] END ✓
FanfictionJeon Jungkook, anak matahari yang ditakdirkan menjadi bulan. Anak bungsu pemalu yang ditakdirkan hidup mandiri. Mencari sang matahari untuk menyempurnakan sinarnya, yang sebenarnya tanpa ia sadari sang matahari selalu berada disampingnya, melindungi...